Pernikahan Kedua Raditya

"Saya terima nikah dan kawinnya Zahra Nuraini binti Kurniwan dengan mas kawin tersebut di bayar Tunai" Suara gelagar ijab qobul terdengar lantang nan berani. Beberapa orang menjadi saksi pernikahan kedua Raditya dengan seorang wanita bernama Zahra. Mereka duduk saling berhadapan setelah SAH menjadi pasangan suami istri, mencium tangan suami setelah sah menikah adalah kewajiban seorang wanita. Sesaat setelah Zahra mencium tangan Raditya, kini giliran Raditya mencium kening sang istri. Pernikahan kedua Raditya berlangsung sederhana, tapi maharnya luar biasa. Satu unit mobil mewah, uang tunai berkisar puluhan juta, dan perhiasan satu set. Seserahan kali ini berbanding terbalik dengan mahar yang Raditya berikan kepada Liona pada waktu itu. Baginya Mahar mahal pantas untuk mencurahkan rasa cintanya kepada pasangan.

Di samping mereka nampak Liona tertunduk lesu dengan sesekali meremas tangan sendiri. Hatinya bergemuruh bak ombak lautan, ia tengah berada antara ikhlas dan lara. Sedalam hati memendam lara rasapun semakin menggelora. Air matanya perlahan menetas mengalir membasahi kedua pipi. Ia harus di hadapkan oleh kenyataan pahit bagaikan sebuah obat, tapi sebuah obat sekalipun meski pahit perlahan menyembuhkan. Keyakinan itu menumbuhkan rasa ikhlas yang bertentangan dengan perasaannya, meski begitu ia akan berperang dengan diri sendiri demi mempertahankan fitrah seorang istri pada mestinya.

(Tuhan....jika ini memang takdirku yang telah Engkau siapkan, maka perkuat hatiku demi menghadapi pergulatan dalam diriku sendiri. Sebagaimana engkau ciptakan air dan salju, haluskan dan dinginkan hati hambamu ini untuk menerima kenyataan. Perkuat rasa ikhlaskanku atas takdir-Mu, Tuhan. Aku percaya Hanya Engkau maha mengetahui segala urusan dunia) Memberontak sekalipun tidak akan berguna, sebab semua cinta hanya milik sang penguasa langit dan bumi. Sebaik apapun harapan manusia jika Tuhan telah menulis cerita seseorang sejak dalam kandungan maka kita hanya bisa memperindah Takdir yang ada, tanpa harus merusak alur cerita. Nikmati saja alur ceritanya nanti kamu akan tau bagimana proses membawamu pada bahagia. Aungguh mulia bagi manusia yang menerima setiap ketentuan Tuhan.

"Ternyata benar gosib beredar di luar sana, mereka memang melangsungkan pernikahan hari ini....." Dari jauh Ridwan melihat keduanya bersanding di pelaminan. Sejak beberapa bulan lalu ia memilih pergi sejauh mungkin dari bayang bayang mantan istrinya tersebut. Namun, setelah tau ada pernikahan antara mantan istri dan kakak kandungnya membuat Ridwan melangkahkan kaki menginjak kembali kota kelahiran. Satu hal yang paling ia sayangkan adalah kakak iparnya, Liona. Kenapa dia mau bertahan dalam kondisi seperti itu, seorang istri rela berbagi suami dengan selingkuhan suaminya. Sungguh berhati mutiara wanita seperti Liona itu. Meski sesungguhnya tidak ada seorang wanita rela berbagi suami dengan siapapun.

"Ternyata kamu memang sudah tidak punya hati, Za. Sesama perempuan tega merenggut milik perempuan lainnya, dan semoga dengan pernikahan kali ini kamu akan sadar jika cinta yang kamu miliki hanya sebatas opsesi" Lirih Ridwan sembari terus menatap pada sepasang pengantin tengah berbahagia tersebut. Dari jauh mereka nampak bersenang hati, meski di samping mereka ada banyak orang bersusah hati. Tak berapa lama kemudian Ibu Rohaya keluar rumah sembari berderai air mata. Entah apa yang membuat kedua mata beliau di banjiri air mata, yang jelas Ridwan tidak tinggal diam melihat ibunya bersedih. Sesegara mungkin ia keluar dari dalam mobil.

Sang ibu duduk depan rumah sembari menundukkan kepala, tangan kanan terlihat menyeka air mata nan semakin deras.

Tanpa sengaja Beliau mendengar langkah kaki, hingga membuat beliau melihat ke depan "Ridwan...." ibu Rohaya terkejut ketika melihat sang putra memasuki pekarangan rumah. Penampilan Ridwan sedikit berbeda dari biasanya, jika hari hari lalu Ridwan hanya memakai kaos oblong celana jeans pendek,sekarang terlihat menggunakan seragam coklat, seperti pegawai negeri. Beliau lalu membuka kedua tangannya "Kemarilah putraku"

Ridwan berusaha menahan kesedihan seketika menitikkan air mata "Ibu....." Sekuat mungkin ia berlari ke arah sang ibu lalu memeluknya dengan perasaan berkecamuk.

"Akhirnya kamu pulang, nak. Ibu sangat merindukan kamu" Tidak hanya memeluk sang putra, beliau pun lalu menciumi sang putra yang beberapa bulan lalu pergi dengan rasa sakitnya. Benar, sejak talak berkumandang Ridwan memilih meninggalakn rumah, dan sejak saat itu ia bertekat melupakan wanita itu. Meski nyatanya tidak semudah itu melupakan wanita yang dulu pernah di cintai. Setajam jarum menusuk tangan, meski sakit tetap berjuang, tapi kali ini cinta Ridwan akan terkikis oleh perselingkuhan.

"kemana saja kamu selama ini? Tidakkah kamu kasihan dengan wanita paruh baya ini? Ibu tidak bisa menyaksiakan kedua anak ibu menjadi korban dari cinta mereka. Bawa ibu bersamamu, Nak" Pinta beliau sembari berlinang air mata. Tak berapa lama beliau lalu memeluk sang putra "Jangan biarkan ibumu menyaksikan kekejaman ini, nak. Lihatlah....seorang wanita terduduk sendiri menyaksikan suaminya menikah lagi dengan wanita lain, jujur hati ibu sangat hancur, anakku" Meluapkan rasa sakitnya setelah meljhat putranya harus menikah lagi.

Dua hari lalu Raditya mengutarakan niar untuk menikahi Zahra, namun di tentang oleh Ibu Rohaya. Namun, Beliau tak bisa menolak kala Raditya mengancam akan menggugat cerai Liona jika tidak di ijinkan menikahi wanita simpanannya itu. Awalnya beliau masih kekeh tak akan menerima keputusan Raditya, akan tetapi Liona sendiri mendatangi beliau dengan memohon memberi mereka restu. Liona bersimpuh di hadapan beliau memohon agar merestui pernikahan mereka. Dengan berat hati beliaupun menerima pernikahan tersebut.

Ridwan dengan sejuta luka hanya bisa terdiam diri menyaksikan air mata sang ibu, dan beberapa kali melihat sepasang pengantin tengah duduk di pelaminan. Hati Ridwan hancur lebur, ternyata perselingkuhan ini hanya menyisakan banyak air mata.

Bip, bip....

Terdengar klakson mobil memasuki rumah. Ridwan terkrjut ada sebuah mobil mewah masuk dengan di hiasi pita besar seperti hendak di hadiahkan kepada seseorang "Mobil? Siapa yang beli mobil, buk?" tanya Ridwan penuh heran.

Baliau nampak berat membuka mulut "Mobil itu mas kawin untuk Zahra"

"Ha? Mas kawin?" Ridwan tercengang dengan mahar yang di berikan sang kakak kepada mantan istrinya itu.

Senyum sinis terlihat di ujung bibir "Pelakor Seharga Mobil Mewah? Cih....tidak pantas sekali. Bahkan roda mobil mewah itu saja tidak sebanding dengan harga diri palakor macam itu"Cibir Ridwan.

Sang ibu tau hati putranya sangat terluka. Mengusap lengan Ridwan "Sabar, nak. Biarkan Karma menjalankan tugasnya. Ibu Yakin kamu bisa menemukan hidup baru yang jauh lebih bahagia lagi"

Berbalik badan nampak menyeka air mata "Suatu saat nanti Ridwan akan buktikan kepada mereka, bahwa Ridwan juga bisa sukses dengan cara Ridwan sendiri. Dan nanti ketika ssmua sudah kumiliki, akan kututup mulut wanita itu dengan uang. Kalau ibu mau ikut bersama Ridwan besok pagi Ridwan tunggu di ujung jalan sana, untuk saat ini Ridwan masih belum bisa berhadapan dengan mereka"

Ibu Rohaya paham bagaimana perasaan Ridwan saat ini "Baiklah ibu ikut denganmu, anakku. Setiap langkahmu akan ibu sertakan dengan doa dan harapan"

"Mas, ibu lagi bicara sama siapa di depan?" Tanya Zahra sembari melihat arah ibu Mertua.

"Ehmmm....tamu mungkin" Jawab Raditya singkat.

(Kenapa aku merasa kalau itu mas Ridwan ya? Apa mungkin dia memang mas Ridwan?) Dari punggungnya saja Zahra mulai mengenali bahwa dia adalah mantan suaminya.

"Sayang, kamu mau kemana?" Raditya menghentikan langkah Zahra ketika hendak turun pelaminan. Dengan penuh hati hati Zahra memegang perut "Aku penasaran mas sama siapa ibu kamu bicara, biar coba aku lihat"

"Jangan bandel deh, ingat kamu lagi pake kebaya panjang, bagaimana kalau tersandung? Pokoknya kamu tiak boleh kemana mana, aku tidak mau terjadi hal buruk pada anak dan istriku ini" Raditya tanpa rasa malu mengusap perut Zahra di depan para tamu undangan. Hampir semua orang membicarakan mereka sebab pengantin perempuan nampak berbadan dua.

"Dasar nggak aka akhlaq, urat malu mereka udah putus kali ya" cibir beberapa orang yang menghadiri pernikahan mereka.

Melihat Raditya terlihat bahagia dengan istri barunya, membuat hati Liona semakin terluka. Saking tak kuasa menahan air mata, ia pun memejamkan mata sejenak sembari iman, mental, dan hati. (Mulai sekarang aku harus terbiasa dengan semua itu, semua sudah jadi keputusanku, aku tidak boleh marah ataupun cemburu. Istri nabi saja mampu berbagi cinta, waktu, dan kasih sayang dengan istri yang lainnya, kenapa aku tidak bisa. Bismillah, inilah niatku yang harus kujalani dengan ikhlas)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!