Jam sebelas malam.. Dua jam setelah dari warung sate…
Aku pegang kemudi sedangkan Broni sibuk dengan google mapnya yang katanya kadang muncul kadang hilang itu. Aku yakin seyakin yakinnya kita dalam keadaan tersesat sekarang ini.
Kadang kulirik wajah Broni yang nampak bingung, tapi dia gak mau mengakui kebingungannya, dia tetap yakin tujuan yang akan kita tuju ini benar.
Novi dan Ivon ada di baris kedua bersama Tifano, sedangkan Bondet ada di belakang bersama Gilank.. Mereka berlima dalam keadaan tidur setelah makan malam tadi.
Kulihat jarum bensin mobil ini hampir menuju ke posisi garis merah.. Yang artinya tidak lama lagi mesin mobil ini akan butuh bahan bakar untuk melanjutkan perjalanan. Tadi aku sudah tanyakan ke Broni untuk membeli bahan bakar, tetapi kata Broni nanti di depan sana ada pom bensin Wil…
Hahaha.. Mana ada pom bensin di tengah hutan kayak gini… pom bensin bagi demit mungkin iyo hehehe.
Yah seperti biasanya Broni selalu menggampangkan sesuatu yang harusnya rumit. Juga merumitkan sesuatu yang gampang.
Kami sekarang dalam perjalanan yang terus menanjak, aspal jalan penuh lubang dan jalan yang tidak lebar pula, sesuatu yang seharusnya diwaspadai adalah penampakan hehehe.
“Bron… masih jauh ta ini, selama perjalanan naik ini kiri kanan kita hanya hutan lho ya…jangan berpikir untuk balik ke bawah lagi, karena gak ada tempat untuk memutar balik mobil ini Bron”
“Iyoo Wil.. tenang ae.. Harusnya di kiri jalan kita ketemu gapura.. Sik sabar Wil hehehe”
“Sabar sih sabar Bron, cuma mobil ini ae yang gak bisa sabar.. Besnine lho sudah hampir ke posisi merah Bron”
“Ooh itu masih sekitar sepuluh literan Wil hehehe tanang ae, aku soale sering sewa mobil iki c*k”
“Terserah Bron.. pokoke harus sampai di tempat dengan selamat c*k”
Sorot lampu mobil di tempat yang gelap gulita dengan jalan makadam menanjak kiri kanan hutan ini tentu saja mengerikan, gimana kalau tiba-tiba di depan ada perempuan yang berdiri dengan leher yang patah dan berdarah darah.
Aku sih cuek aja, di dalam mobil ini kan ada tujuh orang yang siap menghajar apapun yang menghalangi jalan kami.
Udara semakin dingin menggigil.. Tetapi perjalanan tetap terus menanjak, tanpa ada tanda tanda gapura di kiri jalan.
“Bron… kita belum sampaikah?”
“Sik Wil.. sinyal hp kok malah ilang disini, aku gak bisa perkirakan kita ada dimana ini Wil
“Hmmm c**k …janc***k Bron… Sekarang kita harus kemana ini?”
“Eh Wil, dari tadi apa kamu gak liat gapura di sebelah kiri?”
“Aku gak perhatikan Bron\, aku dari tadi cuma perhatikan jalan yang makin ke atas makin rusak parah iki c*k.. Wis gitu hawane tambah adem ( udaranya makin dingin) C*k”
“Liaten itu jarum bensinnya.. Wis menjelang merah juga c*k”
“Ojok cak c*k cak C*k aja Wil… bantu doa gitu lho c*k”
“Ndasmu Bron… sekarang gimana iki… mana sinyal hpku yo gak ada sisan Bron!”
“Ahaaaaa itu Wil… di kananmu ada belokan ke kanan.. Aku yakin itu belokan ke arah desa yang kita tuju hahahah” tunjuk Broni pada sebuah belokan di kanan mobil.
Tapi belokan itu sangat kecil.. Mungkin ngepas untuk mobil ini saja, belokan yang ke arah hutan yang semakin dalam.. Tapi siapa tau di dalam sana memang ada desa yang Broni maksud.
Kuhentikan dulu mobil ini sebelum berbelok ke kanan, aku ragu dengan perintah Broni untuk berbelok ke kanan.
“Wis bener ini Wil… berarti gapura yang ada di sebelah kiri kita tadi kelewatan Wil.. wis pasti kita akan sampai di desa yang dimaksud heheheh”
“Gak usah ngguyu (ketawa) dulu Bron, kita gak tau disana ada apa, jalan ini sempit sekali, gugahen (bangunin) anak-anak Bron. masak cuma kita berdua aja yang masih sadar”
“Aku dari tadi gak Tidur Wil.. gak kuat sama ambune Gilank… untunge hawane disini dingin Wil….” kata Bondet
“Hehehe sabar Ndet, kata Broni sebentar lagi sampek”
“Sampek apane Wil.. aku yakin kita ini kesasar ( tersesat) c*k” jawab Bondet
Akhirnya dengan berat hati mobil kuarahkan ke kanan… jalan ke arah kanan ini lebih sempit dari pada jalan yang tadi, dan lebih rusak juga. Karena hanya jalan setapak yang hanya cukup untuk lebar mobil ini.
Jalan sempit ini menanjak juga, dan jalannya juga sangat parah, beberapa kali mobil ini terperosok diantara batu batu. Tapi anehnya Tifano, Ivon, Novi, dan Gilank masih tidur nyenyak.
Mereka seolah tidak merasakan mobil yang berulang kali terperosok…
Semakin lama jalan ini semakin menyempit, dan pada akhirnya mobil tidak bisa bergerak sama sekali , karena sepanjang sorot lampu mobil yang ada hanya jalan setapak yang makin menyempit… dan tentu saja hanya hutan yang gelap gulita saja.
“Stop sampai sini ya Bron… coba kamu lihat.. Gak ada space untuk mobil.. Itu cuma jalan setapak lurus diantara pohon pohon yang miring”
“Iya Wil.. eh sekarang sudah jam dua belas kurang, eh gimana Wil kita jalan kaki ke sana?”
“Hahaha sik Bron, apa kamu yakin jalan yang akan kita lalui itu benar-benar tujuan dari yang kamu maksud?”
“Huaaahhmmm sudah sampek mana mas Wil?” tanya Novi
“Mbuh Nov, koyoke kita kesasar ini Nov”
“Gak papa mas Wil, meskipun tersesat tapi kalau sama kalian Novi rasanya bersemangat huaaahhmmm”
“Dimana kita Nov, hawanya dingin sekali disini” tanya Ivon yang juga sudah terbangun
“Nggak tau Von… tapi dingin dingin gini sama mas mas yang cucok rempong ya enak aja Von hihihi” jawab Novi
“Perhatian-perhatian..aku minta pendapat kalian. Mobil kita terjebak, mau maju gak bisa, mundur pun gak mungkin, jadi kita sekarang harus apa?” tanyaku pada yang lainya
“Hihihih mas Wil.. tenang dong.. Kan selama kita bersama, tidak akan ada yang terjadi dengan kita kan mas” jawab Novi
“Oh gendeng koen c*k Nov”
“Mas Bron.. tujuan kita benar ada di depan sana?” tanya Ivon dengan nada yang tegas dan agak kejam
“I..iya harusnya begitu Ivon.. harusnya kita akan sampai di sebuah desa disana”
“Kalau memang yakin, kita turun saja disini, dan melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki” jawab Ivon yang berbeda dengan Novi, dia lebih tegas dan tidak mudah tertawa.
“Gimana yang lainnya… apa kita jalan kaki menuju ke desa yang disebut Broni?”
“Sik Wil… hawane di luar sana dingin c*k.. Mending di mobil saja sampek pagi, jadi besok pagi kita bisa jalan ke sana” kata Tifano
“Gak bisa Tif, besok pagi aku harus laporan ke bos ku c*k” potong Broni
“Hehehe laporan pakek opo Bron.. disini gak ada sinyal hp c*k”
“Ya harus cari Wil.. pokoknya kita harus jalan ke sana, dan besok pagi aku harus sudah kirim foto ke sekretariat partai, nek gak gitu aku nanti dianggap pembelot c*k”
“Wis karepmu Bron…pokoknya yakin kalau jalan yang akan kita tuju ini benar ya Bron”
“Rek… kita ini ada di gunung apa rek.. Ademe (dinginnya) kok gak ngotak blas rek” tanya Tifano
“Kayanya kita ada di sekitar dataran tinggi deh mas Tif.. eh tapi nggak tau lagi, soalnya tadi waktu kita ada di warung makan, map Novi menunjukan kita ada di sekitar dataran tinggi antara gunung Sindoro dan gunung sumbing”
“Duh.. kita ada di sekitar dataran tinggi Dieng iki rek?” tanya Bondet yang baru saja bangun
“Mungkin mas.. Tapi gak tau lagi, soalnya disini sinyal hp sama sekali gak ada mas” jawab Novi
Lampu depan mobil masih nyala dan masih menyorot ke arah jalan yang makin kecil makin menjadi jalan setapak, aku permainkan lampu jauh untuk melihat lebih jauh di depan sana ada apa saja.
Dari kejauhan tiba-tiba muncul kabut…. Kabut yang sangat tebal yang menuju ke arah mobil.
“Awas rek.. Di depan ada kabut yang datang”
“Wuiih sangar Wil.. kabutnya tebal sekali keliatanya hehehe” kata Broni
“Gak usah ngguyu (ketawa) Bron.. ingat..kabut itu pangkal dari masalah c*k”
“Tutup jendela sik rek”
Tapi gak ada yang menutup jendela, baik itu Broni, Novi maupun Tifano. Terpaksa aku tutup jendela mereka dari tombol samping kananku setelah aku nyalakan mesin mobil
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
nath_e
kabut bis jalan🙄🤔sereem😱
2023-04-01
0
nath_e
fix keselong ini mah😱
2023-04-01
0
Siska Dwi Putri Putri
dari mulai awal konser berdarah d villa putih Ampe Sekarang biang utama nya selalu si Broni 😀😀 Broni doyan yg angker" kek nya. kabut awal d mulai perjalanan gaib mereka 🤣🤣
Thor Ali , ibor dan Dani kemana??
apakah mereka nnti d bantu pak tembok juga.
apakah musuh mereka ada si Rohman juga nnti..?
2023-01-27
2