Bab 3

Saat mereka sedang asik asiknya makan, terdengar teriakan dari lantai dua. " Mah… mama, suruh pelayan antar makanan ke kamar ku mah."

" Iya sebentar," jawab mama Sandra teriak juga lalu ia memanggil maid untuk mengantarkan apa yang tadi di minta oleh Vanessa.

" Bi tolong antarkan ke kamarnya Vanessa ya bi."

" Baik nyonya," maid pun langsung mengangguk dan segera mengantarkan pesanan sang nona muda di keluarga Graham.

" Maaf ya Alana, Vanessa memang begitu sifatnya." Ujar mama Sandra yang merasa tidak enak dengan Alana.

Alana mengangguk sambil tersenyum maklum, " iya Tante nggak papa."

Ternyata sifat Vanessa tidak terlalu jauh dengan di sekolah, sama sama merasa bahwa dirinya adalah seorang ratu yang harus dilayani.

Mereka akhirnya kembali melanjutkan acara makan yang tadi sempat tertunda karena teriakan dari Vanessa.

" Papa pulang". Suara dari arah ruang tamu yang membuat mama Sandra berdiri lalu berjalan menghampiri nya. Alana tebak itu mungkin suara dari sang kepala keluarga yaitu suaminya mama Sandra.

" Alana, perkenalkan ini suaminya Tante papanya Aldi." Ucap mama Sandra memperkenalkan pria paruh baya yang ia gandeng tangannya, Alexander Graham.

Alana mendongakkan kepalanya dan seketika ia membulatkan matanya saat melihat sosok dihadapannya ini. Pria paruh baya itu pun sama, mereka sama sama saling terkejut dan terdiam untuk beberapa saat.

" Kenapa pa?" Tanya mama Sandra saat melihat suaminya itu tidak berkedip ketika menatap Alana.

" Oh nggak mah, dia siapa mah?" Alex berusaha untuk tetap bersikap biasa saja, seolah olah ia tidak mengenal Alana.

Alana sendiri sudah mengepalkan tangannya menahan amarah yang sedang memuncak. Alana sangat membenci pria paruh baya di hadapannya Sekarang ini. Seseorang yang sudah membunuh kedua orang tuanya beberapa tahun kemarin. Tapi sebisa mungkin Alana tetap bersikap tenang.

" Ini Alana pah, calon menantu kita." Ujar mama Sandra yang membuat Alex kembali terkejut dengan ucapan mama Sandra barusan.

Gadis yang ada di depannya saat ini adalah seseorang yang telah lama ia incar selama ini. Semakin mudah ia untuk menghabisi satu satunya anggota keluarga Erlangga yang tersisa satu satunya, pikir Alex.

Alana yang melihat Alex pura pura tak mengenalnya, ia tersenyum miring.

" Kenalin om, saya Alana. Calon istrinya anak om." Ucap Alana.

Aldi yang mendengar itu membulatkan matanya, perasaan tadi Alana bilang tidak akan setuju untuk menikah dengannya. Kenapa sekarang malah berbeda?

" Kamu…!!! Ikut saya sekarang," ujar Aldi dengan geram menarik tangan Alana dan membawa gadis itu ke dalam kamarnya.

" Aldi jangan diapa apain dulu Alana, tunggu sah dulu." Ujar mama Sandra berteriak ketika melihat anak membawa Alana kedalam kamarnya.

" Maksud kamu apa ngomong kaya gitu tadi hah? Kamu mau main main sama saya?" Geram Aldi. Alana sudah Aldi cengkram pundaknya, sehingga Alana sudah tidak bisa kabur.

" Apaan sih om, lepasin gak." Ucap Alana. Alana yang pada dasarnya pemberani pun tidak merasa takut sama sekali dengan amarah seorang Aldi.

" Coba deh om pikirin lagi, gimana malunya Tante Sandra kalau temannya yang sudah memvideokan kita tadi menyebarkan video itu?" Lanjut Alana. Aldi terdiam, benar juga apa yang dikatakan Alana. Tapi ia tidak harus menikah dengan dia kan?

"Bukannya kalau kita nikah, berarti kita mengakui perbuatan yang nggak kita lakukan?" Balas Aldi.

Alana berpikir kembali, " yaudah deh gini deh, gimana kalau om sendiri aja yang bilang ke Tante Sandra. Emang om berani?" tantang Alana.

Kini Aldi yang terdiam, mana mungkin ia berani menolak permintaan sang mama. Seorang wanita cinta pertamanya yang sudah rela berkorban untuk melahirkan dirinya ke dunia ini.

" Oke baik, kita bakal menikah. Tapi gimana kalau kita bikin perjanjian kontrak gimana?" Tawar Aldi yang langsung ditolak oleh Alana.

" Om… memangnya nggak pernah menghargai akan makan pernikahan ya? Kenapa harus pakai kontrak kontrak segala sih om? Kontrak apaan lagi sih?"

Aldi kini bingun dengan ucapannya sendiri, dapat apa dia dari sebuah kontrak itu.

"Kontrak nya akan saya pikirkan nanti. Saya juga masih belum percaya kenapa kamu dengan semudah ini menerima pernikahan konyol ini."

Bisa bisanya bocil dihadapannya ini mau mau saja disuruh menikah dengan dirinya. Padahal umur mereka terpaut sangat jauh, "Apa kamu mau pernikahan ini karena uang? Berapa sih yang kamu butuhkan ?"

Mendengar apa yang dikatakan Aldi, Alana mengepalkan kedua tangannya, ia sama sekali tidak membutuhkan uang. Padahal Alana sendiri tidak begitu yakin dengan pernikahan ini.

Alana menggelengkan kepalanya, " gue yatim piatu om, gue nggak butuh uang. Gua butuh nya temen." Ujar Alana yang membuat hati Aldi tersentil. Ternyata gadis dihadapannya ini hanya membutuhkan teman, pantas saja ia menangis di taman sendirian seperti tadi.

" Baik saya bakal jadi teman kamu." Ucap Aldi yang tidak tau, apa keputusan nya benar atau tidak. Tapi ketika Aldi melihat sang mama yang begitu bahagia akan kehadiran Alana, Aldi tidak bisa menolaknya.

°°°

Pagi ini Alana pulang dari mansion Graham. Begitu ia membuka pintu rumah, Alana sudah di todong berbagai pertanyaan dari wanita yang sedikit lebih tua dari dirinya yaitu Thea.

Thea merupakan orang kepercayaan dari almarhumah sang bunda yang sekarang juga telah menjadi kepercayaan dirinya.

" Ya ampun Alana.. kamu dari mana aja sih? Mbak khawatir banget loh. Apalagi handphone kamu mba temuin di di taman." Ucap Thea.

" Hehehe maaf mbak, kemarin ada sedikit kejadian gitu di taman." Alan masuk kedalam rumah kemudian menjatuhkan dirinya ke atas sofa ruang tamu.

" Kejadian apa na?" Tanya mbak Thea yang ikut duduk disebelah Alana. Thea sendiri tidak tinggal di rumah Alana, ia hanya sesekali mengunjungi Alana dan juga ketika ada masalah yang perlu mereka berdua selesaikan.

Alana menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan Thea. " Pokoknya intinya Alana sama om om itu nggak sengaja jatuh bareng, dan sialnya mamanya om om itu malah liat dan langsung marah marah minta buat kita nikah."

"APA!" Kaget mbak Thea.

"Om om? Siapa dia Alana? Jelek nggak? atau mungkin gendut, terus kumisnya tebel apalagi perutnya buncit? Dia udah punya anak atau malah udah punya cucu?" Tanya mbak Thea beruntun, Thea jadi ngeri sendiri membayangkan nasib Alana yang diperhatikan layaknya berlian permata malah harus bernasib menikah dengan lelaki tua yang jelek.

" Mbak Thea mungkin kenal, om itu om Aldi. Lebih tepatnya Jovaldi." Jawab Alana.

Mbak Thea terlihat berpikir sebentar, karena sepertinya ia mengenal nama itu. Mbak Thea menegakkan duduknya ketika ia mengingat sesuatu.

" Jovaldi? Jovaldi zeen Graham maksud kamu?" Alana mengangguk, mbak Thea membulatkan matanya dengan satu tangannya yang menutup mulutnya.

" Kamu kaget kan mbak? Sama aku juga begitu kemarin. Awalnya tuh aku nggak tau kalau om Aldi tuh anaknya Alex." Ujar Alana sembari melihat jam tangannya. Ternyata sudah jam delapan pagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!