Keluarga Baru?

Seperti sebelumnya, kami melewati lorong demi lorong untuk ke tempat paman tapoc, tapi kali ini ada yang berbeda. Kami juga menaiki tangga untuk kelantai dua. Lantai satu dan lantai dua ternyata sangat berbeda.

Kalau di lantai satu ada banyak sekali ruangan di setiap lorong,tapi tidak terlalu banyak hiasan di lorong itu. Sedangkan lantai dua sebaliknya, disini hanya ada sedikit ruangan, tapi di penuhi oleh hiasan yang terlihat mewah dan elegan.

Hiasan yang ada di lantai dua, seperti vas dengan motif yang rumit, patung manusia tapi kecil, pedang yang keren dan juga ada berbagai lukisan yang indah.

Sebenarnya aku sangat penasaran. Apakah tidak apa-apa membiarkan barang barang mewah ini di letakkan disini tanpa pengawasan, bukannya barang-barang ini rawan untuk di curi ketika tidak ada orang.

Di lantai dua ini tidak ada orang yang lewat lalu lalang seperti lantai satu. Di sini hanya ada aku dan Vivi yang sedang berjalan bersama ke tempat paman tapoc.

Dan itu membuat banyak pertanyaan di kepalaku. Awalnya aku hendak ingin bertanya kepada Vivi, tapi belum sempat ingin bicara. Kami sudah sampai di ruangan tempat paman tapoc menunggu.

"Kita sudah sampai tuan, silahkan ketuk pintu nya dahulu sebelum masuk."

Pintu itu tidak jauh berbeda dari pintu-pintu di ruangan lain. Besarnya sama, warnanya sama, motif nya sama. Tapi entah kenapa aku merasakan ada sesuatu yang berbeda dari pintu itu dan aku tidak tagu apa itu.

Tidak seperti sebelumnya kalau aku hendak masuk, pasti akan di bukakan oleh Vivi, tapi kali ini tidak. Dia menyuruhku mengetuk pintu sendiri, dan juga menyuruhku membuka pintu itu sendiri.

Aku awalnya ragu untuk mengetuk pintu itu karena takut akan terjadi sesuatu ketika menyentuh pintu itu, tapi kemudian aku memantapkan niatku dan mengetuk pintu itu tiga kali.

Dari dalam ruangan terdengar suara sayu dan itu adalah suara paman Tapoc.

"Siapa itu?"

"Ini aku Rakka, paman."

"Masuklah."

Setelah diperbolehkan masuk, aku pun memutar daun pintu dan membukanya. Seperti pintu-pintu sebelum nya tidak ada suara mengganggu ketika kubuka pintu itu.

Ketika terbuka penuh, disana aku melihat ruangan yang cukup luas. Di ruangan itu ada banyak sekali buku yang tertata rapi di rak buku yang di tempatkan disisi kanan dan kiri dari ruangan itu.

Di langit langit ruangan itu ada sebuah hiasan yang terbuat dari berlian dan di tengah hiasan itu semacam bola bercahaya yang aku tidak tahu itu apa. Bola itu sudah seperti matahari, tapi tidak menyilaukan dan seperti juga tidak panas.

Di ruangan itu juga ada jendela yang berbentuk lingkaran yang langsung menghadap kearah ku. di tengah jendela itu ada semacam motif yang memberikan keindahan dari jendela itu dan juga tidak mengurangi fungsi dari jendela itu.

Di depan jendela itu ada sebuah meja dan juga sebuah kursi yang mungkin terbuat dari kayu oak. Sebenarnya meja dan kursi itu bisa terlihat mewah dan elegan kalau tidak ada tumpukkan kertas dan buku yang berantakan di meja itu.

Di meja itu ada seseorang yang sedang terlihat sedang serius menulis sesuatu di atas kertas dan tentu saja itu adalah paman tapoc.

"Umm.. paman. Ada apa paman memanggil ku?"

"Tunggu sebentar." Dia mengangkat jarinya untuk membuatku diam,. Tapi dia masih fokus ke kertas yang dia tulis.

"Oh..oke." aku pun diam, tapi karena melihat banyak sekali buku di rak. Aku pun menghampiri buku itu dan mencoba membacanya. Lagipula paman tapoc terlihat masih sibuk dan mungkin akan masih lama. Jadi daripada diam lebih baik aku baca buku kan.

Aku menghampiri rak buku yang ada di bagian kananku. Disana aku mengambil buku berwarna merah tua. Buku itu tidak ada judulnya dan isi dari buku itu sangat lah rumit. di dalam buku itu ada banyak sekali rumus dan angka yang membuat kepala ku pusing.

Aku menutup kembali buku itu dan mengembalikan nya ke tempatnya. Aku mencoba mencari buku lain yang setidaknya tidak ada angka atau rumus, tapi semua buku yang kuambil pasti berisi angka dan rumus.

Namun ada satu buku yang tidak ada rumus atau angka dan buku itu adalah buku diary. Aku yakin sekali kalau buku ini milik paman tapoc karena tidak mungkin paman tapoc mencuri buku diary orang lain.

"Buku diary punya paman. Seharusnya ini tidak akan ada rumus lagi sih." Aku mencoba membuka sedikit, tapi kemudian aku tutup kembali dan menahan niatku untuk membacanya. Membaca buku diary orang lain itu tidak sopan, apalagi punya orang yang baru saja ketemu seperti paman tapoc.

"Aku kembalikan sajalah." Aku perlahan mengembalikan buku itu ketempat nya, namun baru saja menyentuh raknya.

"Atau...mungkin nanti saja." Aku mengambil buku itu lagi dan membacanya. Dilihat dari tulisan nya yang berantakan dan juga masih jelek, mungkin ini diary waktu kecilnya.

Di halaman pertama tertulis.

Hari dimana bulan berbentuk sabit.

Seperti biasa aku bersenang-senang dengan keluarga ku. Kami makan bersama, bermain bersama, dan juga tidur bersama karena kami hanya memilik satu kasur.

Sebenarnya tidur begini agak kurang nyaman, dimana kami harus berbagi tempat tidur. Kasur itu hanya untuk alas bagian badan sampai kepala sedangkan kaki kami dilantai yang dingin.Namun walaupun begitu, aku masih senang karena aku masih bersama keluargaku.

"Hmm...tak kusangka kalau paman tapoc pernah mengalami begini."

Aku membalik halaman dan itu masih sama saja. Jadi aku terus membalikkan halaman sampai tulisan nya berbeda dan itu ada di halaman 15.

Di halaman itu tertulis.

Hari dimana bulan mulai berbentuk setengah lingkaran.

Besok aku akan menjadi seorang kakak. Ibuku berkata kalau aku akan mempunyai adik laki-laki. Dan itu membuatku senang karena aku akhirnya bisa mempunyai teman untuk bermain bola nanti.

Nanti aku akan mengajari nya trik-trik keren ketika dia sudah lahir, tapi ayahku berkata kalau itu tidak bisa. Dia bilang aku harus menunggu 7 tahun lagi untuk itu. Dan sejujurnya itu terlalu lama buatku.

Tapi walaupun begitu aku harus tetap sabar dan harus menyambut dengan baik adikku besok.

"Tunggu..Paman tapoc punya adik? Tapi dimana dia? Kok aku belum ketemu?"

Aku membalik halaman selanjutnya.

Hari dimana bulan sudah menjadi setengah lingkaran.

Hari ini aku akhirnya mendapatkan seorang adik, tapi anehnya ayahku malah menangis dan membantingi apapun yang ada di dekatnya. Itu membuatku sedikit takut kepada ayahku.

Padahal adikku sudah ada. Dia sedang digendong oleh salah satu suster, tapi ayahku tidak terlihat senang dan marah-marah sambil mengeluarkan air mata.

Ibuku juga terlihat aneh, dia terus tertidur dan tidak pernah membuka matanya. Aku sudah mencoba membangunkannya, tapi dia tidak kunjung bangun.

Lalu anehnya lagi, ibuku juga dikubur ditanah. Disana juga ada banyak sekali orang yang tidak kukenali melihat ibuku dikubur ditanah. Dari banyak orang itu, hampir semuanya menangis.

Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi yang jelas aku tahu kalau ibuku tidak akan kembali lagi. Dan entah kenapa ketika mengetahui itu ada rasa perih di dalam dadaku yang membuat air mataku mengalir keluar.

Air mataku tidak bisa berhenti. Aku...

Tulisan nya berhenti disitu dengan coretan panjang disamping kata aku

Aku hanya terdiam tidak berani berkomentar apapun, tapi didalam hatiku, aku sangat kasihan dengan paman tapoc.

Aku membalik halaman sekali lagi.

Hari dimana bulan sudah berbentuk lingkaran sempurna.

Sudah 7 tahun sejak saat itu.

Hari ini aku bertengkar lagi dengan ayahku. Semenjak kematian ibuku, ayahku tidak pernah bekerja. Dia selalu malas-malasan dan menjadi pria brengsek.

Dia selalu pulang larut malam dan selalu pulang dalam keadaan bonyok atau juga mabuk. Itu dikarenakan dia selalu mencuri atau merampok minuman alkohol orang lain dan biasanya yang dia curi itu adalah minuman dari seorang preman.

Dan sejujurnya itulah yang membuatku bertengkar dengannya. Untuk mencukupi hidup kami. Aku merelakan diriku untuk bekerja. Bahkan adikku yang kusuruh untuk tidak bekerja malah ikut bekerja diam diam. Padahal dia masih 7 tahun. Sedangkan ada orang yang sudah berumur lebih dari 40 tahun, tapi dia tidak bekerja dan malah menghabiskan uang yang susah payah kami kumpulkan untuk bersenang senang. itu membuatku kesal dan akhirnya aku beradu mulut dengannya. Bahkan sampai beradu fisik.

Seperti biasanya kalau setelah bertengkar aku akan pergi jauh dari rumah untuk menenangkan pikiran ku dan tempat yang biasa ku kunjungi adalah tempat yang tinggi dan juga sepi.

Hanya disitulah aku bisa tenang dan menangis sepuasku.

Aku melihat ke arah paman tapoc dan dia masih sibuk. Aku pun membalik halaman selanjutnya lagi dan ceritanya masih sama jadi aku terus membalik halamannya sampai akhir.

Hari dimana bulan terlihat lebih besar dari sebelumnya.

Hari ini aku akan pergi dari rumah, meninggalkan ayahku dan juga adikku. Aku melakukan ini bukan karena aku ingin kabur dari permasalahan keluargaku, tapi karena ada sesuatu yang harus kuurus dan ini adalah sesuatu yang sangat penting.

Aku bisa saja membawa adikku, tapi ini akan sangat berbahaya dan aku tidak mau melibatkan adikku. Dan mungkin saja aku tidak akan berpamitan dengannya karena pasti dia akan ikut. Aku tahu kalau aku melakukan ini kau pasti akan membenciku, tapi tidak apa-apa. Jadikanlah kebencian itu sebagai kekuatan mu dimasa depan nanti karena kau akan membutuhkan nya.

Pokoknya aku minta maaf sebesar-besarnya kepadamu. Aku janji akan kembali suatu hari nanti dan ketika kita bertemu kembali, mari kita bermain bola bersama.

Salamku...

Aku baru mau membaca namanya, tiba-tiba paman tapoc memanggil ku.

"Rakka."

Mendengar dipanggil aku pun secara reflek panik dan segera mengembalikan buku diary itu ke raknya.

"I-iya paman."

"Apa yang kau lakukan disitu?"

"Uhm..."

"Apakah kau tertarik dengan cara aku membuat alat sihir?"

"Uh..i..ya." aku sengaja mengatakan itu agar aku tidak ketahuan oleh paman tapoc karena telah membaca buku diary nya.

"Oh..benarkah. tidak kusangka ada orang yang juga senang belajar Fisika. Padahal anakku sendiri tidak suka loh."

"Yah setiap orangkan punya kesukaan masing-masing."

"Kau benar. Omong-omong apa yang kau suka dari Fisika."

"Uhum.. daripada membahas itu, lebih baik kita bahas yang lebih penting. Tadi kan paman menyuruhku kesini. Jadi ada apa?"

"Oh iya. Aku tadi berniat ingin memperkenalkanmu dengan keluarga ku." Paman tapoc berdiri dari tempat duduknya dan kemudian menghampiri ku

"Ayo seharusnya sekarang istriku ada dikamarnya."

"Kita mau jalan lagi nih."

"Iyalah, tenang aja cuma deket kok."

Aku menghela nafas panjang

"Hah...baiklah." aku berjalan duluan keluar ke pintu keluar sedangkan paman tapoc di belakang ku.

