Orang-orang asing heran melihat Diana yang menangis di depan umum. Tetapi mereka hanya bisa bertanya-tanya di dalam hati.
Apa ia baru saja kehilangan seseorang? Atau mungkin sakit?
Diana tak berhenti menangis. Ingatannya bersama Robert terlintas di benaknya. Ia bertanya-tanya di dalam hatinya apakah ia melakukan kesalahan kepada Robert. Tetapi tidak ada hal yang bisa memicu berakhirnya hubungan mereka.
Di dalam taxi online pun Diana masih menangis. Ia melihat undangan pernikahan Robert. Seharusnya namanya lah yang tertulis di sana. Bukan Ana.
Kak, apa maksudnya ini?
Diana melihat cincin berlian di jari manisnya. Cincin pemberian Robert saat melamar dirinya sebulan yang lalu.
Apa karena aku miskin? Tetapi kakak bukan orang yang membedakan orang berdasarkan status kekayaan.
Apa karena aku tidak cantik? Tetapi wajahku tidak jelek-jelek amat. Kakak bahkan sering memujiku.
Apa pujian kakak itu juga boong?
Apa karena aku bodoh?
Diana cuma bisa bertanya-tanya. Tak ada kejelasan dari Robert kenapa pernikahan itu bisa terjadi.
Di rumah.
Diana menangis semalaman. Bantal dan sprei miliknya menjadi saksi bisu kesedihannya..
Keesokkan harinya mata Diana terlihat bengkak.
Diana memandangi undangan pernikahan itu lagi. Ia hendak menyobek-nyobek dan membuangnya. Tangan Diana sudah hendak menyobek undangan itu. Tetapi Diana berpikir ulang.
Jika undangan ini ditujukan untuk diriku, bukankah itu artinya aku diundang. Aku harus datang. Tetapi aku tidak boleh datang sendirian. Aku harus membawa pasangan.
Diana membaca tanggal resepsi. Seminggu lagi. Aku harus dapetin cowok pengganti kak Robert.
...***...
Sementara itu di tempat Robert berada. Di dalam kamar Robert.
“Apa ini yang kamu inginkan? Pernikahan tanpa cinta?” Ana bertanya.
“Ikuti saja semua perintahku. Aku akan memberikan yang kau mau. Peran utama sebuah film? Aku bisa memberikannya padamu. Iklan? Aku bisa memberikannya sebanyak yang kau mau.”
Ana mendekati Robert. “Aku menginginkan dirimu.” Bibir Ana mendekat dan semakin dekat.
Robert mendorong Ana hingga Ana terjatuh.
“KAMU MAU MATI?” Robert tak ingin disentuh Ana.
“Aku itu calon istrimu.”
“Kamu memang akan jadi istriku di atas kertas tapi jangan lupa perjanjian kita. Aku bisa membatalkannya sewaktu-waktu. Aku bisa membuat karirmu hancur. Atau kau juga ingin menghilang dari dunia ini?” Robert menatap tajam Ana.
Ana bangkit berdiri lalu berlalu pergi.
Robert menuju ke ruang kerjanya. Ia meneggelamkan dirinya ke dalam pekerjaannya. Berharap bisa melupakan Diana. Tetapi tidak bisa.
Tawa Diana, tingkah imut Diana, terutama sentuhan bibir lembut lembut Diana selalu terbayang di kepalanya.
Robert mengacak-acak rambutnya.
Di, pergilah dari pikiranku. Aku sudah mengusirmu pergi dari hadapanku tapi kenapa kau terus muncul.
...***...
Seminggu berlalu. Hari H pernikahan Ana dan Robert.
Diana sudah membeli gaun tercantiknya. Tetapi satu kekurangan yang ia miliki. Pasangan.
Di sini bukan Jepang yang bisa menyewa manusia untuk jadi teman kencan. Diana melihat sekitarnya. Ia mendekati seorang pria.
“Aku butuh bantuanmu. Apa kau bisa membantuku? Aku akan melakukan apa saja untukmu. Tentu saja yang aku bisa lakukan.”
“Bisa.”
“Kau tidak bertanya bantuan apa yang aku butuhkan?” Diana tidak menyangka ada yang menjawab bisa tanpa penjelasan lebih lanjut.
“Apa itu perlu ditanyakan?”
“Tidak juga. Aku butuh bantuanmu untuk berpura-pura menjadi kekasihku di acara pernikahan. Aku butuh waktumu dua jam saja. Tidak! Satu jam saja sudah cukup.” Diana tak ingin berlama-lama di pernikahan Robert.
“Ayo kita pergi.” Pria itu menggandeng Diana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments