Malam Pertama

Acara pernikahan telah usai, semua tamu undangan pulang. Liona bersandar pada bahu ranjang, wajah menengadah ke atas, hati mulai memanas setelah mendengar denyit ranjang kamar sebelah. Suara tak pantaspun terdengar nyaring sampai membuat bulu kudu berdiri, urat malu mereka memang sudah putus. Bagimana bisa mereka menikmati malam pertama tanpa memikirkan bagaimana perasaan istri pertama. Saking tidak tahan lagi, Liona pun mengambil bantal lalu menutup telinganya. Ia pejamkan mata meski kesedihan tak bisa terbendung. Seperti malam biasanya ia bertemankan sepi dan memeluk diri sendiri sembari berharap sang suami datang menemaninya. Namun, semua hanya sebuah harapan yang tak mungkin terwujud.

"Ternyata ikhlas tidak semudah yang di ucapkan" Lirihnya sembari terus menutup telinga. Bayangan saat malam mereka bersama melintas begutu saja, menjadikan bulir air mata berjatuhan. Walau hanya sekali selama pernikahan tapi sangat sulit di lupa. Belaian manja dan tatapan Raditya malah itu selalu ia ingat sampai kapanpun. Berjuta rasa penuh makna semakin memperdalam rasa cinta.

Meski rasa ikhlas telah coba ia tanam, namanya hati tetap tak bisa berbohong. Semakin mencoba baik baik saja maka akan semakin menyakitkan. Pada kenyataannya hati tak sekuat mulut, begitulah yang saat ini Liona rasakan.

"Bersamamu adalah tujuanku, mencintaimu itu kewajibanku, membahagiakanmu adalah tugasku" Kedua manusia tanpa hati nurani saling terbaring penuh senyum setelah apa yang di inginkan tercapai. Zahra memeluk Raditya dengan erat, keduanya saling menatap penuh cinta. Malam menjadi sakis bisu atas cinta mereka "Terima kasih mas udah bertahta dalam hidupku" Ucapan Raditya membuat Zahra tersipu malu, sampai kedua pipi bagaikan buah tomat matang.

"Aku sangat mencintai kamu, mas" Membenamkan wajah di bawah ketiak Raditya.

(Akhirnya aku bisa menjadi nyonya Raditya. Mulai sekarang mas Raditya adalah milikku. Akan kubuktikan kepada wanita itu jika mas Raditya hanya mencintaiku. Secepat mungkin dia harus pergi dari kehidupan kami) Gumam Zahra.

Raditya mencium ujung kepala sang istri "Begitu pula denganku, sayang"

Dalam bilik lain terlihat seorang wanita paruh baya terduduk sembari memaku. Beliau hanya bisa terdiam tanpa bisa berbuat banyak. Malam ini putranya akan menyakiti hati istri pertamanya, karena malam ini adalah malam pertama dengan istri barunya. Hati Ibu Rohaya merasa sakit membayangkan bagaimana perasaan Liona sekarang. Sesama wanita beliau tentu bisa merasakan bagaimana sulit dan sakitnya harus berusaha kuat depan semua orang. Bahkan selama resepsi pernikahan tdi Liona banyak diam tanpa berkata sedikitpun. Banyak orang menggunjing harga dirinya sebab mau menerima wanita lain sebagai madunya. Kalau saja Beliau bisa membungkam mulut para tetangga pada saat itu, pasti beliau akan melakukan itu. Kenapa mereka tidak bisa memahami perasaan Liona, yang menjadi korban perselingkuhan. Seharusnya mereka menguatkan hati Liona atas semua keputusannya, biar bagaimanapun Liona berjuang keras melawan diri sendiri untuk mempertahankan harga diri seorang istri. Padahal Ibu Rohaya sudah meminta Luona melepas ikatan pernikahan demi masa depannya yang jauh lebih bahagia, meski begitu Liona menolak. Cintanya benar benar tulus pada Raditya, dia rela berbagi demi tetap bersama sang suami.

Melihat jam dinding, anak jarum menunjukkan pukul sebelas malam. Kedua mata tak kunjung terpejam, memikirkan bagaimana perasaan sang menantu. Beliau juga tidak berani keluar kamar karena tidak tau harus berkata apa jika nanti berpapasan dengan Liona. Kata maaf saja tak akan bisa menggantikan rasa sakitnya, bahkan rasa sakit itu tak bisa di tebus dengan harta sekalipun.

"Semoga dengan semua pengorbananmu ini kelak Raditya akan melihat siapa wanita yang pantas untuk cintanya" Liroh beliau sembari menatap bantak untuknya tidur. Perlahan dengan perasana penuh beban beliau berusaha memejamkan mata, meski sulit tapi perlahan terpejam juga.