Ketika aku sudah berada di depan pintu dan sudah memegang daun pintu. Paman tapoc masih berada di tempat ku berdiri tadi. Dia sedang memegang sebuah buku dan itu adalah buku diary yang kubaca tadi.

Dia terlihat sedih ketika memegang buku itu. Dia terlihat seperti sedang memegang sebuah kenangan yang menyedihkan dan juga pahit. Dari kejauhan aku memang tidak bisa mendengar suaranya, tapi aku bisa membaca gerak bibirnya. Dari yang kulihat di sedang berbicara.

"Kenapa kau pergi?Kak."

Awalnya kukira itu adalah buku diary punya paman tapoc, tapi ternyata itu adalah punya kakaknya. Sejujurnya aku sangat kasihan dengan paman tapoc.

Sejak kecil dia tidak pernah melihat wajah ibunya dan juga dia harus mengalami hidup yang susah dengan mengurus ayahnya yang brengsek. Belum selesai kemalangannya, dia malah di tinggal pergi salah satu keluarga nya yang paling menyayanginya yaitu kakaknya.

Sebenarnya aku sangat penasaran siapa kakaknya itu. Kenapa di harus pergi. Apa yang dia cari. Masalah apa yang membuat dia harus meninggalkan adik kecilnya.

Aku menggeleng kan kepalaku, menghilangkan pertanyaan tadi dari kepalaku. Aku tidak tega melihat tapoc yang terlihat sedih. Jadi aku pun memanggil nya dengan ekspresi polos, tanpa tahu apa yang dia lakukan saat ini.

"Paman, ada apa? Ayo kita pergi!"

Paman yang menyadari sedang dipanggil pun segera menghapus air mata yang ingin keluar dengan kedua jarinya dan kemudian tersenyum kembali kepadaku sambil berkata.

"Oke tunggu dulu, sepertinya ada rumus yang salah di buku ini." Dia berpura-pura menulis dan kemudian mengembalikan buku itu ke raknya. Setelah itu dia berjalan cepat mendekati ku dan kami pun berjalan bersama untuk bertemu istrinya paman tapoc.

Dibelakang kami ada 2 pelayan yang sedang mengikuti kami. Salah satunya itu adalah Vivi. Mungkin saja yang satunya itu adalah asisten pribadinya paman tapoc, tapi yang aneh kapan dia datang. Padahal tadi ketika aku sampai di ruangan ini. dia tidak ada lho.

Seperti yang dikatakan paman tapoc sebelumnya. Kamar istrinya hanya berada di ujung lorong ini saja, dan itu hanya membutuhkan beberapa langkah saja.

Setelah sampai di depan pintu kamarnya. Paman tapoc mengetuk pintu itu dan setelah beberapa detik terdengar suara sayu yang berbicara.

"Siapa ya?"

"Ini aku sayang."

"Oh gitu ya. Masuklah."

Paman tapoc memegang daun pintu dan memutarnya. Dia membukanya perlahan dan masih tidak ada suara yang mengganggu. Ketika pintu itu terbuka lebar disana aku melihat wanita muda yang sangat cantik sekali. Kalau dari tampangnya dia sepertinya baru berumur 20 tahunan, tapi biasanya tampang bisa menipu, apalagi ini wanita.

Wanita ini memiliki rambut pirang yang panjang dan juga berkilau layaknya sebuah emas. Dia juga punya kulit putih mulus seperti susu. Warna matanya juga sangat indah, aku jarang sekali melihat warna mata berwarna biru sebelumnya. Ketika aku melihat matanya entah kenapa aku seperti sedang melihat langit yang cerah tanpa awan sedikit pun. Bibirnya merah merona seperti ada darah yang terciprat di bibir nya.

Sejujurnya aku sangat terpesona dengan kecantikan wanita itu, bahkan hatiku berdegup kencang ketika melihatnya.

"Paman kita salah masuk kamar ya. Kita ini berada di kamar anakmu bukan."

"Hmm..nggak kok ini sudah benar. Disitu juga ada istriku yang sedang dandan."

"Alah...jangan bohong lah paman, mana mungkin wanita muda ini istri paman."

"Muda? Oh..gitu ya. Kamu jangan tertipu dengan penampilan nya Rakka. Walaupun tampang terlihat seperti 20 tahunan, tapi dia ini lebih...." Kata kata paman tapoc terputus karena tiba-tiba ada sisir yang melayang ke wajah paman tapoc. Sisir itu dilempar cukup kuat sampai membuat paman tapoc terjatuh.

"Jangan ngomongin umur di depan wanita, dasar suami brengsek."

Ya.. ekpetasiku seketika hancur yang awalnya melihat kucing imut dan juga cantik tiba-tiba berubah menjadi singa yang mengerikan dan juga sangat galak.

"Aduh... kenapa harus dilempar pakai sisir sih."

"Oh...mau dilempar pake yang lain." Istri paman tapoc mengeluarkan pisau kecil.

Paman tapoc segera berdiri dan langsung memijat pundak istrinya.

"Aduh...jangan begitu dong. Nanti kalau aku mati gimana." Paman tapoc diam-diam mengambil pisau kecil dari tangan istrinya.

"Hum..nanti aku tinggal cari suami baru lagi dong."

"Lho kok begitu sih." Paman tapoc berhasil mengambil pisau kecil itu dan menyimpan nya di sakunya.

"Yah..tapi kalau kau mau cari suami sekarang juga gak apa apa sih. Nanti aku juga bisa cari istri baru yang lebih cantik dan juga lebih muda dari kamu." Paman tapoc berhenti memijat istrinya dan segera menjauh

"Hah...! Kau mau mati beneran ya. Eh...pisau ku tadi mana?"

"Oh tidak...aku akan ditusuk pisau tidak terlihat."Paman tapoc terlihat mengejek istrinya sendiri. Istrinya yang dibuat begitu terlihat lebih kesal dari sebelumnya, bahkan dia sampai membuat suara yang aneh.

"TAPOC...! Sini kamu! Biar kucabik cabik dirimu sampai jenggot mu hilang."

Mereka berdua lari-larian di kamar itu seperti anak kecil yang sedang main kejar-kejaran. Disitu aku hanya diam sambil tersenyum masam. Aku juga bingung mau menghentikan mereka. Dan sejujurnya ketika melihat mereka begini aku jadi teringat orang tuaku dulu ketika sedang berantem. Mereka pasti selalu kejar kejaran mengelilingi desa dan tentu saja yang di kejar adalah ayahku.

Lalu tiba-tiba dari pintu, muncul anak kecil yang mungkin baru berumur 7 tahun. Dia berpakaian rapi seperti anak sekolah. memakai dasi, bersepatu ,dan juga membawa tas gendong di belakang punggung nya.

"Mama, papa aku pulang."

Anehnya ketika anak itu muncul, paman tapoc dan istrinya berhenti kejar-kejaran dan tiba-tiba akur satu sama lain. Eh tunggu.... sepertinya tidak. Mereka memang terlihat akur karena saling bergandengan tangan, tapi di bawah masih terjadi perang. Kaki-kaki mereka saling menginjak satu sama lain dan sepertinya kali ini paman tapoc yang kalah karena kakinya tidak bisa bergerak lagi karena di injak sangat keras.

Anak kecil itu tidak menghiraukan ku dan terus memeluk ibunya. Ketika dipeluk, istrinya tertawa mengejek ke arah tapoc. Tapoc terlihat kesal karena di ejek, tapi dia masih punya jurus jitu agar anaknya berhenti memeluk istrinya.

"Lho nak kok kamu sudah pulang." Paman tapoc bertanya.

"Oh iya..benar juga. Kenapa kamu sudah pulang."

"Hali ini katanya gulunya akan lapat. Jadi kami di pulangkan lebih awal deh."

Dia terlihat imut ketika tidak bisa mengatakan 'R' dengan benar. Bahkan ayah dan ibu nya meleleh melihat keimutan nya itu.

"Oh gitu ya...lucu sekali sih kamu." Paman tapoc mengangkat anaknya dan melemparkan ke atas secara perlahan. Anak itu terlihat senang. Dia tertawa bahagia ketika di lempar ke atas oleh ayahnya.

Istrinya yang awalnya jengkel sekarang terlihat lebih santai dan bisa tersenyum. SEDANGKAN AKU...! di kacangin. Padahal awalnya paman tapoc ingin memperkenalkan ku dengan keluarga nya, tapi dia malah sibuk sendiri keluarganya. Aku sebenarnya tidak mau merusak suasana keluarga harmonis ini, tapi aku sudah tidak tahan dikacangin.

"Uhum...paman."

Paman tapoc berhenti melemparkan anaknya dan menatapku. Istrinya dan anaknya juga dia melihat kebingungan ke arahku.

"Hm..siapa ini sayang? Apakah dia ini pelayan baru, tapi kok laki laki gak seperti biasanya."

"Lho kok tiba-tiba ada olang disitu, padahal aku lewat tadi tidak ada lho."

Sialan bener dah. Ternyata tadi bukan lagi dikacangin, malah aku sudah dianggap tidak ada dari tadi.

"Oh iya. Maaf Rakka, aku sampai lupa denganmu." Paman tapoc menurunkan anaknya dan berjalan mendekatiku.

"Sayang, kemarin sudah kuberitahukan kalau kita akan mengadopsi anak dari temanku kan. Nah...inilah anaknya. Namanya Rakka."

"Halo nona." Aku membungkuk perlahan dan aku sengaja memanggil nya nona agar dia tidak marah.

"Oh..anak ini ya. Lumayan ganteng juga ya, nanti kalau kamu mati aku bisa ganti yang ini deh."

"Oi!" Paman tapoc menyipitkan matanya.

"Mati itu apa ma? Dan apakah dia akan jadi ayah baruku?"

"Oh...bukan apa apa kok. Dia ini bukan ayah barumu, tapi calon. Eh..bukan, dia ini kakak barumu. Dulu adek pernah pengen kakak kan. Nah sekarang ini dia kakak barumu."

Anak kecil itu menatapku dan kemudian dia terlihat senang sekali sampai matanya berbinar-binar.

"Wah...kakak baru. Horee...dapat kakak baru, dapat kakak baru, dapat kakak baru." Anak kecil itu jongkok dan kemudian berdiri lagi sambil merentangkan tangannya ke atas. Dia lakukan itu terus menerus sambil mengatakan 'dapat kakak baru'

"Mama, mama. Apakah aku boleh memeluknya?" Dia menarik baju mamanya.

"Umm..kalau itu tanya langsung ke kakaknya. Rakka, apakah kamu boleh di peluk."

"Eh...umm...gak apa apa sih."

"Hore..." Anak kecil itu langsung berlari ke arahku dan terus memeluk badanku dengan kedua tangannya dan kakinya.

Haha....sepertinya Syo akan lengket terus padamu."

"Kakak,kakak. Ayo main perang-perangan."

"Perang-perangan?"

"Iya kak. Nanti kita bertarung bersama melawan monster yang mengerikan."

Oh...aku tahu ini, mungkin yang dimaksud monster itu adalah para pelayan nanti yang berpura-pura menjadi monster. Kalau begitu mah gampang, lagipula pasti nanti para pelayan akan pura-pura kalah demi tuan mudanya.

"Umm....paman?" Aku bertanya pada paman apakah boleh?

"Hmm...Boleh kok, Silahkan saja. Lagipula kalau kutolak pasti Syo bakalan ngambek. Nanti suruh saja Vivi antar kalian ke ruang bawah tanah."

"Ada ruang bawah tanah?" Kataku dalam hati.

Untuk apa kita harus ke bawah tanah. Kan kita hanya mau main perang-perangan. Di halaman kan bisa. Disana kan lebih luas dan bisa menghirup udara segar.

"Ayo kak, kita ke ruang bawah tanah." Syo menarik narik baju ku.

"Iya iya, sabar. Kalau begitu aku bermain dengan..."

"Syo."

"Iya Syo, aku main dengannya dulu ya paman, nona."

"Iya hati hati ya, jangan sampai ada yang terluka."

"Tenang saja papa, aku akan melindungi kak Rakka dengan nyawaku."

Candaan anak kecil terkadang agak ngawur, tapi lucu.

Episodes
1 Makhluk Misterius
2 Sampai Jumpa di Alam Liar
3 Mandi Uap Yang Menyenangkan
4 Keluarga Baru?
5 Ruangan Bawah Tanah
6 Kebahagiaan.......
7 ..... Berakhir Sudah
8 Si Detektif Hebat ?
9 Penyiksaan
10 Kejadian yang terulang kembali
11 Mati dan Hidup
12 Makhluk Misterius part 1
13 Makhluk Misterius part 2
14 Makhluk Misterius part 3
15 Sampai Jumpa di Alam liar part 1
16 Sampai Jumpa di Alam Liar part 2
17 Rumah Baru part 1
18 Rumah Baru part 2
19 Rumah Baru part 3
20 Keluarga Baru part 1
21 Keluarga Baru part 2
22 Keluarga Baru part 3
23 Ruang Bawah Tanah part 1
24 Ruang Bawah Tanah part 2
25 Makan Bersama part 1
26 Makan Bersama part 2
27 Makan Bersama part 3
28 Makan bersama part 4
29 Kebahagiaan Berakhir part 1
30 Kebahagiaan Berakhir part 2
31 Kebahagiaan Berakhir part 3
32 Penyisaksaan part 1
33 Penyiksaan part 2
34 Kejadian yang terulang kembali
35 Mati dan hidup
36 Manusia Serangga part 1
37 Manusia Serangga part 2
38 Manusia Serangga part 3
39 Manusia Serangga part 4
40 Manusia Serangga part 5
41 Manusia Serangga Part 6
42 Petualangan dimulai part 1
43 Petualangan dimulai part 2
44 Petualangan dimulai part 3
45 Petualangan dimulai part 4
46 Petualangan dimulai part 5
47 petualangan dimulai part 6
48 Petualangan dimulai part 7
49 Petualangan dimulai part 8
50 Petualangan dimulai part 9
51 Petualangan dimulai part 10
52 Petualangan dimulai part 11
53 Petualangan dimulai part 12
54 Petualangan dimulai part 13
55 Perjalanan ke Negeri Peri part 1
56 Perjalanan ke Negeri Peri part 2
57 Perjalanan ke Negeri Peri part 3
58 Perjalanan ke Negeri Peri part 4
59 Perjalanan ke Negeri Peri part 5
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Makhluk Misterius
2
Sampai Jumpa di Alam Liar
3
Mandi Uap Yang Menyenangkan
4
Keluarga Baru?
5
Ruangan Bawah Tanah
6
Kebahagiaan.......
7
..... Berakhir Sudah
8
Si Detektif Hebat ?
9
Penyiksaan
10
Kejadian yang terulang kembali
11
Mati dan Hidup
12
Makhluk Misterius part 1
13
Makhluk Misterius part 2
14
Makhluk Misterius part 3
15
Sampai Jumpa di Alam liar part 1
16
Sampai Jumpa di Alam Liar part 2
17
Rumah Baru part 1
18
Rumah Baru part 2
19
Rumah Baru part 3
20
Keluarga Baru part 1
21
Keluarga Baru part 2
22
Keluarga Baru part 3
23
Ruang Bawah Tanah part 1
24
Ruang Bawah Tanah part 2
25
Makan Bersama part 1
26
Makan Bersama part 2
27
Makan Bersama part 3
28
Makan bersama part 4
29
Kebahagiaan Berakhir part 1
30
Kebahagiaan Berakhir part 2
31
Kebahagiaan Berakhir part 3
32
Penyisaksaan part 1
33
Penyiksaan part 2
34
Kejadian yang terulang kembali
35
Mati dan hidup
36
Manusia Serangga part 1
37
Manusia Serangga part 2
38
Manusia Serangga part 3
39
Manusia Serangga part 4
40
Manusia Serangga part 5
41
Manusia Serangga Part 6
42
Petualangan dimulai part 1
43
Petualangan dimulai part 2
44
Petualangan dimulai part 3
45
Petualangan dimulai part 4
46
Petualangan dimulai part 5
47
petualangan dimulai part 6
48
Petualangan dimulai part 7
49
Petualangan dimulai part 8
50
Petualangan dimulai part 9
51
Petualangan dimulai part 10
52
Petualangan dimulai part 11
53
Petualangan dimulai part 12
54
Petualangan dimulai part 13
55
Perjalanan ke Negeri Peri part 1
56
Perjalanan ke Negeri Peri part 2
57
Perjalanan ke Negeri Peri part 3
58
Perjalanan ke Negeri Peri part 4
59
Perjalanan ke Negeri Peri part 5

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!