Annisa dan Hasna sama sama berjalan menuju kelas mereka. Sepanjang jalan Annisa terus tersenyum sambil memeluk lengan sahabatnya itu dengan mata terpejam. Pikirannya melayang layang sampai ke taman surga yang begitu indah di tumbuhi bunga berwarna warni, dengan hamparan rumput hijau yang begitu luas. Di sana ada air terjun dan sungai, dan banyak kupu kupu berterbangan.
"Hasna, Annisa kenapa?" tanya Salwa, melihat Annisa datang bersama Hasna. Annisa tersenyum senyum dengan mata terpejam.
Salwa juga sahabat Annisa di sekolah, mereka bertiga sangat dekat.
"Sepertinya lagi di landa cinta" jawab Hasna, mendudukkan Annisa di bangkunya.
"Laki laki mana lagi yang di taksirnya." Salwa menggeleng gelengkan kepalanya.
Sepertinya semakin tinggi pengetahuan Agama sahabat mereka itu,semakin kuat juga syetan yang menggodanya. Soalnya, selain Annisa adalah putri dari seorang ustadz kondang, Annisa juga pernah belajar di pesantren milik Umi nya, alias istri tercinta Ayahnya.
"Katanya hari ini kita kedatangan Guru baru, katanya tampan banget" jawab Hasna.
"Pantas aja" balas Salwa.
Annisa yang duduk di samping Hasna, sepertinya pendengarannya sudah tidak berfungsi. Annisa sibuk mengarungi mimpinya yang begitu indah bersama sang Bidara yang hampir mirip dengan pangeran Arab.
Murid di kelas sudah ramai, bangku sudah terisi penuh, dan bel pertanda masuk sudah berbunyi. Namun itu tidak menyadarkan Annisa dari Dunia khayalannya.
"Assalamu alaikum!"
"Walaikum salam, Paaaak!" seru semua siswi di kelas itu bernada ragu. Kelas pun mendadak hening, melihat Guru yang masuk ke dalam kelas mereka, mereka belum pernah melihat Guru laki laki itu.
Sedangkan Annisa yang tersadar dari mimpi indahnya langsung membuka kelopak matanya, dan mengarahkan pandangannya ke arah pria tampan yang sudah berhasil mengalihkan Dunianya itu.
"Walaikum salam, tampan" Annisa membalas salam pria yang berdiri di depan kelas itu, meski terlambat. Annisa semakin merekah kan senyumnya, lalu menggigit bibir bawahnya, mengepal kedua tangannya menaruhnya di sisi kedua pipinya, lalu di bawah meja kakinya menjak menjak, Annisa gregetan sendiri.
"Aiiiikh!" gemas Annisa tanpa sadar. Refleks semua teman satu kelasnya menoleh ke arahnya.
"Kamu, yang aih aih!. Ke depan sekarang" perintah pria tampan yang memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana berbahan longgar yang dikenakan nya.
Annisa masih senyum senyum diam di bangkunya. Ternyata gadis berparas cantik dan manis dengan tubuh agak berisi itu, belum sadar benar dari mimpinya.
"Annisa, kamu di suruh Pak ganteng ke depan, sana cepat" bisik Hasna ke telinga Annisa.
"Aku?" Annisa menunjuk dirinya sendiri.
"Hm!" Hasna mengangguk.
Annisa pun langsung bangkit dari tempat duduknya, melangkahkan kakinya ke depan kelas.
Brukk!
"Hahahaha....!"
Tawa murid satu kelas langsung pecah melihat Annisa terjungkal ke lantai.
"Ish sakit" ringis Annisa yang terduduk di lantai, sambil mengusap kedua siku dan lututnya yang terbentur lantai.
Guru baru yang berdiri di depan kelas itu, menggelengkan kepalanya melihat tingkah murid SMA itu, tanpa niat membantu Annisa.
Annisa berdiri dari lantai, mengarahkan pandangannya sebentar ke arah orang yang membuatnya tersandung, kemudian melangkahkan kakinya ke depan kelas.
"Perkenalkan nama kamu" ujar pria itu memperhatikan wajah Annisa sekilas.
"Ingat Pak, tundukkan pandangan jika bertemu pandang dengan lawan jenis" ujar Annisa tersenyum.
Berhasil membuat pria berusia dua puluh empat Tahun itu menarik napas dan beristigfar dalam hati.
"Ehem!" Annisa berdehem sebelum memperkenalkan namanya di depan kelas. Padahal dia bukan murid baru, masih di suruh perkenalan. Seharusnya Guru baru itu yang memperkenalkan dirinya.
"Assalamu Alaikum semuanya!, hai! namaku Nurul Annisa Alfarizqi binti Ustadz Bilal Albiruni Aaryan Putra Alfarizqi bin Aaryan Dakhy Alfarizqi bin Muhammad Manaf Alfarizqi bin Hujairi Alfarizqi bin...."
"Stop!"
Annisa langsung terdiam dan mengarahkan pandangannya ke arah Guru baru yang berdiri di sampingnya itu. Sepertinya Guru baru yang tampan rupawan itu sedang sakit kepala, melihat guru itu memijat pelipisnya.
"Kamu putrinya ustadz Bilal?" tanya Guru baru itu, tidak menyangka kalau ustadz pemilik sekolah itu memiliki putri yang tengilnya luar biasa.
"Iya Ustadz" Annisa menyengir sambil menggaruk lehernya yang tertutup hijab."Sekarang giliran Pak Ustadz yang memperkenalkan diri" ucapnya.
"Silahkan duduk!"Guru baru itu mengindahkan permintaan gadis tengil itu.
"Gak kenal gak sayang loh ustadz!" ucap Annisa lagi. Semua murid perempuan di kelas itu mengangguk setuju.
Meski sekolah itu sekolah SMA, tapi murid laki laki dan perempuan di sekolah itu kelasnya terpisah. Sehingga di kelas itu di penuhi murid perempuan semua.
"Iya Ustadz, perkenalan dong!" seru salah satu teman sekelas Annisa.
"Silahkan duduk, kalau kalian ingin tau siapa nama saya" suruh Guru baru itu kepada Annisa.
"Siap ustadz" Annisa menegakkan tubuhnya kemudian memberi hormat ke arah Guru baru itu dan langsung kembali ke bangkunya. Berhasil membuat Huru baru itu menggelengkan kepala.
"Ehem! perkenalkan, nama saya Muhammad Rasyid Al Furqon, biasa di panggil Furqon. Usia dua puluh empat Tahun. Saya rasa cukup perkenalannya, sekarang kita mulai pelajarannya."
"Ustadz!" Annisa mengangkat satu tangannya ke atas.
"Ya! ada yang ingin di tanyakan Annisa?" tanya Furqon.
"Status Pak Ustadz?." Annisa tersenyum semanis madu ke arah Furqon.
"Single, ada lagi yang mau di tanyakan?" Jawab Furqon sekalian bertanya.
"Sudah punya calon, tunangan atau apa gitu Ustadz?. Kalau belum, aku mau mendaftar menjadi calon bidadari surga Ustadz" tanya Annisa lagi menyengir.
Furqan terdiam sebentar dan memperhatikan raut wajah Annisa sekilas. Gadis berparas cantik memiliki senyum yang manis.
'Astaqfirulloh' batin Furqon.
"Gak usah di tanggapi Ustadz!. Annisa mah! emang gitu, suka PHP in cowok cowok tampan di sekolah ini!" seru Salwa sahabat Annisa.
"Namanya juga usaha mencari calon imam" balas Annisa memanyunkan bibirnya.
"Ehem! ayo semua! buka bukunya, kita lanjut pelajaran kalian" Furqan melangkahkan kakinya ke arah meja guru, lalu membuka sebuah buku yang di bawanya dari kantor guru.
**
"Bagiamana mengajarnya, lancar?" tanya Umi Fadilah kepada Furqon saat mereka sedang menikmati makan malam di meja makan.
"Lancar Umi, cuma itu dia" Furqan menelan sisa makanan terakhir di mulutnya, lalu minum." Benar kata Umi, murid murid perempuannya lebih berani kepada laki laki" ucap Furqon.
"Meski kelas murid laki laki dan perempuan terpisah. Tapi pada saat istirahat, mereka bebas berbaur di halaman dan di kantin sekolah. Mungkin itu penyebab salah satunya mereka tidak enggan untuk berteman atau berdekatan dengan lawan jenis. Dan di sekolah itu sepertinya belum ada larangan itu" jelas Furqon.
"Sekolah itu sudah sangat banyak perubahan setelah ustadz Bilal memegang sekolah itu. Dulu murid sekolah itu siswinya memakai rok pendek semua. Berjalan seiring kemajuan zaman, seragamnya berubah perlahan menjadi tertutup" sambung Abi Munzir.
"Mungkin ustadz Bilal tidak membuat peraturan itu, karna percuma jika sekolah itu tidak di beri tembok pembatas wilayah laki laki dan perempuan. Tapi Umi rasa ustadz Bilal pasti sering mengingatkan dan melarang murid laki laki dan perempuan untuk tidak saling berdekatan" timpal Umi Fadilah.
*Bersambung
# Jangan lupa beri otor dukungan, berupa like, komen, hadiah dan yang lainnya. Supaya otor bertambah semangat. okeh!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Radiah Ayarin
aku mampir nih
2023-01-26
0
Arsyad Al Ghifari 🥰
ya ampuuun Anisa ini mh duplikatt ratu sejagat 🤣🤣🤣
2023-01-25
2