Sweet Dreams

Sweet Dreams

Auristela Anindya

Terlihat di sebuah kamar sempit persegi empat dan penuh dengan barang-barang yang berserakan. Seorang wanita muda, tengah menggulir sosial medianya melihat kehidupan serba mewah dan megah kaum sultan. Banyak yang tampak dari benda persegi empat itu, mulai dari kehidupan kaum sultan hinggal Idol kelas dunia yaitu BTS. Perlahan perempuan usia 23 tahun itu tertawa lalu menghitung dengan jari dan menengadah dengan mata berkaca.

"Auris, mau sampai kapan begini? Apa tidak capek? Mau sampai kapan cuma scrool dan menonton kesuksesan orang lain?" gadis itu bermonolog pada dirinya sendiri.

"Rena sudah menikah, walau dengan duda beranak 2 tapi sahabat lamamu itu juga sudah punya anak dan kehidupannya baik-baik saja. Lalu dirimu?" tanya Auris lagi dengan wajah tidak kuasa menahan air mata.

Terlebih Auris melihat catatan hutang, selama dia berhenti berdagang. Ya Auris adalah mahasiswa kuda-kuda (kuliah dagang-kuliah dagang). Bukan tanpa alasan Auris berhenti berdagang sementara dan membuat hutang demikian banyaknya. Mendapat beasiswa dari kampus tempat dia berkuliah dan juga jadwal yang kebanyakan pagi membuat jadwal dagang Auris kacau balau. Auris menjual sarapan pagi dengan berkeliling dari pintu ke pintu. Auris tinggal berdua dengan sang Ibunda tercinta yang juga seorang pedagang. Ibunda Auris juga menjual makanan di pagi hari, karena telah mulai berjualan kembali Ibunda Auris sedikit mengeluh jika Auris juga ikut berjualan di karenakan waktu yang terbatas dan masa itu lumayan banyak mengalami kerugian hingga membuat Auris terpaksa berhenti berdagang.

"Jika bisa memutar waktu mungkin lebih baik tidak memaksakan diri untuk mengenyam pendidikan ke perguruan tinggi. Ini menyakitkan, lebih baik bekerja jadi buruh di tempat orang dan bisa memberikan hasilnya pada Ibu. Setidaknya Ibu tidak akan terlilit hutang begitu banyak, apalagi hidup di kota semuanya harus di bayar. Mulai dari kontrakan rumah, listrik, air dan makan sehari-hari," gumam Auris.

Auris kian menggulir ponselnya melihat orang-orang di ponselnya sungguh jiwa miskinnya serasa tertampar. Ada anak muda yang seumuran dia sudah bisa umrohkan orang tuanya, bisa belikan rumah orang tuanya dan bisa berikan uang puluhan juta pada orang tuanya. Sedangkan Auris masih jadi beban dalam kehidupan ibunya. Auris melihat dan mencari peluang di mana dia bisa bekerja tanpa harus menganggu ibunya dan bisa menghasilkan banyak uang dan dengan cara yanh halal.

Auris melihat ada yang berjualan pakaian, tas, kaus kaki dan sampai pada foto para Idol. Seketika Auris mengakumulasi jika ini butuh uang yang lumayan untuk modal. Auris melihat ada banyak sekali konten kreator muda yang sukses. Auris bertanya pada dirinya sendiri apa peluang ini ada untuknya.

"Auris! Auris!" teriak Ibu ketika pulang dari berdagang hanya untuk menunaikan sholat zuhur.

"Iya Ibu tunggu sebentar," Auris membuka pintu dan mengambil barang yang di bawa sang Ibu.

"Ibu ini hasil jualan sarapan tadi. Alhamdulillah habis semua, besok Auris jualan lagikan Ibu?" tanya Auris pada sang Ibu.

"Skripsi sampai mana? Udah selesai revisinya? Kapan jadwal ketemu Miss Yulia lagi?" tanya Ibu pada Auris.

"Hehehe, belum Ibu. Insyaallah besok di antarkan pada Miss Yulia," kata Auris dengan cengengesan.

"Ini sudah hari keberapa? Sudah hari ke dua setelah bahan di kembalikan? Kamu mau lulus berapa lama? Masih niat kuliah apa ngak sih? Kalau memang ngak ada niat buat kuliah jelas pula kamu cari kerja dan hasilkan uang untuk bayar hutang. Hidup kita itu ngak sesenang dan sesantai itu Auris! Kalau memang kamu ngak mau kiliah jelas pula kamu berhenti, jangan di perolok seolah-olah aku terlalu mengharapkanmu untuk sarjana!" Amarah Ibu tidak bisa terkendalikan.

"Ngak Bu, nanti Auris selesaikan," kata Auris dengan wajah bingung dan terlihat banyak pikiran.

"Apasih yang jadi buah pikiran sama kamu itu apa? Apa sesulit itu untuk penulisan bab 4 dan 5? kamu sudah sempro Nak! Selangkah lagi!" kata Ibu semakin kesal pada Auris.

"Itu hutang, uang yang harus di kirim pada Julian kita belum punyakan Ibu? Sedangkan waktunya semakin mepet? Siapa yang bakal kasih kita pinjaman?" tanya Auris dengan mata berkaca-kaca yang membuat Ibu ikut terdiam.

"Kamu ngak usah mikirin utang! Yang penting skripsi kamu siap baru kamu mikir buat bantu Ibu! Udah sekarang mulai kerjakan skripsi kamu! Ingat jika kamu ngak lulus semester ini, maka kamu akan membuat Ibu pinjam uang sana-sini untuk membayar uang kuliah kamu lagi! Apa itu yang kamu mau?" tanya Ibu sarkas yang hanya di balas oleh Auris dengan mata berkaca dan juga gelengan kepala.

Setelah sholat tanpa sempat makan Ibu dari Auris sudah pergi ke luar rumah untuk kembali ke tempat berjualan.

"Bu, bukan auris ngak mau kerja sama orang. Tapi kerja di saat-saat seperti ini palingan kerja 12 jam penuh di bayar 40 ribu. Mendingan Auris jualan sarapan, penghasilannya lumayan dan kerjanya hanya 1 jam selebihnya bisa di gunakan untuk yang lain. Tapi Auris punya bakat apa Bu? Supaya Auris bisa bantu Ibu menghasilkan uang?" tanya Auris dalam hatinya.

Auris yang melihat rumah bagai kapal pecah, lebih memilih membersihkan rumah dan merapikan semua yang ada di rumahnya. Auris merapikannya dalam diam, hingga lewat ashar dan mendekati waktu ibu pulang semuanya masih belum selesai. Baik piring maupun pakaian dan makanan semuanya datang bersamaan minta di kerjakan kedua tangan Auris.

Meski begitu Auris tetap mengerjakannya tanpa melihat skripsinya sama sekali. Otak yang mumet, karena jual-beli dan laba-rugi membuat Auris enggan berpikir terlebih melihat tulisan yang semuanya adalah bahasa asing.

Hingga magrib hampir tiba dan Ibu auris pulang rumah rapi dan bersih. Ibu Auris diam saja dan bersikap biasa marena dia tahu jika terlalu memaksa Auris maka pertengkaran atau Auris kian kacau jika di paksa.

Selesai dari berbenah dan saat ini Ibu dan Auris tengah di kamar dan tengah makan malam.

"Skripsi sampai mana?" tanya Ibu pada Auris.

"Besok di serahin kok Bu. Besok libur jualan. Hari ini aku mau tidur cepat, mata ngak kuat liat laptop nanti bangun jam dua pagi buat selesaikan revisi," kata Auris pada sang Ibu.

"Yakin? Insyaallah, Ibu bantu Do'a ya. Ini ngak akab mudah tapi Insyaallah Auris akan wisuda periode april ini kok Bu. Auris ngak akan lama-lama, sesuai janji 3,5 tahun. Dengan bismillah Auris akan dapatkan gelar sarjana Auris dalam 3,5 tahun," kata Auris dengan senyuman menenangkan pada Ibunya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!