Kelas Aarav kini sedang tidak ada guru karena guru yang mengajar di kelasnya sedang sakit jadilah kelas Aarav di jam terakhir ini tak ada yang mengajar. Suasana kelas kini sudah cukup sepi hanya ada beberapa murid yang masih berada di kelas karena beberapa dari mereka sudah ada yang di kantin,ruang ekstra masing-masing,di parkiran atau di luar kelasnya mengingat sepuluh menit lagi bel pulang akan berbunyi.
Aarav melangkahkan kakinya keluar kelas dan itu membuat sahabatnya bingung.
"Mau kemana lo Rav?" tanya Damar pada Aarav yang kini sudah berada di depan pintu kelas karena tak biasanya Aarav keluar kelas saat bel istirahat belum berbunyi, biasanya saat sekolah sudah sepi baru Aarav akan keluar dengan alasan males nunggu di parkiran saat motornya masih tidak bisa keluar.
"Kelas Kayra," jawab Aarav dan langsung meninggalkan kelasnya, sedangkan sahabatnya hanya mengangguk walau dalam pikiran mereka tak menyangka sahabatnya itu bisa bucin juga, kedua sahabat Aarav sengaja tak ikut dan memilih bermain game di ponsel mereka masing-masing di kelas.
Aarav berjalan dengan santai di koridor kelas sebelas yang sudah ada beberapa murid yang keluar dari kelasnya, Aarav menunggu Kayra di depan kelas gadis itu dengan menyandarkan punggungnya ke tembok dan tanganya yang dimasukkan ke dalam saku celananya menambah kesan tempan, Aarav yang tentu mampu membuat kaum hawa memekik memuji ketampanan lukisan tuhan yang begitu indah itu.
Tak beberapa lama gadis yang di tunggunya akhirnya keluar bersama kedua sahabatnya yang tak Aarav ketahui siapa namanya. Kayra juga sahabatnya cukup terkejut melihat keberadaan Aarav. Sedari tadi mereka penasaran apa yang terjadi di kelas mereka hingga banyak yang melihat ke arah kelasnya. Dan kini akhirnya mereka menemukan jawabannya.
"Ayo balik," ucap Aarav tiba-tiba, sambil menarik tangan Kayra dan hal itu membuat Kayra terkejut.
"Eh kak Aarav, udah tadi?" tanya Kayra yang hanya mendapatkan anggukan dari Aarav, banyak mata yang kini menatap Aarav dan Kayra lekat banyak yang terang-terangan menatap tak suka pada Kayra dan hal itu membuat Kayra menjadi rishi namun sebisa mungkin ia mengendalikan dirinya untuk bersikap biasa saja.
"Luna,Nara gue balik duluan ya," pamit Kayra pada kedua sahabatnya dan langsung pergi bersama Aarav menuju parkiran.
Tak berbeda jauh dari di depan kelasnya. Bahkan saat di koridor ataupun di parkiran banyak yang menatap dan membicarakan mereka terang-terangan.
“Gak usah di peduliin mereka cuma iri,” ucap Aarav berusaha untuk menenangkan Kayra yang hanya membalasnya dengan anggukan.
***
Seorang laki-laki kini tengah bersiap memakai jaket hitam bombernya dengan celana jeansnya tak lupa topi dan masker hitamnya. Laki-laki itu memakai pakaian serba hitam. Tangannya kini mulai aktif mengecek senjata yang akan ia gunakan untuk aksinya malam ini.
"Rav, udah siap?" tanya sebuah suara dari arah belakang Aarav yang kini juga memakai pakaian serba hitam dengan tas senjata yang sudah menyampir di pundaknya. Aarav mengalihkan pandangannya dari senjata api di tangannya pada laki-laki yang tak lain adalah Bagas.
"Ayo," ajak Aarav dan segera pergi dari ruangan yang tak lain adalah kamarnya. Kini kedua laki-laki itu berjalan keluar dari rumah besar Aarav yang mungkin lebih pantas disebut istana karena ukurannya yang besar dan mewah.
Aarav dan Bagas berjalan bersisian menuju mobil hitam sport milik Aarav yang biasa digunakan untuk menjalankan misinya. Setelah dirasa aman Aarav melajukan mobil hitam nya dengan kecepatan tinggi, menuju tempat yang akan digunakan untuk aksinya malam ini.
Tak beberapa lama akhirnya mereka sampai di sebuah club malam yang cukup terkenal dengan pengawasan yang tentu saja sangat ketat, tapi itu bukan masalah bagi seorang anggota Arioch.
Aarav dan Bagas berjalan dengan santai menuju penjaga tersebut lalu mengeluarkan kalung yang merupakan penanda anggota Arioch dan kalian pikir siapa yang berani bermain-main dengan mereka? Tak ada yang berani atau mereka akan menjadi makanan singa peliharaan sang penguasaan.
Aarav dan Bagas langsung diarahkan menuju lorong yang cukup sepi, tak ada yang lewat di sana hanya orang tertentu yang bisa lewat jalan tersebut.
"Gimana Rav?" tanya Bagas saat mereka sudah berada di tempat yang penuh hingar bingar, suara dentuman dari lantai bawah masih bisa terdengar saat mereka berada di lantai tiga, meskipun suaranya tidak sekeras di lantai dua.
Ruangan VVIP berjejer dengan pintu yang terdapat nomer yang tergantung. Aarav memperhatikan satu persatu kamar VVIP tersebut dan segera berjalan menuju kamar yang bernomor 069.
Aarav mengambil card yang di gunakan sebagai kunci kamar tersebut dan tentu ia mendapatkan itu dari anak buahnya di bidang IT. Aarav mulai mengangkat tangannya, mulai menghitung mengisyaratkan untuk Bagas agar di hitungan ketiga mereka memulai aksinya. Jari Aarav mulai menghitung hingga dihitungan ketiga Aarav membuka pintu dan dengan segera Aarav dan Bagas mengarahkan pistol yang dipegangnya pada laki-laki paruh baya yang tengah melakukan hal yang tidak senonoh dengan seorang wanita bayaran.
Aarav berdecak melihat pemandangan di depannya, ini yang ia tak suka jika harus melakukan pekerjaan di tempat penuh dosa seperti ini. Aarav bersumpah ia tak akan mau lagi jika disuruh melakukan pekerjaan di sebuah club malam, Aarav muak melihat adegan di depannya, tanpa rasa kasihan Aarav meloloskan satu tembakan tepat di arah dada laki-laki yang kini menjerit pilu dan wanita yang berada di bawahnya kini hanya bisa membekap mulutnya menahan jeritnya saat tubuh pria yang berada di atasnya sudah berlumuran darah dan kini laki-laki itu ambruk di atasnya.
Bahkan wajah wanita tersebut juga terkena cipratan darah nya. Wanita tersebut masih saja mengingat tak percaya melihat pemandangan di depannya.
"Beresin sisanya, gue tunggu di mobil," ucap Aarav santai yang membuat Bagas melongo mendengarnya. Setelahnya Aarav pergi tanpa mau memandang wanita tersebut. Ia benar-benar mual melihat wanita yang tak mengenakan apapun itu.
"Lah kenapa jadi gue sih?" tanya Bagas kesal dengan menghentakkan kakinya lalu berjalan ke arah mayat dan wanita yang kini masih mematung itu.
Tak lama Aarav menunggu di mobilnya, Bagas datang dengan menyeret wanita yang ia lilit dengan selimut dan menarik lilitan selimut itu dengan wajahnya yang tampak kesal. Aarav hanya bisa menggeleng melihat tingkah Bagas.
"Tarok mana nih?" tanya Bagas bingung mengingat mereka menggunakan mobil sport lalu akan ia letakkan di mana wanita tersebut.
"Bagasi," ucap Aarav entang dan langsung berjalan menuju kemudi, Bagas hanya bisa melongo jujur saja ia juga tak tega melihat wanita yang masih bisa bernafas dengan benar diletakkan di bagasi namun mau bagaimana lagi? Lebih baik ia menuruti ucapan Aarav atau ia yang akan di letakkan di bagasi oleh Aarav.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments