"Ya tabtab...."
dunk dunk dunk !
"Wa dalla..."
Dunk dunk dunk!
"Ya yi 'ulla anat ghoyyarta 'alaih..."
Dunk tarak tak dunk!
"Ana azza 'al awalla... mahu kulli hammuh zaya Ardhi....
"Ya tabtab..."
"Ikh ! Annisa, brisik banget sih!" keluh Hasna.
Baru pagi pagi Annisa sudah ribut di kelas, bernyanyi sambil mukul mukul meja dengan mata terpejam.
"Ulul dah ana barduh sa 'at bihalat..."
Annisa masih terus bernyanyi tidak mendengarkan Hasna yang mengeluh di sampingnya.
"Annisaaaa!" teriak Hasna kesal dan langsung terdiam saat melihat Furqon masuk ke dalam kelas.
Sedangkan Annisa yang tidak mengetahui kedatangan Furqon, terus bernyanyi dengan suara merdunya sambil memukul mukul meja sebagai gendangnya.
"Min Fina 'ala haluh kulli au 'at... dah ta abni 'awi thalla 'aini..."
"Ululuh dah ana barduh sa 'at bihalat... marrat za 'al marrat diluh 'aini...min fina 'ala haluh kulli au 'at...dah ta abni 'awi thalla 'aini..."
"Ya tabtab...."
Prok prok prok!
Annisa langsung membuka matanya saat mendengar suara tepuk tangan di depan kelas.
"Wa dalla . Eh! ustadz Furqon" cengir Annisa cengengesan sambil menggaruk lehernya. Melihat Furqon berdiri di depan kelas sambil memperhatikannya dengan wajah datar tanpa ekspresi.
"Kenapa berhenti?" tanya Furqon.
Annisa menggaruk lehernya lagi sambil cengar cengir tidak jelas.
"Ayo nyanyi lagi" ucap Furqon.
"Malu, ustadz" jawab Annisa memutar pandangannya ke seluruh kelas, melihat teman temannya yang sudah mengulum senyum menahan tawa.
Furqon menggelengkan kepalanya lalu berjalan ke arah meja guru, heran melihat tingkah Annisa. Furqon juga tidak memungkiri jika suara Annisa saat bernyanyi tadi sangat bagus dan merdu, benar lagi nyanyinya.
"Ketua kelas, kumpulkan PR nya" perintah Furqon.
Annisa langsung berdiri dari kursinya, berjalan ke belakang untuk mengumpulkan PR teman temannya.
'Bagaimana bisa dia menjadi ketua kelas?' batin Furqon memperhatikan Annisa yang sibuk mengumpulkan buku buku temannya, lalu membawanya ke meja guru.
Melihat tingkah Annisa tadi bernyanyi nyanyi kencang sambil memukul mukul meja, Furqon pikir Annisa murid yang selalu ribut di kelas. Tapi ini malah Annisa yang menjadi ketua kelas di kelas itu.
''Ini ustadz tampan " ucap Annisa tersenyum manis saat meletakkan tumpukan buku di tangannya di atas meja Furqon.
Furqon tidak menjawab, memilih berdiri dari kursinya berjalan ke arah papan tulis. Melihat itu, Annisa mengerucutkan bibirnya, lalu melangkah kembali ke kursinya.
Pelajaran pun di mulai, Semua murid yang di penuhi perempuan itu, diam menyimak pelajaran yang di jelaskan Furqon di papan tulis.
**
Annisa yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya, langsung keluar kamar menuruni anak tangga ke lantai bawah rumah itu, menuju meja makan.
"Assalamu alaikum Umi cantik, Ayah ganteng!" sapa Annisa mendudukkan tubuhnya di salah satu kursi kosong, melihat Umi dan Ayahnya sudah berada di meja makan.
"Annisa, kenapa kamu memakai celak?" tanya Umi Hani yang duduk di kursi meja makan dari tadi."Dan juga itu bedak mu kelihatan lebih tebal dari biasanya."
"Aku terlihat cantik kan, Umi ?." Annisa melebarkan senyumnya ke arah Umi Hani, memasang muka shok cantik.
"Dilarang seorang siswi memakai riasan wajah yang mencolok ke sekolah" ujar Ustadz Bilal menatap tajam ke arah Annisa. Putrinya itu selalu saja ingin melanggar peraturan sekolah.
Annisa mengerucutkan bibirnya," tapi kan memakai celak di garis mata itu hukumnya Sunnah Ayah, masa di larang" bela Annisa.
"Sunnah di pakai jika berada di antara wanita, di depan suami atau mahramnya. Tapi Ayah yakin, Annisa memakai celak untuk menggoda kaum laki laki di sekolah. Sekarang masuk kamar, hapus celak dan bedak tebal mu itu" tegas ustadz Bilal.