Sekitar pukul dua pagi Liona keluar kamar untuk mengambil air minum "Tumben lampunya mati" Lirih Liona sembari meraba letak saklar lampu. Tanpa sengaja Liona menginjak sesuatu "Aw....." Pekik seseorang.

Lionapun segera menyalakan lampu, dan ia terkrjut ketika melihat Raditya berda di depan matanya. Tanpa sengaja ia memijan jari kaki Raditya "Astaga....maaf, mas. Aku tidak sengaja" segera menunduk lalu meniup ujung jari Raditya. Dari sikap Liona membuat hati Raditya sedikit tersentuh. Segera meraih ujung bahu sang istri lalu membawanya berdiri sejajar "Tak apa semua bukan salahmu. Oh iya kamu sedang apa jam segini keluar kamar?"

Liona menatap wajah suaminya (Wajah ini, diri ini, dan hati ini, sudah terbagi untuk dua hati. Aku harus mulai terbiasa, bagaimanapun semua adalah Takdir) tatapan Liona berlaih pada leher Raditya, tanda merah terlihat di leher laki laki tersebut (Kuatkan hatimu, Liona. Teruslah berusaha ikhlas karena memang semua sudah jadi keputusanmu sendiri) Sekuat semampunya berusaha bersikap biasa saja.

"Emmm.....aku mau ambil air mas, tadi lupa tidak bawa" Berusaha tersenyum meski hatinya rapuh "Kalau begitu aku ambil ke dapur dulu ya mas" Melepas tangan Raditya lalu berjalan menuju dapur.

"Tunggu....." Suara Raditya menghentikan langkah Liona. Sebelum kembali berbalik badan, Liona berusaha memejamkan mata sejenak.

"Bolehkah ambilkan minum untukku?" Pinta Raditya.

Liona pun kembali membuka mata sembari berkata "Baik, mas. Akan aku ambilkan sebentar"

Perlahan langkah kaki Liona menjauhi dirinya, Raditya melihat punggung sang istri yang membuatnya teringat malam mereka bersama.

Ketika pikiran di penuhi wajah dan desah Liona seketika itu juga ia menggeleng kepala "Tidak, apa yang aku pikirkan. Bagaimana aku terus teringat dengan itu?" Sejak malam itu pikiran Raditya terus mengingat bagaimana ia memperlakukan Liona dengan lembut. Bayangan itu terus menghantui tiap malamnya, bahkan ketika bersama Zahra selalu ada bayangan Liona. Sampai malam pertamanya tadi yang ia bayangkan hanya wajah Liona, bukan sosok Zahra. Meski ia tidak tau perasaan seperti apa yang telah merenggut hasratnya, tetap saja bayangan Liona terus menghantui.

"Ada apa denganku ini? Kenapa jadi seperti ini" Mengacak rambut sembari membanting badan ke atas sofa.

Tap, tap....

Terdengar suara langkah kaki, pandangan Raditya langsung terarah pada titik suara.

"Maaf agak sedikit lama" Menyodorkan segelas air meneral "Kalau begitu aku masuk dulu" Berbalik badan hendak kembali masuk kamar.

Namun, entah kebaranian dari mana Raditya meraih tangan Liona. Jantung Liona semakin berdetak kencang, melihat tangan kekar Raditya menyentuhnya.

"Terima kasih untuk airnya" Ucao Raditya.

Liona pun menatapnya penuh senyum "Sama sama, mas. Maaf kalau sudah tidak ada hal lain lagi, aku mau masuk untuk shalat"

Raditya lalu menyingkirkan tangan "Oh iya silahkan"

"Mas....." Di waktu bersamaan Zahra terbangun, menggeranyangi tubuh suaminya tak lagi ada membuat kedua mata membuka lebar "Di mana mas Raditya? Jangan jangan dia...." Bergegas bangun lalu keluar kamar. Baru saja keluar ia terkejut melihat Liona berjalan penuh senyum menuju kamar sedangkan Raditya menatap punggung Liona sambil tersenyum.

Zahra memukul tepi pintu "Tidak akan aku biarkan cinta tumbuh di hatimu, mas. Hanya aku penghuni hatimu"

Terpopuler

Comments

Bocah Gaming

Bocah Gaming

cowok bodoh gk bisa bedain rasa perawan sama rasa yg udah blong

2023-01-27

0

@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ

@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ

bukan gitu konsep nya Zahra , Raditya juga berhak mencintai liona ,kamu istri kedua harus sadar diri atuh

2023-01-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!