Malam Penuh Makna

Hampir sehari penuh Liona mengurung diri, untuk menenangkan hati dan pikiran. Liona berserah diri kepada Tuhan-Nya dengan bersimpuh meminta petunjuk. Doa harapan ikut tersemat dalam setiap kalimat doa tercurah, sampai air mata tak henti mengiringinya. Jalan terbaik saat tertimpa masalah hanya meminta kepada Tuhan maha Esa. Liona percaya San Pencipta tidak akan membiarkan hambanya berselimut duka, pasti akan ada jalan keluar di balik semua masalah.

"Kuserahkan semua hidup, jodoh, dan matiku hanya pada-Mu Tuhan. Niatku hanya mempertahankan fitrah seorang istri seperti semestianya, dan semoga setiap air mataku akan terbayar dengan bahagia" Lirihnya sembari terus menengadahkan tangan meminta pertolongan dari zat paling tinggi "Bukakanlah hati suami hamba ya Tuhan sesungguhnya Engkaulah maha membolak balikkan hati manusia" Meraup wajah dengan kedua tangan. Beban yang tadinya terasa berat seolah menjadi berkurang, ada ketenangan tersendiri setiap kali mengadu kepada sang pemilik kehidupan.

Ketika manusia merasa buntu atas jalan hidupnya maka hanya sang penciptalah tempat mengadu. Sesungguhnya Dia maha mengetahui tanpa di beritahu, maha membolak balikkan hati manusia.

"Anak itu dari tadi sampai sekarang belum ada pulang juga, memang mereka sangat keterlaluan" Kesal ibu Rohaya sembari mondar mandir depan pintu rumah. Beberapa jam lalu Raditya mengantar Zahr

Sedangkan Raditya keluar bersama Zahra sampai larut malam. Mereka sudah lepas kendali sampai ibu Rohaya di buat kesal oleh mereka. Sebagai seorang ibu beliau juga kecewa atas perbuatan mereka, bagaimana bisa seorang manantu selingkuh dengan kakak iparnya sendiri, sunggu aib terbesar dalam hidup seorang ibu.

Beberapa saat kemudia Raditya baru saja pulang, setelah mengantar Zahra ke rumahnya.

"Raditya....dari mana saja, kamu? Sudah jam berapa ini?" Maki Ibu Rohaya sembari menunjuk anak jarum jam pada pergelangan tangannya.

"Raditya capek buk, tolong jangan banyak tanya dulu. Kepala serasa mau pecah" Tanpa perduli bagaimana perasan sang ibu, ia langsung masuk rumah melewati sang ibu.

Tok, tok....

Raditua mengetuk pintu kamar setelah tau jika pintu terkunci dari dalam. Tak lama kemudian Liona membuka pintu. Kedua mata tampak sembab oleh air matanya sendiri. Sakitnya begitu merasuk dalam hati, sampai air mata semakin manguasai. Raja dalam kehidupan manusia adalah cinta tapi ratu dalam hidup wanita adalah air mata. Sungguh jika wanita sudah menitikkan air matamya demi seorang laki laki, maka dia sangat mencintai pasangannya tersebut.

"Lama sekali buka pintunya" Kesal Raditya sembari masuk dalam kamar.

"Maaf mas tadi aku baru saja menerima telepon" jawab liona berterus terang.

Dari jauh tercium bau alkohol menyengat dari badan suaminya, Lionapun kembali menutup pintu kamar "Habis darimana kamu, mas? Kenapa ada bau alkohol?"Duduk samping suaminya.

Rditya baru saja menghempaskan badan ke atas ranjang, lalu menatap Liona "Nggak usah ikut campur urusanku" Ia lalu duduk tepi ranjang sembari menundukkan kepala. Baru saja ia meluapkan kegelisahan dalam diri dengan pergi ke suatu club malam. Entah kenapa pikiran Raditya hari ini seolah buntu, ia merasa begitu banyak beban. Di tambah masalah kantor yang memintanya berhenti kerja beberapa minggu sebab tersandung masalah perselingkuhan, lalu sekarang Liona datang dengan berita kehamilan. Lalu bagaimana dia harus melewati semua ini? Semua bagaikan beban terbesar baginya.

"Apa benar Zahra hamil anakmu, mas?" Lirih Liona sembari beraimpuh depan sang suami. Tatapan Raditya menusuk dalam "Memang kenapa? Apa masalah kamu?" Entah dalam pengaruh alkohol sampai Raditya mulai meradang atas pertanyaan Liona. Kepala semakin nyut nyutan tak karuan memikirkan banyaknya beban pikiran.

"Secepatnya aku akan menceraikan kamu" Ucap Raditya sembari berusaha bangkit lalu berjalan menuju jendela kamar. Ia nampak membuka tirai sedikit hingga desiran angin mulai membelai wajahnya "Kamu sudah tau cepat atau lambat aku dan Zahra akan menikah juga. Sesegera mungkin dia akan menjadi ibu dari anakku, dan kamu lebih baik mundur. Jujur, aku capek terus melukai hatimu, lebih baik kamu pergi dari hidupku"

Tiba tiba saja Liona memeluk Raditya dari belakang, menyandarkan kepada sembari memejamkan mata "Tidak, aku tidak mau berpisah darimu, mas. Kalau kamu menikahi dia sekalipun tak akan pernah aku biarkan pernikahan kita hancur" Entah kebaranian dari mana sampai mulut Liona mengatakan hal semacam itu.

Raditya sedikit terkejut atas ucapan sang istri, sama saja ia menginjinkan Raditya poligami "Maksud kamu?" Segera berbalik badan lalu menatap kedua mata Liona dengan penuh makna.

Dengan mata berkaca kaca, ia berusaha meyakinkan diri, jika semua adalah keputusan terbaik.

"Istri nabi saja rela suaminya beriatri banyak, maka sebagai pengikutnya akupun rela jika suamiku harus menikah lagi. Tapi, aku minta jangan pernah ceraikan aku, mas" Nada bicara mulai melemah seiring dengan gemuruh jantuh tak menentu. Sejauh kisah mereka, Liona teramat mencintai Raditya sampai rela berbagi suami dengan wanita lain.

Tangan Raditya tiba tiba menyentuh wajah Liona, tatapan mulai berbeda. Mungkin karena pengaruh alkohol menjafikan dia sedikit melunak. Perlahan ia dekatkan wajah sampai tak ada jarak antara mereka, dahi saling bertemu dan hidung menempel satu sama lain. Deru nafas mulai menyalurkan hasrat tersendiri.

"Akan aku penuhi kewajibanku" Perlah Raditya mulai membuka jilbab yang Liona kenakan. Baru pertama kali ia melihat snag istri tanpa jilbab, rambut sebahu nan indah, leher jenjang sempurna bak pragawati ternama. Aksi Raditya mulai semakin jauh dengan memajukan langkah sampai Liona memundurkan langkah, dan mereka tumbang di atas tempat tidur.

"Semua milikmu, mas" Lirih Liona dengan mata sayu. Ia sadar mungkin saat ini bukan niat tulus Raditya untuk menggaulinya, tapi atas pengaruh alkohol. Lalu apa jadinya jika dia menolak, pasti ia akan berdosa besar.

Raditya memejamkan mata sembari menjamah tiap inci tubuh snag Istri. Merekapun melewati malam dengan indah. Baru pertama kali Liona merasakan sentuhan suaminya, yang selama ini ia rindukan.

Keesokan hari, Liona bangun lebih awal untuk mandi besar. Sesudah mandi lalu ia melihat suaminya beetelanjang dada masih berbaring di atas ranjang. Senyum Liona mengembang indah "Astaga....pikiran macam apa ini" Memukul pelan kening sembari sesekali tersipu malu. Bayangan malam tadi masih terngiang dalam pikirannya "Ah sudahlah, lebih baik aku shalat subuh dulu" Ia kembali mengambil air wudhu lalu melakukan shalat.

"Aw....." Perlahan Raditya membuka mata, kepala serasa berat dan sakit. Pandangan sedikit berputar putar "Astaga....." Melihat badan sudah tak lagi memakai sehelai benangpun, membuatnya mengingat kejadian malam tadi.

"Jadi aku dan dia....." Segera membuka selimut dan benar saja, ia melihat bercak merah di temlat tidur Liona "Apa yang ada dalam pikiranku semalam? Bagaimana bisa aku dan dia...." Rasa kesalnya tak sebanding ******* Raditya malam tadi. Pertama kali ia menyentuh Liona rasanya masih terbayang bayang.

"Kenapa jadi seperti ini" Segera turun dari ranjang lalu menuju kamar mandi.

Usai shalat Liona melihat suaminya tak lagi ada di atas ranjang, segera ia keluar kamar dengan rambut basahnya. Tak lama ibu Rohaya juga keluar kamar (Lho tumben Liona keramas pagi begini, atau jangan jangan mereka?) Tak lama setelah itu Raditya pun keluar dengan rambut basah. Seketika Ibu Rohaya masuk kamar lagi "Apa aku tidak salah lihat? Apa ini mimpi" Mencubit tangan sendiri "Aw....ini nyata, jadi mereka tadi malam" Rona pipi Ibu Rohaya memerah "Tidak sia sia doaku selama ini, akhirnya mereka tidak akan pernah terpisahkan lagi" Beliau nampak girang sekali.

"Maaf, malam tadi aku lepas kendali" sembari mengambil segelas air putih di dapur. Sedang Liona menyembunyikan wajah sebab terlalu malu bertemu dengan suaminya setelah kejadian malam tadi.

"Meski begitu kamu harus ingat ucapanmu tadi malam. Aku akan segera menikahi Zahra" Ucao Rditya bergegas keluar dapur.

Seketika Mood Zahra mulai hancur "Ya Tuhan ikhlaskan hatiku atas keputusan ini" Berusaha meyakinkan diri bahwa keputusannya adalah yang terbaik.

"Ehem....." datanglah ibu Rohaya.

Liona baru sadar jika dia tidak memakai jilbab, dengan kedua tangan ia menyentuh kepala "Ibu...." Raut wajah malu terliaht jelas di wajah manisnya.

Tatapan ibu Rohaya mengarah pada leher jenjang Liona. Tanda merah di lehernya itu jelas terlihat bahwa tadi malam mereka melewatkan malam paling indah.

"Wah sepertinya ada hujan malam tadi" Goda beliau sembari mengambil segelas air putih.

Liona sangat malu sekali "Ibu bisa saja...Liona ambil jilbab dulu" Segera berlari kecil menuju kamar.

Raditya melirik sang istri yang tengah berlarian kecil menuju kamar. Ia tengah duduk sembari bermain ponsel. Bayangan malam tadi sekilas terlintas di otaknya "Mikir apa aku ini. Fokus sama Zahra dan anak dalam rahimnya" menggeleng kepala lalu kembali fokus dengan gawai di tangan.

Terpopuler

Comments

@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ

@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ

coba dari awal kamu nikah sama liona dan kamu merasakan itu pasti kamu tidak akan berzinah sama Zahra,dan tidak akan sepusing sekarang ini

2023-01-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!