Hari berlalu, waktu berjalan cepat tanpa ingin menoleh walau sekencang apapun kamu berlari mengejarnya. Di sisi lain, rasanya semua ini membuat Auris sulit bernafas. Jika Auris melihat kiri-kanan pada teman-teman sejawat yang satu kelas semuanya masih di titik yang sama. Tapi ketika Auris membuka sosial media Auris seketika merasa kacau. Usia 19 tahun sudah umrohkan orang tua, usia 19 tahun sudah punya rumah pribadi. Usia 19 tahun sudah tidak lagi bergantung pada orang tua, tapi Auris merasa rendah diri dan tidak berdaya. Semuanya terasa menyesakkan, Auris tidak iri pada yang berumah tangga lebih awal. Sederhana harapan Auris, dia hanya berharap sang Ibunda tidak lagi mengkhawatirkan soal uang.
Tangis Auris kian tergugu ketika melihat Boy band palng ngetop asal korea yang selalu menjadi perbincangan panas. Siapa lagi jika bukan BTS, sekali lagi ketika melihat mereka air mata Auris tidak kuasa di bendung, bahagia melihat tingkahnya dan terkadang juga tertawa tapi jujur saja Auris bertanya banyak hal pada dirinya. Apa dia bisa sukses? Apa Auris mampu untuk sukses? Tidak perlu harus kaya raya layaknya pengusaha nomer satu di Indonesia itu terlalu jauh. Auris hanya ingin bisa lepas dari hutang, bisa membuat sang Ibunda pensiun mendorong gerobak dorong yang selama ini menjadi jalan kehidupan Auris dan Ibunya.
"Yaudah ayo berhenti meratap dan mengeluh, sekarang bangkit dan kerjakan skripsimu supaya bisa segera tamat," kata Auris segera mengerjakan skripsinya.
Semua kertas bertebaran di kasur lantai yang diduduki oleh Auris. Ya jangan sangka Auris tengah duduk di ruang keluarga, tidak sayang Auris duduk di kamar dengan menggunakan kasur lantai yang di sulap menjadi kasur tidur tempat dia dan Ibunda tercinta melepas lelah.
Lembayung senja menghampiri dan hari mulai gelap. Terdengar suara Ibu memanggil dari luar meminta di bukakan pintu. Auris bangkit dan meninggalkan sejenak pekerjaannya untuk membantu mengangkat barang sang Ibunda tercinta.
"Assalamu'alaikum, udah siap skripsi?" tanya Ibu begitu melihat wajah Auris.
"Udah ke angsur sedikit," kata Auris menanggapi dengan tenang seraya mengangkat barang-barang dari gerobak tau itu ke dalam rumah.
"Sudah berapa lembar? Sudah ada separuhnya?" tanya Ibu kembali.
"Belum Bu, sabar aku olah datanya lagi. Do'akan saja supqya besok segera memberikan bahan pada Miss Yulia," kata Auris dengan wajah berusaha tenang di tengah kekacauan otaknya.
"Usahakan selesai besok, kalau belum siap ngak usah jualan dulu. Siapkan saja dulu, waktunya semakin sedikit," kata Ibu di sela-sela mengganti pakaian dari dalam kamar.
"Iya," kata Auris.
Auris yang merasa jenuh membuatnya berselancar di sosial media. Berbekal dengan paket yang di beli dari cuntingan keuntungan jualan Auris mencari ide apa yang bisa menghasilkan uang tanpa mengeluarkan uang sepeserpun.
"Kelihatannya banyak banget cara buat hasilin cuan, tapi gimana caranya? Kalau modal lagi aku kayaknya belum mampu dalam waktu dekat. Apa aku coba buat konten masak ala Mak-Mak aja ya, buat awalan aja, nanti perlahan-lahan moga-moga bisa bantu Ibu. Kalaupun belum banyak ya sedikit tapi ada," kata Auris optimis.
"Ya sudah sekarang aku tidur dulu, besok pagi aku coba take video Ibu masak buat bikin channel youtube!" Auris segera menutup laptop dan mematikan paket datanya. Auris merapikan semua barang-barangnya yang bertebaran agar bisa segera merebahkan tubuhnya untuk beristirahat, terlebih hari kian larut.
Pagi-pagi sekali Auris sudah sibuk dengan kegiatan sehari-harinya, mengingat jika dia ingin membuat konten youtube dia berusaha mengambil beberapa Video otodidak yang walaupun terlihat alakadarnya dan juga pencahayaan alakadarnya.
"Tidak apa yang penting nyemplung aja dulu, kebanyakan takut yang ada aku malah ngak ke mana-mana," kata Auris seraya merekam beberapa Video sang Ibunda tengah memasak dan juga mengambil beberapa spot di rumah kecil kontrakannya.
Setelah mengambil rekaman video di sela-sela jam padat karena harus bersiap membantu Ibundanya berjualan.
Waktu cepat berputar, layaknya kehidupan pedagang di sekolah begitu juga dengan Auris. Hati sumpet, pikiran sumpet dan sedang tidak punya ide baik untuk skripsi maupun channel yang baru saja lahir hari ini. Auris bergegas berpakaian rapi untuk sekedar menghampiri sang Ibunda yang sedang berjualan di SD dekat rumah mereka tinggal. Tiba di sana, pikiran Auris yang ruwet berganti rilex melihat ramenya anak-anak yang tengah berburu makanan di jam istirahat sekolah.
"Saya duluan kak!"
"Jasjus jeruk satu kak, pake susu berapa kak?" tanya satunya lagi.
"Ok, 3000 aja," jawab Auris riang.
"Roti susu 3000 kak," kata anak satunya lagi.
"Oke," kata Auris bergegas mengambil dagangan Ibu nya untuk di perjualkan.
"Ma, mie pedas 3000 Ma,"
"Minas 2000," Ibu juga tqmpak kerepotan mengambil dagangan yang di pegangnya.
Jual beli yang menyenangkan dan suasana yang rame anak-anak menjadi pelipur kegundahan tersendiri oleh Auris.
Tettt.......
Nyaring terdengar suara bel yang menandakan jika jam pelajaran terakhir sebelum sore akan segera di mulai.
Anak-anak sudah sepi bahkan sudah masuk semua ke kelas masing-masing. Auris duduk bersama sang Ibunda tercinta seraya Auris memakan makanan yang di perjualkan Ibunya kerena Auris belum bersantap siang sedang waktu telah pukul 4.30 sore.
Saat duduk dengan santai seraya melurik-larik sosial media sekedar memandangi wajah tampan sang Idol kesayangan Member BTS ataupun si tampan Park Jimin, datanglah Pak RT di komplek yempat tinggal mereka yang lama.
Auris sebenarnya paling malas menyapa, apalagi menyapa laki-laki itu adalah kegiatan paling menyebalkan yang Auris rasa tapi kalau tidak negur di bilang sombong, parahkan? Padahal mulut-mulut gua, suara juga suara gua kenapa malah jadi penyakit buat dia. Ya begitulah hidup bermasyarakat.
"Pak!" kata Auris hanya sekedar basa-basi. Ingat! Basa-basi bukan mau ngajak ngobrol.
"Hei Auris, gimana udah lulus kuliah?" pertqnya julid klasik yang di miliki Pak RT dan sekomplotan orang kurang kerjaan yang sibuk nguruain hidup orang.
Sensi? Emang woi, gua sensi abis di sini tapi ditutup dengan senyuman manis aja. Biar ngak panjang.
"Inysyaallah, april atau mei mendatang akan wisuda Pak, bantu do'a saja," ucapa Auris dengan lemah lembut dan senyuman yang di usahakan dan malah terlihat seperti gula aren manis dan pahit.
"Gimana, udah ada calon suami?" tanya Pak RT to the point.
"Masih jauh Pak! Belum kelihatan hilalnya," kata Auris yang mulai kebawa emosi.
"Jangan lama-lama, nanti kayak Ibu kamu (Janda tua dan sendirian)" kata Pak RT yang kian menebar bensin di hati Auris.
"Belum kelihatan hilalnya Pak, perkara itu biar takdir Allah yang menentukan," kata Auris mulai malas berbincang dengan RT julid kurang kerjaan dan sibuk ngurusin hidup orang.
"Itu bukan perkara takdir....
Tub suara gelas plastik jatuh tepat di kaki Auris bertepatan dengan perkataan Pak RT Julid seolah mewakili kekesalan Auris pada si RT julid.
"Masa bodoh soal jodoh, yang penting sekarang gua mau ngasilin duit dulu. Lee Dong Wook aja yang 40 lebih masih santai sendirian masa gua yang baru 23 keburu-buru nikah mau ngapain!" Auris mendumel dalam hati dengan rasa kesal tiada tara.
"Walau gimanapun, meski stand sama Jimin Oppa. Gua masih oleng sekte Yoongi merry me!" kata Auris dalam hati dengan tatapan yang sulit di sembunyikan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments