Aarav dan kedua sahabatnya kini tengan berjalan di koridor kelas XI IPA dan hal itu pasti saja menjadi perhatian kelas XI karena tak biasanya Aarav dan kedua sahabatnya berada dilingkungan kelas XI IPA kecuali kemarin saat di kantin.
Kekacauan yang kemarin Aarav lakukan di kantin karena menolong Kayra, gadis yang menjadi objek bully masih saja menjadi objek pembicaraan murid sekolah. Banyak yang membicarakan tentang mereka dan itu sama sekali tidak Aarav pedulikan karena ia sudah terbiasa menjadi pembicaraan para murid sekolah.
“Beda emang kalo dah pemes ye, masalah begitu doang jadi pada ribut,” ucap Bagas dengan kekehannya yang hanya membuat Aarav menatap datar pada sahabatnya yang satu itu.
Aarav kini berjalan dengan santai tanpa menghiraukan tatapan kaum hawa yang menatapnya penuh kagum dengan masih mempertahankan sikap cuek dan coolnya. Kedua sahabatnya sudah sibuk tebar pesona, sesekali menggoda dedek gemes yang lewat membuat yang digoda menjadi salah tingkah.
Saat Aarav hampir sampai di depan kelas Kayra, Aarav melihat gadis yang dicarinya baru saja keluar dari kelasnya seorang diri dengan pandangan menunduk memandang ponselnya yang masih berada dalam genggamannya, mungkin Kayra bermain ponsel saat berjalan sebagai bentuk pengalihan agar tidak melihat ke arah depan dan bersitatap pada orang lain yang berada di koridor.
Aarav segera menghampiri Kayra dan menarik gadis itu lalu memojokkannya di tembok koridor dengan kedua tangannya sebagai pembatas agar Kayra tak bisa kabur, gadis itu masih saja menunduk memainkan ponselnya, dengan kesal Aarav mengambil ponsel itu dan mengetikkan sesuatu di ponsel Kayra setelah selesai ia langsung mengembalikan Kembali ponsel milik Kayra lalu mengangkat dagu gadis itu agar menatapnya. Sahabat Aarav mengalihkan tatapannya saat melihat apa yang dilakukan oleh sahabatnya tersebut saat ini.
"Jangan main hp kalau lagi jalan, jangan nunduk dan tatap kedepan. Mereka semua sama, disini kita duduk sama rata berdiri tanpa ketua," peringat Aarav pada Kayra yang kini menatap lurus mata Aarav dengan perasan yang sudah tidak menentu, sama seperti apa yang kini Aarav rasakan dan ini hal baru bagi Aarav. Perasaan yang tak pernah ia rasakan ini untuk pertama kalinya ia rasakan.
“Jangan takut sama mereka. Mulai sekarang gue akan jagain lo,” tegas Aarav yang membuat Kayra kini menatap Aarav dengan tatapan seriusnya. Mencari kebohongan dalam ucapan laki-laki tersebut namun ia sama sekali tidak menemukannya.
"Gue pergi," pamit Aarav dan segera pergi dari sana bersama kedua sahabatnya, saat Kayra mengalihkan pandangannya menatap sekitar kini banyak yang menatapnya dengan tatapan tajam dan meremehkan serta tatapan yang sarat akan kebencian.
Melihat dan mendengar hinaan yang didapatnya dengan segera Kayra mempercepat langkahnya menuju kelasnya niat awal yang akan ke toilet sudah hilang karena takut pada pandangan di sekitarnya. Saat tak dekat dengan Aarav saja ia sudah sering mendapatkan hinaan kini ia malah dekat dengan Aarav dan hinaan itu kian menerpa nya.
Haruskah ia menjauh dari Aarav? Atau ia harus tetap bersama Aarav? Lagi pula Aarav sudah berjanji untuk menjaganya. Bukankah itu bagus untuknya kedepannya karena dengan begitu tak ada lagi yang mampu mengganggu nya? Tapi benarkah tak ada yang mengganggu nya? Atau justru ia akan mendapatkan lebih banyak masalah saat tak ada Aarav di sampingnya?
“Akh Kayra, lo gak perlu pikirin ini lagi. Yang penting jalan dulu lah,” gumam Kayra dengan helaan nafasnya dan berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri.
Saat Kayra masuk ke kelasnya pun banyak yang menatapnya dengan pandangan penuh tanya dan ada juga yang menatap tidak suka pada Kayra karena sekompak apapun pertemanan dalam kelas pasti ada saja ketidak sukaan antara satu dan yang lain, entah karena membenci sifatnya atau karena iri.
"Kayra jantung lo baik kan?" tanya Luna saat Kayra baru saja duduk di tempatnya dan langsung mendapatkan pertanyaan dari Luna dengan tatapan menggodanya.
Apa yang dilakukan Aarav tadi memang menyebar dengan begitu cepat. Bahkan orang nya belum sampai di kelas tapi beritanya sudah sampai lebih dulu. Media memang memudahkan semua informasi.
"Apa sih lo? Lebay banget," kesal Kayra dan langsung memainkan ponselnya melihat apa yang tadi Aarav lakukan diponselnya, namun tak ada yang berubah dari ponselnya membuat Kayra mengerutkan keningnya bingung memikirkan apa yang tadi Aarav lakukan di ponselnya.
"Kalau gue jadi lo, mungkin gue udah pingsan lihat pahatan wajah kak Aarav yang sempurna banget, kayak tuhan pas nyiptain tuh gak ada beban, atau pas proses pembuatan orang tua kak Aarav buatnya baca bismillah mulu ya?" tanya dan jelas Luna dengan mendramatisir membuat sahabatnya yang mendengarnya jadi muak dan hanya bisa menggelengkan kepala sambil berujar kompak.
"Lebay lo," kompak sahabatnya yang membuat Luna kini memelototkan matanya mendengar ucapan kedua sahabatnya yang begitu kompak.
"Sirik mulu lo sama gue," sinis Luna pada sahabatnya yang hanya bisa tertawa. Suara notifikasi dari ponselnya menghentikan tawa Kayra dan dengan segera Kayra mengambil ponselnya yang berada di saku rok nya.
Aarav
Blk sklh sm gw, tunggu di kls lo tar gue jemput jangan kabur atau lo gue hukum
Pesan singkat dari Aarav itu mampu membuat Kayra terdiam kini ia tahu apa yang Aarav lakukan pada ponselnya. Senyum samar tanpa sadar terbit dari wajah Kayra dan hal itu membuat sahabatnya tentu saja penasaran apa yang terjadi pada sahabatnya itu karena tak biasanya Kayra tersenyum sendiri hanya karena sebuah notifikasi di ponselnya.
"Lo kenapa Ra? Kesambet lo abis mandangin patung dewa Yunani dari deket tadi? Atau lo punya pacar?" tuding Nara pada Kayra yang langsung menyembunyikan ponselnya dan menggelang dengan kuat membuat sahabatnya semakin curiga.
"Btw Ra, lo kok bisa kenal sama Kak Aarav dan kenapa kak Aarav mau nolongin lo? Padahal kak Aarav tuh cuek dan gak peduli sekitar banget apa lagi kalua cewek," ucap Luna yang langsung mendapatkan anggukan setuju dari Nara karena memang itulah fakta dari seorang Aarav Neandro Aristide
"Mungkin dia cuma mau balas budi karena beberapa hari yang lalu gue bantuin dia," ucap Kayra dengan santainya sambil sesekali mengingat kejadian beberapa hari yang lalu, saat ia membantu Aarav dan hal itu tentu saja membuat kedua sahabatnya mengerutkan keningnya bingung dan membutuhkan penjelasan lebih.
"Gimana Ra? Coba lo jelasin," pinta Luna dan akhirnya Kayra menceritakan apa yang terjadi dengan detail dan hal itu tentu saja mendapatkan tatapan tak percaya dari sahabatnya, apa lagi tentang Aarav yang mengajak Kayra pulang bersama. Hal itu sangat langkah, karena Aarav yang dikenal benci kaum hawa sekarang malah mendekati Kayra, tentu saja hal itu yang kini menjadi pikiran siapapun yang melihatnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments