Ruangan Bawah Tanah

Aku dan Syo pergi keluar kamar dan memberitahukan Vivi yang sedang menunggu diluar kalau kita akan pergi ke ruang bawah tanah untuk main perang-perangan.

Tidak banyak tanya, Vivi langsung menunjukkan jalannya kepada kami. Kami turun ke lantai satu dan pergi ke taman di belakang rumah. Disana tidak ada apa apa. Hanya ada lapangan hijau yang kosong tanpa ada tumbuhan atau patung yang cantik seperti taman di depan.

"Umm...kita mau apa disini? Katanya kita akan keruangan bawah tanah."

"Tunggu sebentar, tuan."

Vivi merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah cincin yang sangat cantik yang kemudian dia menggunakan nya di jari telunjuk di tangan kanannya.

Aku tahu itu bukan cincin biasa apalagi cincin kawin. Itu adalah alat sihir. Aku tidak tahu fungsi dari cincin itu, tapi setelah mengeluarkan cincin itu. Vivi mengeluarkan secarik kertas kecil di sakunya.

Di kertas itu sepertinya ada tulisan yang cukup panjang dan sepertinya itu adalah sebuah mantra.

Vivi membacakan mantra yang tertulis di kertas dengan keras. Tak lama setelah Vivi membaca mantra, cincin di jarinya mengeluarkan cahaya hijau yang terang. Semakin lama dia membaca mantra, cahaya itu semakin terang. Semakin dia membaca mantra itu dengan keras, cahaya itu juga semakin terang.

Setelah vivi sudah membaca habis mantra itu. Dia langsung menghantamkan tangannya ke tanah yang membuat tanah di lapangan itu retak dan seperti terbelah menjadi dua.

Lalu tanah tiba-tiba bergetar dan retakan tadi terpisah menjadi 2 bagian. Mereka terpisah semakin jauh dan jauh yang pada akhirnya retakan tadi membuat sebuah lubang yang cukup besar.

Didasar lubang itu ternyata ada sebuah tangga yang menuju ke bawah. Tangga itu terbuat dari besi yang terlihat masih baru karena masih sangat berkilau

Dinding nya juga begitu, dia terbuat dari besi yang masih baru dengan dihiasi bola bercahaya setiap 3 meter.

"Baik tuan, mari kita masuk."

"Wow....canggih sekali."

Kami pun turun ke bawah. Yang pertama turun adalah Vivi karena dia memakai Rok. Yang kemudian aku turun dengan menggendong Syo di punggung ku.

Awalnya Syo ingin turun sendiri, tapi karena jarak antara gagang tangga cukup jauh dan Syo tidak bisa menjangkau nya. Jadi aku pun menggendongnya karena takut kalau dia akan jatuh.

Kedalaman lubang ini ternyata cukup dalam. Mungkin dalamnya bisa mencapai 50 meteran. Dan sejujurnya karena dulu tanganku pernah kepotong. Tanganku jadi gemetaran dan tidak bisa mengangkat beban yang beratnya tidak lebih dari 10 kilo.

Tapi untungnya sebelum tanganku jadi lemas, kami sudah sampai di dasar lubang itu. Di tempat itu hanya ada satu lorong dengan dinding yang sama seperti sebelumnya. Dilorong ini tidak ada apa-apa. Ruangan tidak ada, hiasan dinding tidak ada. Pokoknya tempat ini sangat polos dengan bola cahaya setiap 3 meter.

"Baik kita hanya harus berjalan beberapa meter lagi,tuan."

"Okelah. Kamu mau di gendong gini terus atau mau turun?"

"Gendong aja."

"Oke,kalau begitu pegangan yang erat ya."

"Oke kak."

Kami pun berjalan menyusuri lorong itu. Sangat membosankan berjalan disini. Kalau aku jadi paman Tapoc disini pasti akan kuberi sesuatu seperti koleksi alat -alat sihirnya atau sesuatu yang unik. Dan mungkin tembok disini akan kuberi cat yang terlihat futuristik seperti putih atau abu abu.

Setelah 1 menit berjalan kami akhirnya sampai di sebuah ruangan yang cukup besar, tidak seperti lorong tadi. Disini semuanya berwarna putih dan tidak ada apa apa disini kecuali 1 hal. Yaitu ada sebuah pedang yang menancap di tengah-tengah ruangan itu.

Pedang itu terlihat sangat keren. Dia berwarna hitam dengan mata pisau seperti sebuah ombak. Sejujurnya aku bingung kenapa pedang itu ada disana. Bagiku itu merusak pemandangan saja. Dan lagi untuk apa kita disini.

Kukira ketika sampai disini kita akan disambut oleh pelayan seperti sebelumnya, tapi ternyata tidak, disini tidak ada siapa-siapa selain Aku,Syo dan Vivi.

Sudah tidak ada apa-apa, tidak ada siapa-siapa. Lalu kita mau main perang-perangan gimana kalau gini.

"Oke anda ingin pedang seperti biasanya kan tuan muda."

"Iya."

"Kalau begitu anda mau apa tuan?"

"Mau apa maksudmu?"

"Pedang tuan, anda mau pedang tipe apa? Yang besar kah, sedang kah, atau kah yang kecil seperti punya tuan Syo."

"Hmm..sedang lah."

"Baik kalau begitu."

Sebenarnya aku agak bingung ditanya begitu. Kenapa dia tiba-tiba bertanya tentang pedang yang ku pilih. Padahal disini tidak ada apa apa lho. Disini hanya ruang kosong dengan pedang keren di tengah ruangan.

Lalu tiba-tiba,muncul seekor monster banteng dengan tubuh seperti manusia berotot yang entah muncul dari mana dan kapan. Tinggi monster itu sekitar 5 meteran dengan warna kulit berwarna hitam ke coklatan.

Monster itu mencabut pedang di tengah ruangan dan dalam sekejap ruangan itu berubah warna menjadi merah. Selain perubahan warna, juga terdengar suara yang mengganggu seperti "Bahaya! Ancaman monster datang."

Suara itu terus berbunyi sampai pada akhirnya berhenti ketika monster banteng yang lain muncul. Tidak seperti monster banteng yang berukuran besar, monster yang lain itu hanya berukuran sekitar 2 meteran saja. Jumlah monster itu sangat banyak mungkin ada sekitar 30an dengan 1 monster yang besar.

"Oke mali kita kalahkan monstel-monstel jelek itu kak."

Aku menoleh kearah Syo dan dia sudah berpakaian baju tempur lengkap dengan baju besi dan juga sebuah pedang kecil yang sedang dia pegang dengan kedua tanganya.

"Lho sejak kapan kamu berpakaian begitu dan..dapat dari mana itu semua."

"Kakak juga memakainya kok."

Aku melihat diriku dan benar saja. Aku sudah memakai baju tempur lengkap dengan sebuah pedang yang ku pegang di tangan kananku.

"Lho sejak kapan aku memakai ini."

Ketika aku masih bingung dengan situasi sekarang. Para monster sudah bergerak ke arah kami, siap menyerang kami.

"Kakak jangan tellalu memikilkan nya. Lebih baik kita segera menyelang atau meleka yang menyelang kita dulu."

Syo dengan gesit melesat ke arah gerombolan monster itu. Awalnya aku khawatir dengannya karena takut dia akan kenapa-napa. Tapi kekhawatiran ku menghilang ketika dia berhasil menghabisi 5 monster banteng dalam sekejap.

Dia sangat cepat dengan ukuran anak kecil, bahkan aku sempat berpikir kalau Syo ini adalah orang dewasa yang menyamar sebagai anak kecil. Lalu ketika dia berhasil menghabisi salah satu monster, aku baru sadar kalau mereka tidak mengeluarkan darah sama sekali dan dari situ aku berkesimpulan kalau yang sedang dilawan Syo ini mungkin adalah ilusi dan mungkin tempat ini adalah alat sihir milik paman tapoc yang memungkinkan kita bisa membuat ilusi sesuka kita.

"Oh gitu ya...pantas saja terlihat gampang. Kalau begitu aku juga akan menyerang lah."

Aku pun berlari kedepan dan berniat menyerang salah satu monster, tapi ketika kuayunkan ketepat monster itu. Dia menahan serangan ku dengan gampangnya. Bahkan dia terlihat tidak menggunakan tenaga sama sekali untuk menahan serangan ku.

Monster itu pun segera membalasku dengan meninjuku dibagian perut. Awalnya kupikir tidak akan sakit karena mereka ini hanya ilusi, tapi ketika pukulannya mengenai perutku. Sungguh ini bukanlah ilusi, rasa sakitnya sama ketika ayah bermain serius denganku dulu.

Karena pukulannya itu aku terhempas cukup jauh sampai membentur dinding di belakang ku. Ketika aku terhempas ternyata ada Vivi di sampingku dia terlihat santai melihat Syo bertarung.

"Sebaiknya anda hati-hati tuan karena ini bukanlah ilusi, tapi ini asli. Semua monster yang ada disana itu adalah tanah liat yang di kendalikan oleh alat sihir milik tuan Tapoc, jadi kalau kau kena maka akan sakit sekali."

Aku pun berdiri sempoyongan, pedangku sudah tidak ada. Dia sudah di rampas oleh monster tadi. Aku mengelap air di bibirku. Entah itu air liur atau air akibat muntahan ku, aku tidak tahu.

"Sebaiknya kau beri tahu aku lebih awal. Jadi aku tidak perlu kehilangan pedangku."

"Maaf kan aku tuan. kupikir anda sudah tahu."

"Kau tidak bersembunyi? Nanti bisa kena serang lho."

"Kalau itu tenang saja tuan. Monster itu hanya akan menyerang yang memakai armor saja."

"Oh gitu ya... apakah kau punya pedang lain? Pedangku sudah dirampas monster itu."

"Tidak punya tuan, pedang mu hanya satu itu saja."

"Hah...ya sudah lah. Kalau begitu aku akan rebut kembali saja. Omong-omong monster ini kalau dengan Makupa lebih kuat mana?"

"Hmm...mungkin sama kuatnya tuan, karena monster itu didesain agar tuan Syo tidak kesusahan."

"Gitu ya. Kalau begitu bagus."

Aku pun melesat lagi kedepan dan kali ini aku tidak main-main lagi. Aku menyerang lagi monster yang memegang pedangku. Walaupun tanpa senjata aku bisa mengalahkan monster itu dengan mudah karena dulu ayahku pernah mengajariku cara melawan seseorang yang bersenjata sedangkan aku tidak.

Monster itu mengayunkan pedangku ke arahku, tapi aku menghindari nya dan kemudian aku memegang lengan monster itu. Setelah ku pegang erat-erat. Aku memukul tangan monster itu dengan keras sampai membuat pedang yang dipegangnya jatuh.

Setelah pedangnya terjatuh aku membanting monster itu ke tanah. Lalu kuambil pedangku lagi dan menusuknya tepat di dadanya. Tak sampai situ aku menarik pedang itu sampai ke kepalanya yang membuat tubuhnya terbelah dua.

Aku sangat senang sekali saat itu karena berhasil membunuh 1 monster dan berniat ingin membunuh yang lain.

"Okeee! Siapa lagi yang ingin dibasmi!" Aku berbalik dan... sudah tidak ada monster lagi. Semuanya sudah di habisi termasuk yang besar. Mereka semua dihabisi oleh Syo seorang diri dengan menggunakan pedang kecilnya.

Disitu aku hanya bisa berwajah datar sambil mengedipkan mataku berkali-kali. Seakan tidak percaya kalau Syo menghabisi semuanya sendirian

"Hah...telnyata selu sekali ya belmain dengan kakak." Syo mengelap keringatnya dengan tangan nya.

"Sungguh pertarungan yang luar biasa, tuan Syo dan...tentu saja untuk tuan Rakka juga, Pftt.." Vivi terlihat menahan tawanya.

Wajahku memerah karena aku malu telah kalah dengan anak kecil.

"Ada apa kak? Wajah kakak melah lho? Kakak sakit ya?"

"Nggak kok,cuma... kecapekan aja." Aku tersenyum masam sambil menggaruk kepalaku.

"Oh gitu ya. Kalau begitu kita istilahat saja. Kak Vivi bisa ubah tempat ini ke tempat santai."

"Baik tuan Syo." Vivi membungkuk,lalu pergi ke tempat awal kita masuk tadi. Ketika dia sampai disana dia memakai cincin yang dia pakai tadi dan menyentuhkan tangannya ke dinding.

Bibirnya terlihat bergerak. Sepertinya dia sedang membaca mantra, tapi tidak seperti sebelumnya yang agak lama. Kini hanya butuh waktu beberapa detik saja. Bibirnya berhenti bicara, tapi tangannya masih menempel di dinding.

Setelah selesai membaca mantra, Vivi menyuruh kami untuk mendekatinya. Aku yang masih tidak tahu sistem kerja disini hanya menurutinya saja dan kemudian berjalan mendekatinya bersama Syo.

Kami sudah berada dekat dengan Vivi. Yang kemudian Vivi berkata.

"Baiklah, sebaiknya anda tidak melewati garis pembatas ini tuan. Apalagi menyentuhnya sedikit saja."

Aku melihat kebawah dan disitu ada pembatas antara ruangan itu dan sebuah lorong. Kakiku disitu masih menyentuh sedikit pembatas itu lalu aku menyingkirkan nya dan berkata.

"Oke sudah. Memangnya ada apa sih?"

"Change!" Vivi tidak menjawab pertanyaan ku dan malah menekan tembok yang dia sentuh dengan keras sambil berteriak dengan keras juga.

Tak lama setelah Vivi melakukan itu ruangan yang ada di depanku tiba-tiba berubah. Ruangan itu awalnya kosong dan hanya ada banyak sekali mayat dari monster sebelum nya. Lalu kemudian mayat monster itu menghilang dan digantikan oleh sebuah sofa di tengah ruangan dan juga sebuah meja besar dan juga lebar yang berada di sebelah kiri ruangan itu.

Meja itu berisi bermacam-macam makanan, dari makanan berat sampai makanan kecil [camilan]. Di sebelah kanan ruangan juga ada sebuah rak yang tiba-tiba muncul. Di rak itu berisi banyak sekali buku, tapi sepertinya bukan buku yang ada di ruangan paman tapoc sebelumnya. Aku bisa mengenali sampul-sampul itu dan yang ada disana semuanya adalah buku novel.

Di depan sofa juga ada perapian yang sangat cocok sekali untuk bersantai di suasana dingin. Yah itu wajar kalau sudah mulai dingin karena sebentar lagi musim dingin akan tiba.

Dari yang kulihat sepanjang perjalanan kesini bersama paman tapoc sebelumnya. Pohon-pohon dijalan mulai tidak ada daunnya. Mungkin masih ada beberapa pohon yang masih memiliki banyak daun, tapi kebanyakan dari mereka hanya tersisa sekitar seratusan daun saja.

Biasanya kalau sudah hari begini, aku bakal disuruh untuk mencari kayu kering sebanyak-banyaknya di hutan. Tapi karena aku hidup di tempat orang kaya mungkin aku tidak perlu melakukan hal itu lagi.

"Wow....banyak sekali makanan enak dan buku yang menarik disini." Aku menghampiri meja makan dan juga buku-buku yang di rak. Ternyata dari semua makanan dan buku yang ada disini. Kebanyakan aku belum pernah melihatnya.

"Nah kak, ayo kita istilahat dulu di sofa itu sambil makan cemilan atau membaca buku."

"Memangnya semua ini boleh kucoba?"

"Tentu saja. Kakak kan sekalang kelualga ku. Jadi semua yang ada disini juga milik kakak."

"Benarkah? Kalau begitu aku tidak akan sungkan lagi. Ayo Syo kita serbu makanan dan buku yang ada."

"Ayo. Serbuu...!"

Aku dan Syo segera berlari mengambil makanan yang enak dan juga buku-buku yang belum pernah di baca sebelumnnya. Kami membawa semua itu ke meja yang ada di dekat sofa. Karena meja itu tidak terlalu besar dan tidak akan muat kalau kami meletakkan semua buku dan makanan yang kami bawa di meja itu. Jadi kami meletakkan semua makanan di atas meja dan bukunya kami letakkan di bawah meja.

Kami pun segera duduk di sofa dan mengambil makanan dengan tangan kanan kami, dan tangan kiri kami memegang sebuah buku. Baru saja kami membuka mulut kami dan ingin memakan makanan nya. Tiba-tiba muncul Paman tapoc dari belakang dengan kedua tangan di pinggangnya dan alis mengerut.

"Lho...kalian makan kok nggak ngajak-ngajak."

"Ayo paman, makan sama-sama."

"Iya pah sini."

"Nah gitu dong. Kalau begitu aku tidak akan sungkan lagi."

Paman tapoc segera duduk bersama kami. Sejujurnya tempat duduknya jadi agak sempit, tapi tidak apa apa. Lagipula aku malah mendapatkan bantal baru yang empuk.

Aku bersandar di tubuh paman tapoc dan itu sangat empuk karena paman tapoc yang gemuk. Syo juga ikut-ikutan, dia juga bersandar di tubuh paman tapoc sambil membaca bukunya.

"Hmm...kalian baca apa sih."

"Ini pah, aku sedang membaca novel overall."

"Tentang apa itu?"

"Hm..tentang seseorang yang terjebak di dimensi lain dengan tubuh monster. Ketika di tubuh monster itu dia sangat kuat dan berniat ingin menguasai dunia."

"Hmm.." paman tapoc menganggukan kepalanya dengan wajah tidak tertarik.

"Kalau kamu, Rakka."

"Kalau aku sedang membaca novel Rose Nevergarden."

"Kalau itu tentang apa?"

"Kalau ini tentang seorang wanita yang tidak tahu apapun tentang emosi dan perasaan yang berniat ingin mencari tahu arti dari 'aku mencintaimu'."

"Oh romance ya."

"Iya, tapi mungkin ini lebih ke drama sih. Kata orang-orang novel ini bagus. Jadi aku penasaran deh."

"Hmm...gitu ya." Seperti sebelumnya paman tapoc memasang wajah tidak tertarik sambil menganggukan kepalanya.

"Apakah kalian tidak tertarik membaca yang lain, seperti buku sains."

"Tidak." Kami menjawab langsung tanpa memikirkan nya lama.

"Lho... bukannya tadi kamu bilang tertarik, Rakka."

"Awalnya begitu, tapi karena membaca novel lebih menyenangkan. Jadi aku lebih memilih membaca novel ketimbang buku sains yang bikin otak pusing."

"Benal itu."

Paman tapoc terlihat kesal ketika aku mengatakan itu, tapi kami berdua tidak mempedulikan nya karena kami terlalu sibuk dengan buku kami.

Dia mengambil salah satu makanan dimeja dan memakannya dengan perasaan kesal. Bahkan dia sampai bergumam dengan mulut penuh makanan.

"Dasar anak-anak jaman sekarang. Padahal kalau kau suka Sains, mungkin saja kau bisa mengubah dunia ini seperti aku." Gumam paman tapoc dengan mulut penuh makanan.

Setelah memakan 1 makanan, paman tapoc berdiri dari sofa dan itu membuat aku dan syo jatuh dan terbentur satu sama lain.

"Aduh...papa kalau mau beldili ngomong dong."

"Ah..maaf, maaf. Aku tidak tahu kalau kalian sedang bersandar padaku." Dia sebenarnya tahu, tapi dia berpura-pura tidak tahu untuk memberi pelajaran untuk kami berdua karena telah mengkacangin dia.

"Kalau begitu Papa mau pergi dulu ya. Ada urusan di kerajaan dan kalian jangan makan banyak-banyak ya. Karena sebentar lagi makan siang. Syo tahu kan apa yang akan terjadi kalau kau nggak habisin makananmu."

"Iya pah.." Syo menjawab tapi matanya masih membaca buku.

Paman Tapoc berjalan ke lorong dan disana ada Vivi. Dia membungkuk ketika paman tapoc mendekati nya.

"Anda sudah mau pergi, tuan."

"Iya, hari ini ada rapat penting di kerajaan dan aku disuruh hadir."

"Begitu ya. Kalau begitu hati-hati, tuan."

"Tentu, kalau begitu jaga mereka ya agar tidak makan banyak-banyak."

"Baik tuan." Vivi mengangguk

"Kalau begitu aku pergi dulu."

"Baik. Selamat jalan tuan." Vivi membungkuk sekali lagi.

Vivi melihat ke arah sofa dan merasa aneh karena tidak ada suara sama sekali. Dari tadi memang tidak ada suara sih, tapi terkadang ada suara membalikkan buku dan sekarang malah tidak ada suara apa pun.

Vivi pun berjalan mendekati mereka karena penasaran apa yang terjadi pada mereka. Ketika sampai didepan sofa, dia hanya bisa tersenyum. Dia melihat kami yang sedang tertidur pulas dengan buku yang menutupi wajah kami.

"Hah..padahal mereka ini bukan saudara kandung.bahkan mereka baru bertemu beberapa jam yang lalu, tapi mereka sudah sedekat ini dan sudah seperti saudara kandung yang asli."

Vivi mengambil buku yang ada di wajah kami dan meletakkan buku itu di bawah meja. Setelah itu dia berjalan ke lorong dan seperti sebelumnya dia memakai cincin dan meletakkan tangannya di dinding. Lalu dia berkata.

"Became dark."

Ruangan itu awalnya terang benderang dan dalam sekejap ruangan itu berubah menjadi gelap dan hanya ada cahaya di bagian lorong saja.

"Nanti sajalah kalau sudah waktunya makan siang akan ku bangunkan dan untuk sekarang tidurlah yang nyenyak pangeran-pangeran ku."

Vivi tetap berdiri disitu sambil mengawasi kami.

Episodes
1 Makhluk Misterius
2 Sampai Jumpa di Alam Liar
3 Mandi Uap Yang Menyenangkan
4 Keluarga Baru?
5 Ruangan Bawah Tanah
6 Kebahagiaan.......
7 ..... Berakhir Sudah
8 Si Detektif Hebat ?
9 Penyiksaan
10 Kejadian yang terulang kembali
11 Mati dan Hidup
12 Makhluk Misterius part 1
13 Makhluk Misterius part 2
14 Makhluk Misterius part 3
15 Sampai Jumpa di Alam liar part 1
16 Sampai Jumpa di Alam Liar part 2
17 Rumah Baru part 1
18 Rumah Baru part 2
19 Rumah Baru part 3
20 Keluarga Baru part 1
21 Keluarga Baru part 2
22 Keluarga Baru part 3
23 Ruang Bawah Tanah part 1
24 Ruang Bawah Tanah part 2
25 Makan Bersama part 1
26 Makan Bersama part 2
27 Makan Bersama part 3
28 Makan bersama part 4
29 Kebahagiaan Berakhir part 1
30 Kebahagiaan Berakhir part 2
31 Kebahagiaan Berakhir part 3
32 Penyisaksaan part 1
33 Penyiksaan part 2
34 Kejadian yang terulang kembali
35 Mati dan hidup
36 Manusia Serangga part 1
37 Manusia Serangga part 2
38 Manusia Serangga part 3
39 Manusia Serangga part 4
40 Manusia Serangga part 5
41 Manusia Serangga Part 6
42 Petualangan dimulai part 1
43 Petualangan dimulai part 2
44 Petualangan dimulai part 3
45 Petualangan dimulai part 4
46 Petualangan dimulai part 5
47 petualangan dimulai part 6
48 Petualangan dimulai part 7
49 Petualangan dimulai part 8
50 Petualangan dimulai part 9
51 Petualangan dimulai part 10
52 Petualangan dimulai part 11
53 Petualangan dimulai part 12
54 Petualangan dimulai part 13
55 Perjalanan ke Negeri Peri part 1
56 Perjalanan ke Negeri Peri part 2
57 Perjalanan ke Negeri Peri part 3
58 Perjalanan ke Negeri Peri part 4
59 Perjalanan ke Negeri Peri part 5
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Makhluk Misterius
2
Sampai Jumpa di Alam Liar
3
Mandi Uap Yang Menyenangkan
4
Keluarga Baru?
5
Ruangan Bawah Tanah
6
Kebahagiaan.......
7
..... Berakhir Sudah
8
Si Detektif Hebat ?
9
Penyiksaan
10
Kejadian yang terulang kembali
11
Mati dan Hidup
12
Makhluk Misterius part 1
13
Makhluk Misterius part 2
14
Makhluk Misterius part 3
15
Sampai Jumpa di Alam liar part 1
16
Sampai Jumpa di Alam Liar part 2
17
Rumah Baru part 1
18
Rumah Baru part 2
19
Rumah Baru part 3
20
Keluarga Baru part 1
21
Keluarga Baru part 2
22
Keluarga Baru part 3
23
Ruang Bawah Tanah part 1
24
Ruang Bawah Tanah part 2
25
Makan Bersama part 1
26
Makan Bersama part 2
27
Makan Bersama part 3
28
Makan bersama part 4
29
Kebahagiaan Berakhir part 1
30
Kebahagiaan Berakhir part 2
31
Kebahagiaan Berakhir part 3
32
Penyisaksaan part 1
33
Penyiksaan part 2
34
Kejadian yang terulang kembali
35
Mati dan hidup
36
Manusia Serangga part 1
37
Manusia Serangga part 2
38
Manusia Serangga part 3
39
Manusia Serangga part 4
40
Manusia Serangga part 5
41
Manusia Serangga Part 6
42
Petualangan dimulai part 1
43
Petualangan dimulai part 2
44
Petualangan dimulai part 3
45
Petualangan dimulai part 4
46
Petualangan dimulai part 5
47
petualangan dimulai part 6
48
Petualangan dimulai part 7
49
Petualangan dimulai part 8
50
Petualangan dimulai part 9
51
Petualangan dimulai part 10
52
Petualangan dimulai part 11
53
Petualangan dimulai part 12
54
Petualangan dimulai part 13
55
Perjalanan ke Negeri Peri part 1
56
Perjalanan ke Negeri Peri part 2
57
Perjalanan ke Negeri Peri part 3
58
Perjalanan ke Negeri Peri part 4
59
Perjalanan ke Negeri Peri part 5

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!