Annisa semakin mengerucutkan bibirnya, berdiri dari kursinya berjalan menghentak hentak kaki kembali ke kamarnya.
"Perasaan dulu waktu aku masa puber gak ke gitu deh?" ucap Umi Hani.
"Kamu lebih parah, berani menembakku di depan umum, untung gak mati" jawab Ustadz Bilal lalu menyuapkan makanan ke mulutnya.
"Abang sih, suka tapi sok jual jual mahal" balas Umi Hani tersenyum.
Tak lama kemudian, Annisa sudah kembali ke meja makan, masih dengan bibir mengerucut, menatap ustadz Bilal dan uni Hani dengan mata menyipit. Tanpa bicara, Annisa memakan makanan di depannya. Setelah selesai, Annisa berdiri dari kursinya.
"Assalamu alaikum!" pamit Annisa menyalam ustadz Bilal dan Umi Hani bergantian dan langsung melongos pergi.
Sampai di sekolah, Annisa turun dari mobil yang mengantar jemput nya ke sekolah. Melihat Furqon berada di parkiran, Annisa langsung berlari ke arah pria itu.
"Assalamu alaikum ustadz tampan!, selamat pagi cinta!" sapa Annisa tersenyum manis.
'Astaqfirulloh' batin Furqon menundukkan pandangannya saat bertemu pandang dengan mata Annisa.
"Walaikum salam Annisa, ada apa?" balas Furqon sambil bertanya.
Annisa tidak menjawab, ia semakin melebarkan senyumnya. Lalu Annisa mengulurkan tangannya yang di sembunyikannya tadi di belakang pinggangnya.
"Ini untuk ustadz" ucap Annisa.
Furqon mengarahkan pandangannya ke arah tangan Annisa yang berada di depannya. Furqon mengerutkan keningnya melihat sebuah tasbih berwarna hijau fastel di telapak tangan gadis itu.
Melihat Furqon diam saja, Annisa mengangkat tangannya membiarkan butiran tasbih itu tergantung.
"Ini salah satu barang kesayanganku, ini adalah pemberian seorang Ibu untukku waktu aku memenangkan sebuah lomba mengaji. Aku memberikan ini kepada ustadz, berharap kita di satukan di dalam zikir cinta yang sama" ucap Annisa tersenyum tulus.
Berhasil membuat Furqon membeku dan memandangi wajah Annisa.
"Ayo terima ustadz." Annisa berdecak, lalu menarik sebelah kain lengan baju Furqon, meletakkan tasbih itu di atas telapak tangan pria itu. Kemudian Annisa berlari ke arah kelasnya.
Furqon yang masih mematung di tempatnya, memandangi tasbih pemberian Annisa di tangannya dengan tatapan yang tidak terbaca. Furqon menggenggam perlahan tasbih itu, lalu melangkahkan kakinya ke arah ruang guru.
Sedangkan Annisa yang sudah sampai di kelasnya, duduk dan tersenyum senyum tidak jelas, membuat teman satu kelasnya saling berpandangan, heran melihat Annisa akhir akhir ini bertingkah semakin aneh.
"Pagi pagi udah kesurupan ini anak" ujar Hasna yang baru datang bersama Salwa.
"Nanti dia juga lelah sendiri ngefans sama ustadz Furqon. Yang udah lewat lewat juga gitu, bentar aja naksirnya" balas Salwa, mendudukkan tubuhnya di kursi lalu menyimpan tasnya ke dalam laci.
"Kali ini aku benar benar jatuh cinta. Ya Allah, ganteng banget sih ustadz Furqon" ucap Annisa mendengar suara Hasna dan Salwa membicarakannya.
"Tumben dia mendengar kita ngomong" ucap Hasna.
"Mungkin dia baru melakukan sedot cairan telinga kali" balas Salwa.
Wajah Annisa yang tadinya tersenyum, seketika berubah datar dan mengarahkannya ke arah Salwa.
"Jadi kamu pikir selama ini aku tungkikan?" gemas Annisa, berbicara memegang pinggangnya.
"Selama ini kan pendengaran mu sering gak berfungsi" jawab Salwa.
Annisa mendengus.
*Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Arsyad Al Ghifari 🥰
🤣🤣🤣 bikin ngakak ..walau Hani tak melahirkan Anisa ..tapi sifatnya menurun ..dengan nembak laki" lebih dulu 🙈🙈
2023-01-26
1
Rika rohil
lanjuttt
2023-01-26
0
Radiah Ayarin
lanjut thor
2023-01-26
0