Sampai Jumpa di Alam Liar

Seminggu kemudian.

Hari ini adalah hari dimana ayah dan ibuku akan pergi berpetualang dan....mereka tidak mengajakku.

Aku sudah siuman 3 hari yang lalu. Setelah siuman aku tidak ingat kejadian minggu kemarin sama sekali. Yang kuingat hanyalah, ayahku mengajak ku keluar kerajaan untuk latihan terakhir ku. Setelahnya aku tidak ingat sama sekali.

Saat siuman aku juga terkejut melihat bekas luka yang cukup besar di bagian lenganku. Ibuku berkata kalau aku hampir saja mati kala itu, tapi untungnya aku bisa selamat gara-gara obat sihir tingkat tinggi yang ibu berikan padaku sebelumnya.

Di pagi buta, sudah ada suara berisik dari rumahku. Suara itu adalah suara ayah dan ibuku yang sedang mempersiapkan barang-barang untuk berpetualang nanti.

Saat itu aku masih tertidur lelap, tapi aku terbangun karena suara itu. Aku pun keluar kamar untuk memeriksa nya. Dan disana aku melihat banyak sekali barang-barang yang sudah tersusun rapi di meja.

Di meja itu ada, peta, lentera, alat untuk membuat api, beberapa tanaman obat-obatan, dan juga peralatan bertarung mereka. Tapi dari banyaknya barang di meja, ada satu barang yang membuatku terpukau, yaitu pedang legendaris Adamas yang konon tidak bisa patah.

Pedang itu berwarna hitam kebiruan dengan motif seperti api di bagian mata pisaunya. Di bagian genggamannya juga ada motif seperti tanaman rambat berduri dan di tengahnya ada sebuah motif mawar berwarna hitam.

Bisa di bilang ini pertama kalinya aku melihat pedang itu, karena ayah tidak pernah mau menunjukkan nya padaku sebelumnya. Ayahku bilang pedang itu memang tidak bisa patah sama sekali. Dia pernah mencoba mengadunya dengan sebuah batu raksasa dan batu itu yang terbelah dua. Tapi sebagai ganti kekuatan yang luar biasa itu, pedang itu sangatlah berat. Hanya orang-orang yang punya kekuatan lebih, seperti ayahku yang bisa mengangkat pedang itu.

"Selamat pagi ayah, ibu."

"Oh..kau sudah bangun ya, maaf ya sepertinya kami terlalu berisik, sampai membuatmu terbangun." Ibuku sedang memasukkan barangnya di tasnya.

"Tidak apa-apa kok, lagipula ini hari terakhir kita bertemu. Jadi aku ingin bersama kalian lebih lama lagi."

Ayah dan ibuku saling menatap dan kemudian mereka mendekatiku dan memelukku.

"Maaf ya nak, kami tidak bisa membawamu." Ibuku memelukku sangat erat.

"Tidak apa bu. Nggak usah minta maaf, lagipula ini salahku karena tidak bisa kuat dalam 3 tahun latihan ini."

Mereka berdua melepaskan pelukannya dariku.

"Tidak apa-apa nak, kau masih ada waktu. Nanti ditempat temanku, kau bisa berlatih lebih serius lagi. Dari yang kudengar, baru-baru ini dia sudah menyelesaikan penemuan terbarunya. Dan dia berkata kalau penemuan nya ini bisa membuat siapapun bisa tambah kuat dalam beberapa minggu saja."

Aku tersenyum tipis.

"Yah..semoga saja begitu."

Ayah dan ibuku tersenyum dan kemudian ayah teringat sesuatu.

"Oh iya..ada sesuatu yang ingin kuberikan kepadamu."

"Hmm?"

Ayahku masuk kamarnya dan kembali lagi sambil membawa sebuah gelang polos berwarna hitam.

"Ini dia. Kuberikan ini untukmu sebagai kenang-kenangan dari kami."

"Gelang? Apakah ini salah satu alat sihir. Kalau benar, ini kebangetan sih. Kalian tahu kan aku tidak bisa menggunakan alat sihir sama sekali." Aku mengambil gelang itu dan membalik-balikannya

"Bukan...itu bukan alat sihir, aku sudah memeriksanya dan itu hanya gelang biasa."

"Oh gitu ya...terus kalau begitu ini dapat darimana? Apakah dari pasar?"

"Kau ini banyak tanya ya....mau atau tidak sih. Aku ambil balik lho."

"Hehehe...jangan dong. Aku kan penasaran."

Sebenarnya aku sangat senang diberi gelang itu, walaupun itu didapat dari pasar atau tempat sampah pun. Aku pasti tetap menyukainya karena ini adalah hadiah terakhir dari orang tuaku angkatku yang telah menjagaku dari bayi.

"Terima kasih ayah, ibu. Aku terima gelang ini."

Aku pun memakai gelang itu ditangan kananku. Gelang itu tenyata tidak terlalu pas dengan tangan ku. Dia agak sedikit kebesaran. Jadi agak longgar di tanganku.

"Agak kebesaran ya, tapi kalau kau latihan fisik, mungkin gelang itu bisa pas."

"Yah..mungkin saja."

"Oke.. hadiah sudah diberikan. Sekarang bantu kami menyiapkan barang-barang kami, oke."

"Ternyata ini tujuan kalian memberikan gelang ini."

Aku pun langsung kecewa setelah ayahku mengatakan itu. Kukira gelang ini untuk kenang-kenangan, ternyata untuk mengancamku.

"Mau atau tidak, nanti aku ambil lagi lho gelangnya."

"Iya iya, aku bantu."

Aku pun membantu ayahku dan ibuku menyiapkan barang-barang mereka, atau mungkin lebih tepatnya kalau aku yang menyiapkan barang-barang mereka. Setelah menyuruhku, ibuku pergi untuk memasak, sedangkan ayahku malah pergi untuk membeli persediaan untuk perjalanan nanti.

Setelah beberapa menit aku menyiapkan barang-barang mereka. Aku akhirnya selesai dan juga capek karena ternyata barang bawaan mereka sangatlah banyak dan juga sangat berat.

Aku sebenarnya tidak menyangka, selama ini mereka berdua selalu membawa barang bawaan seberat ini berpetualang kemana-mana. Jadi wajar saja kalau ayahku sangatlah kuat dan juga cepat.

Beberapa menit setelah aku selesai. Ibuku juga sudah selesai memasak sarapan. Setelah itu ayahku juga sudah kembali sambil membawa daging rusa yang dikeringkan.

Setelah semuanya sudah siap, kami pun sarapan bersama untuk terakhir kalinya. Menu sarapan kali ini adalah telur mata sapi, 2 potong daging sapi panggang dan juga beberapa sayuran, seperti wortel dan jagung.

Selama sarapan kami juga bercerita tentang kenangan kami selama di rumah ini dan juga bercerita tentang mereka yang mendapatkan pedang Adamas.

Mereka bercerita kalau dulu pedang adamas di temukan di Negeri raksasa, di sebuah reruntuhan kuno di bawah tanah. Dulu banyak sekali orang yang ke tempat itu karena banyak sekali rumor, kalau di tempat itu banyak sekali harta karun. Tapi dari sekian banyak orang yang pergi kesana, tidak ada satupun yang kembali.

Tidak ada yang tahu, apa yang ada disana, apa yang menanti mereka, monster apa yang mendiami reruntuhan itu. Tidak ada yang tahu.

Lalu saat itulah ayah dan ibuku masuk ke dalam reruntuhan itu. Didalam sana ternyata banyak sekali jebakan dan di dijebakan itu ada banyak sekali tulang belulang manusia yang tertusuk sebuah pedang dan tombak.

Walaupun jebakan disana banyak, tapi itu bukan apa-apa bagi ayah dan ibuku. Mereka melewati semua jebakan itu dengan mudahnya.

Setelah melewati banyaknya jebakan mematikan, mereka akhirnya mereka sampai di ujung reruntuhan itu. Disitulah mereka melihat pedang adamas yang menancap di tengah-tengah ruangan yang sangat besar.

Yang menanti mereka disana tidak hanya pedang adamas. Disitu juga ada sebuah mekanisme bergerak raksasa(Robot raksasa). Di sekitar pedang itu juga banyak sekali tulang belulang yang lebih banyak ketimbang sebelumnya.

Ketika mereka baru sampai disana, mekanisme itu bergerak dan matanya memancarkan cahaya warna merah. Mekanisme itu ternyata sangat kuat. Tubuhnya sangat keras. Jadi sangat susah untuk dipotong, dan dia memiliki kekuatan yang luar biasa. Sekali pukul bisa membuat seluruh ruangan itu bergetar cukup keras.

Walaupun mereka sangat kewalahan melawan mekanisme bergerak itu, tapi pada akhirnya mereka berhasil mengalahkan nya dengan menusuk inti di matanya.

Setelah mengalahkan nya mekanisme itu, mereka mencabut pedang adamas. Pedang itu awalnya susah di cabut, tapi akhirnya mereka berhasil mencabutnya bersama-sama. Setelah pedang itu dicabut. Ruangan itu bergetar cukup kuat bahkan langit-langit reruntuhan itu mulai runtuh.

Melihat tempat itu akan runtuh. Mereka pun segera berlari dan keluar dari tempat itu. Mereka sebenarnya hampir saja terjebak di tempat itu karena kaki ibuku tiba-tiba keseleo, tapi kemudian ayahku membuang tasnya yang berisi persediaan makanan mereka dan juga barang berharga mereka yang ada di tas itu. Setelah membuangnya, dia pun menggendongku ibuku sambil membawa pedang adamas yang tentu saja dia tidak buang. Gara gara membuang tasnya dia jadi bisa bergerak lebih cepat sambil membawa ibuku dan itu membuat mereka berhasil keluar.

Setelah berhasil mendapatkan pedang adamas. Mereka jadi terkenal dimana-mana karena berhasil mendapatkan pedang legendaris. Mereka pun juga diberi gelar oleh serikat petualang sebagai petualang paling tangguh dan kuat. Tak hanya itu, mereka juga di beri uang karena menjual tulisan berisi pengetahuan tentang reruntuhan itu, seperti apa saja yang ada didalam dan juga tentang mekanisme bergerak sebelumnya.

Sungguh cerita yang sangat seru dan menegangkan. Itu membuatku jadi tambah semangat menjadi seorang petualang.

Sarapan kami sudah habis, piring-piring kotor juga sudah di bersihkan ibuku. Matahari juga sudah meninggi yang menandakan sudah waktunya mereka berangkat.

Mereka mengangkat tas mereka yang berat dan kemudian keluar rumah. Tentu saja aku menemani mereka, tapi hanya sampai gerbang saja. Di luar rumah ternyata sudah ada para tetangga yang menanti kami keluar dari rumah. Kebanyakan dari mereka adalah wanita muda yang sedang membawa seikat bunga.

Setiap wanita membawa bunga yang berbeda-beda, ada yang mawar, tulip dan bunga bunga yang lain. Aku sudah tahu mereka sedang menanti siapa. Tentu saja ayahku. Semua wanita muda disana menyukai ayahku. Yah..itu wajar sih, dia sangat tampan sih.

Tapi sebenarnya aku sangat heran kepada semua wanita itu. Apakah mereka ini tidak takut dihajar ibuku lagi. Padahal dulu mereka pernah di hajar habis-habisan oleh ibuku sampai babak belur dan itu membuat mereka harus dilarikan kerumah sakit.

Setelah kejadian itu sebenarnya mereka juga tidak kapok sih, mereka masih menggoda ayahku, tapi secara diam-diam. Tapi kali ini sepertinya mereka siap untuk babak belur lagi.

"Umm...tuan kris."

"Oh.... tetangga kita...uh..." Ayah melihat ibuku dan dia terlihat agak kesal.

Para wanita muda tadi langsung ketakutan ketika melihat ibuku, tapi sepertinya mereka masih memiliki keberanian untuk melanjutkan bicaranya.

"Ku-kudengar kalian berangkat sekarang ya. Ja-jadi kami berniat ingin memberikan kalian bunga ini untuk kenang-kenangan." Para wanita itu memberikan bunganya masing-masing ke Kris.

"Oh gitu ya..terima kasih ya." Ayahku ingin menerimanya, tapi bajunya di tarik oleh ibuku yang membuat gerakannya terhenti.

Setelah menarik baju ayahku, ibuku maju ke depan menghadap para wanita itu. Para wanita sempat ingin mundur, tapi tidak bisa karena saking takutnya, mereka jadi tidak bergerak.

"Wah..kalian baik sekali ya. Terima kasih lho."

Ibuku memasang wajah tersenyum, tapi aku tahu dia sedang marah besar. Ibuku mengambil semua bunga wanita muda itu dengan kasar.

"Wah..bunganya cantik sekali ya."

Ibuku menghirup bau bunga itu.

"Hmm..ternyata baunya juga sangat harum. Sekali lagi terima kasih ya."

Para wanita itu hanya diam saja sambil menangguk tanpa tahu yang sedang di kodekan ibuku. Sebenarnya ibuku mengkodekan agar para wanita itu segera pergi dari hadapan nya.

"Aku ulangi! sekali lagi terima kasih ya!" Ibuku menggegam bunga-bunga itu sampai membuat tangkainya patah.

Para wanita itu akhirnya tanggap dan kemudian mereka berkata.

"I-iya sama sama, ka-kalau Begitu kami permisi dulu..."

Para wanita itu pun segera pergi dengan terburu-buru.

"Hadeh....dasar wanita centil." Ibuku membuang bunga-bunga itu ke tempat sampah.

"Sudahlah sayang jangan marah-marah terus, nanti cepet tua lho."

Ibuku melihat tajam ke arah ayahku, dan aku bisa tahu kalau dia akan berangkat berpetualang dengan 1 mata saja kali ini.

Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya kami sampai di gerbang utama kerajaan. Disana ternyata sudah ada seseorang yang sudah menunggu kedatangan kami. Itu adalah paman Tapoc, teman ayahku. Yang juga akan menjadi ayah angkat ku selanjutnya.

Paman tapoc itu kalau dilihat dari penampilannya sudah seperti 60 tahunan, tapi sesungguhnya umurnya itu seperti ayahku yaitu 30 tahunan atau sekitar 32 tahun, lebih tua 2 tahun dari ayahku.

Tidak seperti ayahku yang kekar, paman tapoc itu gemuk, tapi tidak gemuk banget, sampai perutnya besar seperti orang hamil 9 bulan. Dia hanya gemuk sedikit saja.

Walaupun dia masih berumur 30 tahunan, dia malah sudah mengalami kebotakan. Dan sejujurnnya, dari kejauhan tadi aku sudah menyadari ada orang menunggu kita, karena aku melihat ada kilauan cahaya yang menyilaukan mataku.

Aku pikir itu awalnya adalah sebuah lonceng dari sebuah toko, tapi setelah kulihat baik baik ternyata itu adalah kepala seseorang.

Paman tapoc juga memiliki kumis dan jenggot yang sangat panjang, sampai membuat mulutnya tidak terlihat.

Di depan sebuah pertokoan, paman tapoc mengelus kepalanya yang botak sambil menengok keatas sedang menunggu kita. Menyadari ada seseorang yang datang, dia berhenti mengelus kepala dan menghadap ke orang itu dan ternyata itu adalah orang yang sedang dia tunggu.

"Oh..temanku, akhirnya...." Paman tapoc berhenti bicara karena dia melihat sesuatu yang menakjubkan.

"Buahahaha....ada apa dengan wajahmu itu?" Paman tapoc tertawa terbahak-bahak sampai keluar air matanya

Dia tertawa karena melihat wajah ayahku yang babak belur, matanya lebam satu dan ada bekas tamparan di bagian pipi kanannya.

"Diamlah! Kau ini ingin berpamitan denganku atau mau menertawakan ku hah...!"

Paman tapoc menghapus air matanya.

"Maaf maaf, aku sudah lama tidak melihat wajahmu babak belur begini. Jadi rasanya aneh saja dan itu membuat ku tertawa."

"Sudahlah. Ini anak kami, kau masih ingat kan." Ayahku menepuk pundak ku.

"Halo paman."

"Oh..Rakka, tak kusangka kau sudah sebesar ini. Aku ingat kalau kita pertama kali bertemu pas kau berumur 7 tahun dan saat itu tinggi mu masih selutut ku." Paman tapoc memeluk dengan erat sampai membuatku sesak.

"Se-senang bertemu denganmu juga paman."

Aku masih ingat saat ketemu paman tapoc saat itu. Dulu seingat ku paman tapoc datang ke rumahku untuk membicarakan sesuatu yang penting dengan ayahku dan saat itu juga aku pertama kali bertemu paman Tapoc.

Walaupun sudah terlewat 8 tahun. Penampilan paman tapoc dulu dan sekarang masih sama saja. Yang membedakan hanyalah pakaian. Dulu pakaian paman tapoc itu biasa saja, sama seperti pakaian ayahku saat ini, tapi sekarang dia berpakaian seperti seorang bangsawan yang kaya raya.

Dulu aku ingat kalau paman tapoc itu adalah seorang pedagang senjata, tapi aku tidak tahu kalau hanya menjual senjata bisa kaya dalam sekejap. Atau mungkin dia mempunyai pekerjaan baru yang membuat dia kaya seperti sekarang. Yah..nanti tanya saja lah.

"Umurmu sekarang berapa, Rakka?"

"Umm...2 bulan lagi umurku menginjak 16 tahun."

"Wah..sudah remaja kamu ya."

"Yah.. begitulah."

"Baiklah, Tapoc. Tolong jaga anak kami, oke."

"Tenang saja. Akan kujaga seperti anak sendiri." Paman Tapoc memeluk pundakku.

Sebelum mereka pergi kami saling berpelukan dan kemudian ayah menepuk pundak ku dengan keras dan berkata.

"Kau harus menyusul kami, oke nak. Kami akan menunggumu di alam liar."

"Benar kata ayahmu, kami akan selalu menunggu mu, Dan juga kamu jangan nakal selagi bersama paman tapoc, oke."

"Bu..aku ini sudah hampir 16 tahun, mana mungkin aku akan melakukan hal kekanak-kanakan begitu."

Ibuku tersenyum dan dia pun mencium kening ku.

"Baiklah kami berangkat dulu ya nak."

"Iya ayah, hati hati dijalan. Dan tolong jaga ibu, oke."

"Kalau itu tentu saja."

Mereka berdua pun segera keluar gerbang dan meninggalkan kerajaan. Awalnya aku masih melihat mereka walaupun dari jauh, tapi lama kelamaan mereka menghilang dan hanya menyisakan kebisingan kerajaan yang selalu ada setiap pagi.

Semua orang mulai keluar rumah, ada yang pergi keladang, ketokonya, bahkan ada yang seseorang di kereta kudanya sedang menunggu penumpang.

Awalnya tempat itu sepi, tapi lama kelamaan tempat itu jadi ramai orang yang keluar kerajaan dan juga masuk.

"Hah..sudah mulai ramai nih. Rakka, ayo ke rumah paman."

Awalnya aku tidak menyadari panggilan paman tapoc karena aku masih fokus melihat keluar kerajaan, tapi kemudian paman memanggil ku lagi dengan lebih keras.

"Rakka!"

Aku pun berbalik ketika dipanggil paman tapoc.

"Ayo pulang." Paman tapoc melambaikan tanganya, mengisyaratkan ayo kita pergi.

Aku tersenyum tipis.

"Baik paman."

Ketika kepergian orang tuaku, aku sudah bertekad kalau aku akan menjadi kuat dan menyusul mereka suatu saat nanti. Dan ketika nanti kita bertemu lagi. Aku akan mengajak duel ayahku lagi dan akan kupastikan aku akan mengalahkan nya

Episodes
1 Makhluk Misterius
2 Sampai Jumpa di Alam Liar
3 Mandi Uap Yang Menyenangkan
4 Keluarga Baru?
5 Ruangan Bawah Tanah
6 Kebahagiaan.......
7 ..... Berakhir Sudah
8 Si Detektif Hebat ?
9 Penyiksaan
10 Kejadian yang terulang kembali
11 Mati dan Hidup
12 Makhluk Misterius part 1
13 Makhluk Misterius part 2
14 Makhluk Misterius part 3
15 Sampai Jumpa di Alam liar part 1
16 Sampai Jumpa di Alam Liar part 2
17 Rumah Baru part 1
18 Rumah Baru part 2
19 Rumah Baru part 3
20 Keluarga Baru part 1
21 Keluarga Baru part 2
22 Keluarga Baru part 3
23 Ruang Bawah Tanah part 1
24 Ruang Bawah Tanah part 2
25 Makan Bersama part 1
26 Makan Bersama part 2
27 Makan Bersama part 3
28 Makan bersama part 4
29 Kebahagiaan Berakhir part 1
30 Kebahagiaan Berakhir part 2
31 Kebahagiaan Berakhir part 3
32 Penyisaksaan part 1
33 Penyiksaan part 2
34 Kejadian yang terulang kembali
35 Mati dan hidup
36 Manusia Serangga part 1
37 Manusia Serangga part 2
38 Manusia Serangga part 3
39 Manusia Serangga part 4
40 Manusia Serangga part 5
41 Manusia Serangga Part 6
42 Petualangan dimulai part 1
43 Petualangan dimulai part 2
44 Petualangan dimulai part 3
45 Petualangan dimulai part 4
46 Petualangan dimulai part 5
47 petualangan dimulai part 6
48 Petualangan dimulai part 7
49 Petualangan dimulai part 8
50 Petualangan dimulai part 9
51 Petualangan dimulai part 10
52 Petualangan dimulai part 11
53 Petualangan dimulai part 12
54 Petualangan dimulai part 13
55 Perjalanan ke Negeri Peri part 1
56 Perjalanan ke Negeri Peri part 2
57 Perjalanan ke Negeri Peri part 3
58 Perjalanan ke Negeri Peri part 4
59 Perjalanan ke Negeri Peri part 5
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Makhluk Misterius
2
Sampai Jumpa di Alam Liar
3
Mandi Uap Yang Menyenangkan
4
Keluarga Baru?
5
Ruangan Bawah Tanah
6
Kebahagiaan.......
7
..... Berakhir Sudah
8
Si Detektif Hebat ?
9
Penyiksaan
10
Kejadian yang terulang kembali
11
Mati dan Hidup
12
Makhluk Misterius part 1
13
Makhluk Misterius part 2
14
Makhluk Misterius part 3
15
Sampai Jumpa di Alam liar part 1
16
Sampai Jumpa di Alam Liar part 2
17
Rumah Baru part 1
18
Rumah Baru part 2
19
Rumah Baru part 3
20
Keluarga Baru part 1
21
Keluarga Baru part 2
22
Keluarga Baru part 3
23
Ruang Bawah Tanah part 1
24
Ruang Bawah Tanah part 2
25
Makan Bersama part 1
26
Makan Bersama part 2
27
Makan Bersama part 3
28
Makan bersama part 4
29
Kebahagiaan Berakhir part 1
30
Kebahagiaan Berakhir part 2
31
Kebahagiaan Berakhir part 3
32
Penyisaksaan part 1
33
Penyiksaan part 2
34
Kejadian yang terulang kembali
35
Mati dan hidup
36
Manusia Serangga part 1
37
Manusia Serangga part 2
38
Manusia Serangga part 3
39
Manusia Serangga part 4
40
Manusia Serangga part 5
41
Manusia Serangga Part 6
42
Petualangan dimulai part 1
43
Petualangan dimulai part 2
44
Petualangan dimulai part 3
45
Petualangan dimulai part 4
46
Petualangan dimulai part 5
47
petualangan dimulai part 6
48
Petualangan dimulai part 7
49
Petualangan dimulai part 8
50
Petualangan dimulai part 9
51
Petualangan dimulai part 10
52
Petualangan dimulai part 11
53
Petualangan dimulai part 12
54
Petualangan dimulai part 13
55
Perjalanan ke Negeri Peri part 1
56
Perjalanan ke Negeri Peri part 2
57
Perjalanan ke Negeri Peri part 3
58
Perjalanan ke Negeri Peri part 4
59
Perjalanan ke Negeri Peri part 5

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!