Arioch
Seorang laki-laki dengan topi hitam dan masker hitam berjalan dengan santai keluar dari supermarket dengan belanjaan di tangan sebelah kanannya dan tangan sebelah kirinya dimasukkan kedalam saku celana.
Bahkan di dalam kegelapan malam seperti ini pun laki-laki tersebut masih terlihat begitu tampan. Bahkan saat wajahnya saja ditutupi topi juga masker saja laki-laki tersebut masih mengeluarkan aura tampan dan misteriusnya.
Laki-laki yang akrab dipanggil Aarav itu berjalan memasuki sebuah gang kecil yang cukup sepi dengan penerangan seadanya. Tatapan matanya yang terlihat begitu datar menatap sekitar dengan waspada.
Aarav berjalan dengan awas saat merasakan ada yang mengikutinya, saat Aarav hendak membalikkan badannya tiba-tiba tiga orang laki-laki langsung menghadangnya bahkan salah satunya sudah memegang kerah baju Aarav.
Aarav hanya diam menunggu apa yang akan mereka lakukan laki-laki itu selanjutnya pada Aarav. Tatapan datar Aarav dan reaksi Aarav yang tak terlihat biasa saja membuat laki-laki di depannya itu semakin geram.
"Serahin semua barang-barang lo," ucap laki-laki yang memegang kerah baju Aarav garang dengan tatapan tajamnya pada Aarav yang hanya dibalas dengan tatapan santai oleh Aarav.
"Gak, kalo mau duit tuh kerja bukan malak," ucap Aarav dengan nada santainya pada laki-laki itu yang kini semakin membuat laki-laki yang tak lain adalah komplotan preman itu berang, tangan preman itu hendak memukul Aarav hingga sebuah teriakan menghentikan mereka dan langsung mengarahkan perhatian mereka pada seorang gadis yang kini sudah berdiri di ujung jalan.
Tangan preman tersebut sudah melayang di udara siap memberikan bogeman mentah untuk Aarav sebelum gadis itu berteriak dengan begitu kencangnya.
"Polisi!" teriak gadis itu singkat, padat, namun mampu membuat ketiga laki-laki itu berlari menjauh, namun sebelumnya ia memberikan peringatan pada Aarav.
“Selamet lo kali ini,” ucapnya yang setelahnya langsung pergi dari sana karena takut jika apa yang gadis itu katakan memang benar adanya.
Jelas mereka belum siap masuk penjara jadi jalan terbaik adalah segera pergi dari sana. Gadis yang entah siapa namanya itu segera menghampiri Aarav sedikit berlari.
"Lo gak papa?" tanya gadis itu pada Aarav dengan wajah khawatir nya.
Gadis tersebut mengecek kondisi Aarav. Dirasa jika laki-laki itu memang baik-baik saja ia menghela nafasnya lega.
"Gak papa," ucap Aarav singkat yang langsung mendapatkan anggukan dari gadis itu. Aarva masih menatap gadis yang kini berdiri di depannya dengan pandangan sulit diartikan.
Merasa saling terdiam dalam waktu yang cukup lama. Gadis tersebut melihat Aarav sebentar sebelum akhirnya kembali membuka suara.
"Emm gue duluan ya," ucapnya dan segera pergi meninggalkan Aarav.
Dengan langkah pelannya gadis tersebut pergi. Sebenarnya ia khawatir jika preman tersebut kembali. Namun ia juga tak bisa terus mengawasi laki-laki tersebut karena hari sudah malam dan ia harus segera pulang.
Aarav tersenyum samar memperhatikan gadis yang tadi menolongnya itu. Lalu membuka topinya menampilkan rambutnya yang sedikit panjang dan berwarna pirang, sangat cocok dengan kulit putihnya.
Laki-laki tersebut menyugar rambutnya kebelakang sebelum akhirnya kembali memakai topinya. Tatapannya masih mengarah ke arah tempat perginya gadis yang tadi menolongnya itu.
“Cantik,” gumam Aarav seolah terbius dengan apa yang baru saja di lakukan oleh pahlannya itu.
Ya, Aarav menganggap jika gadis tersebut adalah pahlawannya. Walau sebenarnya ia bisa saja untuk menghabisi preman tersebut. Namun gadis tersebut malah dengan kebaikan hatinya menolong Aarav padahal mereka tak saling mengenal sebelumnya.
Tak beberapa lama laki-laki yang seumuran dengan Aarav berjalan ke arah Aarav. Laki-laki itu memiliki postur tubuh yang sedikit lebih kecil dari Aarav yang memang memiliki tubuh proporsional nyaris sempurna, dengan dada bidang dan lebarnya berbeda dengan laki-laki di depan Aarav yang memiliki dada bidang namun tak selebar Aarav dengan rambut hair-up nya.
"Gue kira bakal denger suara tulang patah," ucapnya sambil terkekeh yang malah membuat Aarav memutar bola mata malas mendengar ucapan sahabatnya itu.
Ia tahu sahabatnya sudah berada di sekitarnya namun justru sahabatnya itu malah ingin menjadi penonton dan tak ingin untuk menolongnya.
"Habisi tiga preman itu dan cari tau tentang gadis itu," perintah Aarav pada laki-laki yang akrab disapa Damar, yang tak lain adalah sahabat sekaligus orang kepercayaannya.
Damar mengerutkan keningnya bingung, bukan bingung untuk apa Aarav menghabisi preman itu karena itu hal yang biasa bagi Aarav tapi yang membuat Damar bingung untuk apa Aarav mencari tahu tentang seorang gadis? Sejak kapan sahabatnya itu tertarik dengan kaum hawa?
Menghabisi seseorang yang mencari masalah dengannya memang bukan hal yang baru bagi Aarav. Namun mencari tahu tentang seorang gadis adalah hal baru yang sangat langkah. Tentu saja hal tersebut membuat sahabatnya itu penasaran.
Apa hanya dengan sebuah teriakan sebagai bentuk pertolongan yang diberikan oleh gadis tersebut malam mampu untuk meluluhkan hati seorang Aarav? Sungguh ajaib.
"Kenapa?" tanya Aarav dengan menatap tajam Damar yang kini malah diam saja sambil menatap Aarav tak percaya. Mendengar pertanyaan dari laki-laki tersebut Damar hanya menggelengkan kepalanya dengan cepat takut terkena amarah Aarav yang menakutkan.
***
Seorang gadis kini tengah merebahkan tubuhnya di kasur queen sizenya. Pikirannya mengarah pada kejadian beberapa saat lalu saat ia menolong laki-laki yang entah kenapa mampu menggerakkan hatinya untuk menolong laki-laki yang sebelumnya tak pernah ia kenal itu.
Dan entah keberanian dari mana ia dapat melakukan hal itu tanpa memikirkan apa yang akan terjadi padanya selanjutnya. Bodoh sekali ia baru memikirkan akibatnya saat ia sudah melakukannya.
Siapa yang tahu jika nanti preman tersebut malah balas dendam dengannya karena ia sudah melepaskan mangsa mereka. Namun melihat laki-laki tadi ia juga tak tega jika harus membiarkannya begitu saja dalam kekacauan.
“Ah sialan,” rutuk nya pada dirinya sendiri sambil menghapus wajahnya dengan kasar.
Kayra Izora Ivander nama gadis yang tengah merebahkan tubuhnya di kasur kesayangannya itu. Kayra termasuk gadis yang introvert ia sangat malas untuk berhubungan dengan siapapun, hanya orang tertentu yang dekat dengan Kayra.
Kayra begitu membatasi lingkup pertemanannya sendiri. Ia kerap kali mereka tak nyaman jika harus berhubungan dengan orang baru.
"Itu cowok ganteng juga," ucap Kayra dengan senyumannya namun segera ia tepis jauh-jauh pemikiran bodohnya itu. Untuk apa ia memikirkan laki-laki itu? Kayra segera menggeleng mengenyahkan pemikiran bodohnya.
"Lo gila Kayra," monolog Kayra sambil memukul kepalanya kesal karena sudah dengan lancang memikirkan laki-laki yang tidak Kayra ketahui namanya itu.
"Udah Kayra mending lo sekarang tidur, besok lo harus sekolah," monolog nya lagi dan langsung menggulung tubuhnya dengan selimut bersiap memasuki alam mimpinya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments