Annisa yang berjalan di koridor sekolah, melangkahkan kakinya ke kiri dan ke kanan di ikuti tubuhnya yang bergoyang ke kiri dan ke kanan juga, sambil bernyanyi nyanyi tidak jelas. Tidak peduli orang memandanginya, saat ini Annisa merasa Dunia miliknya sendiri, yang lain ngontrak.
"Annisa!"
Langkah gadis manis dan ceria itu langsung terhenti dan menoleh ke belakang. Melihat ternyata yang memanggilnya adalah Furqon. Senyum Annisa melebar dan langsung mendekati pria itu.
"Ada apa Habibi?" tanya Annisa tanpa melepas netra nya dari wajah tampan di depannya.
"Annisa, tundukkan pandanganmu" tegur Furqon.
"Bagaimana caranya Habibi?. Wajah tampan Habibi sudah berhasil mengunci pandanganku."
Furqon menarik napas dalam dan mengeluarkannya perlahan."Nama saya bukan Habibi. Dan juga bersikap sopan lah pada guru. Saya hanya ingin minta tolong, bawakan buku ini ke dalam kelas kalian. Dan suruh teman teman mu untuk mengerjakan tugas yang sudah saya tandai di buku ini. Saya harus pergi, kemungkinan nanti saya akan datang terlambat."Furqon memberikan buku di tangannya kepada Annisa.
"Ustadz mau kemana?" tanya Annisa kepo.
"Saya ada urusan, assalamu alaikum." Furqon langsung pergi meninggalkan Annisa setelah mengucap salam.
"Walaikum salam ustadz tampan" balas Annisa, memutar tubuhnya dan melanjutkan langkahnya tadi yang sempat terhenti.
Sampai di dalam kelas, Annisa mendudukkan tubuhnya dengan bibir mengerucut, membuat wajah cantiknya menjadi imut. Dan tak lama kemudian, guru yang akan mengajar pun masuk ke dalam kelas.
Tak terasa waktu berlalu, jam pelajaran selanjutnya sudah tiba, dan terus berlalu hingga dua jam. Furqon yang seharusnya mengajar di kelas Annisa, tidak datang sama sekali, membuat Annisa tidak bersemangat.
'Kemana sih si ustadz ganteng bin tampan?. Kenapa dia belum datang sampai mata pelajarannya habis?' batin Annisa.
"Annisa kenapa?" tanya Salwa kepada Hasna, melihat Annisa lesu dan layu seperti krupuk yang tersiram air.
"Gak tau" jawab Hasna.
"Kemana ustadz Furqon pergi ya?. Kenapa belum datang dari tadi?" tanya Annisa entah kepada siapa.
"Oo! ternyata masalah dia ustadz Furqon" ucap Hasna melirik Annisa yang duduk di sampingnya.
"Tadi dia pamit pergi, katanya akan datang terlambat, ini malah gak datang sama sekali" gumam Annisa.
"Kamu ngomong sama siapa?" tanya Hasna, soalnya Annisa bicara tanpa melihatnya. Dan pandangan Annisa lurus ke depan tanpa berkedip.
"Sama kamu lah" jawab Annisa.
"Kirain" balas Hasna.
Mendengar bel istirahat sudah berbunyi, para siswi di dalam kelas langsung keluar menuju kantin.
"Annisa, yuk kantin" ajak Hasna melihat sahabatnya itu masih melamun. Biasanya Annisa sangat antusias ke kantin setiap waktu istirahat.
Annisa mengangguk, lalu berdiri dari kursinya, mengikuti langkah Hasna dan Salwa ke arah kantin sekolah.
"Annisa, kenapa baksomu kamu masukin ke mangkok ku?" tanya Hasna melihat Annisa mengurangi porsi bakso dari mangkoknya.
"Mulai sekarang aku mau diet" jawab Annisa.
Hasna dan Salwa langsung berpandangan. Salwa mengayunkan dagunya ke arah Hasna, dan Hasna pun mengedipkan bahunya. Gak biasanya Annisa memikirkan diet. Annisa tidak pernah peduli dengan bobot tubuhnya. Meski termasuk gadis gendut sih, tapi tubuhnya bisa di bilang masih berbentuk.
**
"Ustadz Furqon!" panggil Annisa saat turun dari mobil yang mengantarnya, melihat Furqon juga baru turun dari atas motornya.
Furqon yang hendak melangkah, langsung menoleh ke arah Annisa yang berlari ke arahnya. Wajah gadis itu tersenyum dan berbinar. Hm ! gadis itu memang terlihat selalu ceria.
"Ini hadiah buat ustadz" Annisa mengulurkan tangannya ke arah Furqon. Furqon langsung mengarahkan pandangannya ke arah tangan Annisa yang menenteng sebuah paper bag berukuran kecil.
"Annisa, kamu gak perlu memberiku hadiah" ucap Furqon.
"Kenapa ustadz?" tanya Annisa memandang wajah Furqon sebentar.
"Dan kamu sendiri, apa maksudmu memberiku hadiah?" tanya balik Furqon.
Annisa mengulas senyum malu malu, wajahnya juga nampak merona.
"Aku menyukai ustadz" jawab Annisa menunduk.
"Annisa" panggil Furqon. Annisa kembali mengangkat wajahnya." Tidak pantas kamu mengatakan itu kepada seorang laki laki. Apa lagi kepada gurumu sendiri. Kamu sebagai perempuan harus menjaga harga dirimu. Jangan sesekali merendahkan harga dirimu, itu gak bagus Annisa" nasihat Furqon.
Annisa malah tersenyum manis, senang mendengarkan nasihat Furqon kepadanya."Kalau begitu, tolong ustadz terima ini." Annisa menyodorkan kembali paper bag di tangannya ke arah Furqon.
"Ini yang terakhir kamu memberikan sesuatu padaku Annisa." Akhirnya Furqon menerima pemberian Annisa itu.
Annisa menganggukkan kepalanya sembari tersenyum." kalau begitu, aku pergi dulu ustadz. Assalamu alaikum!." Annisa langsung berlari setelah mengucap salam. Tapi....
Stop!
Annisa tiba tiba berhenti berlari, memutar tubuhnya berlari kembali mendekati Furqon yang masih berdiri di tempatnya.
"Ada apa lagi Annisa?." Furqon mengerutkan keningnya ke arah Annisa.
"Semalam ustadz kemana?, kenapa gak datang lagi?." Sebenarnya tadi Annisa ingin menanyakan itu, tapi lupa.
"Urusan keluarga" jawab Furqon.
"Oh!, sekali lagi assalamu Alaikum ustadz tampan" ucap Annisa dan berlari kembali menjauhi Furqon, karna mendengar bel sudah berbunyi.
Furqon menggelengkan kepalanya lalu melangkah, tanpa sadar bibirnya berkedut, mengulas senyumnya tipis melihat tingkah Annisa.
Sampai di ruang guru, Furqon mendudukkan tubuhnya di kursi mejanya. Lalu melihat sekilas isi paper bag pemberian Annisa. Sebuah kopiah berwarna putih, dan di atasnya ada sebuah lipatan kertas. Furqon mengambil kertas itu, lalu membuka lipatannya.
# Ustadz, bolehkan aku menyelipkan nama ustadz di dalam do'a ku. Please! boleh ya!#
Furqon melipat kembali kertas itu setelah membaca isinya, lalu menyimpannya ke saku celananya. Setelah menghela napas perlahan, Furqon mengambil salah satu buku di atas mejanya, lalu melangkah keluar dari ruang guru menuju kelas tempatnya akan mengajar.
Sampai di kelas Annisa, tanpa sadar Furqon mengarahkan pandangannya ke arah Annisa yang senyum senyum sendiri. Gadis berparas cantik dan manis itu sudah berhasil mengetok pintu hatinya, hanya dengan satu tulisan kalimat di sebuah kertas kecil.
"Assalamu alaikum!" ucap Furqon berjalan di depan kelas, hampir saja ia lupa mengucap salam.
"Walaikum salam, ustadz " balas semua siswi berseru, termasuk Annisa.
Tanpa ingin menyia nyiakan waktu lagi, Furqon pun langsung melanjutkan pelajaran Agama di kelas itu. Furqon menjelaskan sambil berdiri, dan entah kenapa pandangannya selalu tercuri oleh gadis bertubuh tinggi dan berisi itu. Membuat fokus Furqon menjadi terganggu.
'Astaqfirulloh, ya Allah, aku ini kenapa?' batin Furqon saat menjelaskan pelajaran yang di sampaikan nya. Akhirnya Furqon pun menyudahi penjelsannya.
"Ustadz!" Annisa mengangkat satu tangannya ke atas. Furqon langsung menoleh ke arah Annisa.
"Ada yang ingin ditanyakan, Annisa" tanya Furqon.
"Ada ustadz, tapi melenceng dari topik pelajaran" jawab Annisa tersenyum.
Furqon diam, menunggu pertanyaan Annisa.
"Apa hukumnya jatuh cinta dalam Islam ustadz?. Apa yang harus kita lakukan jika kita mengalaminya?. Soalnya saya lagi jatuh cinta sama ustadz." Annisa cengengesa malu malu di akhir kalimatnya.
"Huuuuuu!!!!" seisi kelas langsung bersorak dengan serentak ke arah Annisa.
*Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
N_ariya
Annisa".... 😚
2023-01-28
0
Melki
next Thor.....
2023-01-27
1
Arsyad Al Ghifari 🥰
tiap bacanya bikin ketawa terus .paket komplit antara .mama bunga ...Hani .dan bilal
2023-01-27
1