Bab 4 Sultan Yang Sultan

Satu hari kemudian. Mobil masih saja belum dikembalikan. Tetapi tidak ada laporan jika rental mobil itu memperkarakan Diana.

Hingga akhirnya Diana melupakannya dan tidak mengingatnya lagi. Diana kembali ke kehidupannya semula.

Di tempat kerja Diana.

Diana bekerja seperti biasa.

“Di, kamu dipanggil ke ruang meeting,” ucap pimpinan Diana.

“Ada apa, Pak? Apa yang harus saya bawa?” Diana mengira ia akan mengikuti meeting dadakan.

“Tidak usah membawa apapun. Cepat pergi. Jangan lama-lama.”

Diana berjalan menuju ruang meeting. Ia sudah berharap-harap cemas.

Apa aku bakal dipecat?

Setahu Diana pernah ada kejadian teman sekantornya dipanggil ke ruang meeting lalu menangis karena ia di-PHK.

Kalau aku dipecat, bagaimana aku bayar cicilan-cicilanku? Motorku belum lunas. Cicilan mesin cuci sisa enam bulan lagi. Kredit hp baru bayar sebulan.

Diana mengetuk ruang meeting.

“Masuk.” Suara dari dalam ruang meeting.

Diana mendorong pintu kaca. Ia bisa melihat sosok wanita paruh baya yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Bukan HRD. Di satu sisi Diana merasa lega. Tapi di sisi lain ia masih bertanya-tanya.

Ada apa? Kenapa aku dipanggil?

Diana terkejut saat melihat sosok pria asing yang membantunya dengan menjadi kekasih palsunya di pernikahan Robert.

Ia ingin memaki pria itu karena tidak mengembalikan mobil yang ia sewa. Diana mulai mengkalkulasi di otaknya denda yang ia harus bayar karena over time.

“Ke-“ Ucapan Diana terputus.

“Mama, ini calon istriku. Orangnya cantik kan? Mama suka kan?” Pria asing itu berkata ke sosok wanita paruh baya.

Calon istri?

Diana tidak melihat ada wanita lain selain dirinya dan wanita paruh baya itu.

Aku calon istrinya?

“Cantik. Mama suka. Siapa namanya, Sayang?” Wanita itu menatap Diana.

Sayang? Apa aku yang ia maksud Sayang?

“Apa namamu rahasia?”

“Tidak. Nama saya Diana.” Diana masih bingung. Ia jadi sedikit linglung.

“Sekarang kita ke rumahmu. Kita ambil barang-barangmu. Mulai hari ini kamu tinggal di rumah Mama.”

Eh? “Sekarang ini masih jam kerja saya.” Diana tidak bisa seenaknya pergi saat jam kerja. Gajinya bisa dipotong.

“Mama sudah meminta ijin untuk membawamu pergi.”

Apa maksudnya ini? Diana belum paham.

Mereka menuju ke rumah Diana.

Di depan rumah Diana sudah ada truk pindahan dengan sepuluh orang helper dan satu supir.

Diana membuka pintu rumahnya. Dalam waktu tak lama, barang-barang di rumah Diana sudah diangkut ke dalam truk.

“Tante ...”

“Jangan panggil tante. Panggil mama.”

“Tan ... Mama, Diana harus ijin dengan pemilik rumah.” Diana tidak bisa begitu saja pergi tanpa pamit. Ia masuk rumah dengan baik-baik maka ia harus keluar rumah dengan baik juga.

“Mama sudah ijin dengan pemilik rumah.”

Diana ikut bersama pria asing dan ibu pria asing itu. Diana akan meminta penjelasan setelah mereka tiba di rumah tujuan mereka.

Diana memandang takjub rumah mewah tempat tinggal pria asing itu. Mewah sekali. Rumah yang besar dan megah. Mungkin ada ratusan pelayan yang berkerja di sini.

“Mulai malam ini kalian tidur bersama," ucap wanita yang ingin disebut mama itu.

“Tetapi kami belum menikah.” Diana menolak.

“Tapi bukannya kalian sudah tidur bersama?” Sandra tersenyum penuh arti.

“Satu bulan lagi kalian menikah. Tidak. Satu bulan terlalu lama. Nanti perutmu akan kelihatan buncit. Satu minggu lagi kalian menikah." Sandra merasa harus secepatnya menikahkan putranya dengan Diana.

“Satu minggu lagi!?” Diana mengira telinganya terganggu.

“Mama harus cepat-cepat pesan gedung dan pakaian. Sultan, bawa Diana ke kamarmu.” Sandra bergegas meninggalkan Diana yang masih bengong.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!