"Beruntung banget sih kamu dek, padahal mbak tuh yang pengen banget ketemu sama tuh CEO yang tampan itu. Kalau yang itu mah bukan om om gendut, tapi sixpack. Kumisnya juga nggak tebel tebel banget, malahan dompetnya yang tebal. " Ujar mbak Thea yang membuat Alana memutarkan bola matanya malas. Coba aja kalau mbak Thea ketemu langsung, orangnya aja ngeselin kok.
" Terus kamu Ketemu dong sama si Alex?" Tanya mbak Thea yang sama dengan Alana yang tidak ada sopannya Ketika Menyebut nama lelaki paruh baya itu.
Alana mengangguk, " si Alex kaya nggak kenal sama aku. Yaudah deh aku ikuti saja permainan dia. Dan akhirnya semalam diputuskan kalau aku harus tetap nikah sama om Aldi."
" Hah apa? Jangan gila deh kamu, masa iya kamu mau masuk ke kandang singa gitu aja." Ucap mbak Thea menggelengkan kepalanya tidak percaya.
" Aku nggak gila mba, tapi aku pinter mbak. Kalau misalnya aku masuk ke dalam rumah itu, berarti bakal lebih mudah dong buat aku ngalahin si Alex." Ujar Alana.
Mbak Thea menghela nafas dengan gusar, "itu terlalu beresiko alana, kalau misalnya kamu dibunuh pas waktu lagi tidur gimana? Terus juga kalau misalnya suami kamu malah ikut ikutan nyelakain kamu gimana?" Ujar mbak Thea khawatir.
" Mbak percaya deh sama aku, ayah sama bunda masih butuh keadilan. Abang juga pasti butuh itu mbak. Aku akan balas semua itu mbak." Ucap Alana dengan yakin, akhirnya mbak Thea mengangguk menyetujui Alana.
" Tapi kamu harus tetap hati hati ya na." Ujar mbak Thea.
Alana mengangguk, " iya mbak tenang aja. Oh ya satu lagi mbak. Aku mau minta tolong mulai besok mbak menyamar jadi murid Nusantara ya." Pinta Alana.
Mbak Thea mengernyit alisnya bingung, "nyamar buat apaan?" Tanya mbak Thea.
" Buat bantuin aku mbak, terus juga buat jaga jaga aja mbak. Mbak kan tau sendiri kondisinya sekarang." Jawab Alana.
Mbak Thea memicingkan matanya tidak percaya dengan gadis dihadapannya ini. Ia yakin pasti ada sesuatu hal yang tidak diketahui.
" Gimana mbak? Mau ya tolongin aku?" Pinta Alana. Mbak Thea mengangguk pelan yang membuat Alana tersenyum.
" Mm mbak…. Aku mau minta tolong lagi boleh nggak?" Tanya alana tidak enak, karena ia takut terlalu merepotkan wanita ini.
" Tolong apaan?" Tanya mbak Thea sembari menganggukan kepala.
" Mau minta tolong siapin rumah yang kecil, soalnya nanti malam keluarganya om Aldi mau datang kerumah. Aku nggak mau mereka tau kalau aku anak orang kaya mbak." Jawab Alana menjelaskan. Alana tidak mau Alex masuk rumah peninggalan orang tuanya ini, Alana sangat membenci Alex.
" Yang kecil dan jelek?"
Alana mengangguk, "pokoknya tuh yang mewakili keadaan anak yatim piatu aja mbak. Yang hidupnya hanya sebatang kara tanpa mempunyai harta." Ucap Alana.
" Oh oke oke, mbak bakalan carikan. Apa sih yang enggak buat kamu." Ucap mbak Thea menyetujui permintaan Alana.
°
°
"Vanessa, nanti malam kamu mau ikut nggak ke rumah calon kakak ipar kamu?" Tanya mama Sandra saat memasuki kamar Vanessa.
" Hah apa? Kakak sudah mau menikah? Sejak kapan manusia kulkas itu punya pacar?" Kaget Vanessa.
Sandra langsung menegur Vanessa ketika mendengar ucapan Vanessa tadi yang kurang sopan.
" Jangan gitu vanes, gitu gitu dia kakak kamu loh. Yang sopan kamu."
"Iya iya mah, siapa sih calonnya kakak? Setara nggak sama keluarga kita?" Tanya Vanessa penasaran.
"Sttt…. Kamu nggak boleh ngebanding bandingin kaya gitu. Kan yang penting mama suka sama Sifat calon mantu mama itu." Ujar mama Sandra. sebenarnya Sandra pun belum mengetahui tentang itu,tetapi walau bagaimanapun Alana dari keluarga yang kurang mampu. Mama Sandra tetap akan menerimanya, yang penting menurut mama Sandra adalah attitude nya baik.
" Kamu ikut nggak? Kalau kamu penasaran, nanti malam kamu siap siap ikut. Jam tujuh kita berangkat." Tambah mama Sandra, Vanessa mengangguk. Vanessa jadi penasaran siapa pertama yang bisa mengambil hati pria kulkas seperti kakaknya itu. Vanessa berharap semoga saja bukan Tante Tante girang.
Malam harinya
" Mah bener ini rumah nya?"
Empat orang manusia yang sudah berpakaian rapi itu tengah diam terbengong. Dihadapan mereka saat ini terdapat pemandangan yang cukup jauh dari kehidupan mereka sekarang. Di depannya kini, terdapat sebuah rumah kecil yang bahkan catnya sudah hampir memudar.
" Iya bener kok, yang ini." Ucap mama Sandra yang telah tersadar dari bengongnya dan mulai berjalan menuju pintu lalu ia mengetuknya.
Tok… tok.. tok
"Assalamualaikum," salam mama Sandra, sembari mengintip dari jendela yang terdapat di sebelah pintu.
"Waalaikumsalam." Jawab dari dalam rumah. Mendengar jawaban dari dalam rumah, mama Sandra memundurkan langkahnya untuk berdiri di depan pintu.
Ceklek
" Eh Tante," Alana tersenyum ramah pada mama Sandra ketika ia melihat siapa yang datang. Alana kemudian menyalami tangan mama Sandra dan tangan Alex, walaupun setelah itu ia mengelap tangannya. Mana mau Alana berjabat tangan dengan orang yang sudah tega membunuh kedua orangtuanya.
" Alana "
Alana menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Sedetik kemudian Alana sedikit terkejut, walaupun sebenarnya ia kemarin sudah melihat Vanessa, namun ia lupa kalau Vanessa adiknya Aldi.
" Loh… Lo bukannya Alana ya. Bukannya Lo itu anak orang kaya ya?" Alana hanya tersenyum mendengar pertanyaan dari Vanessa.
' emang, tapi gue pura pura miskin juga karena keluarga lo.' batin alana.
" Vanessa nggak boleh ngomong kayak gitu, kalian saling kenal?" Tanya mama Sandra yang sedari tadi ia hanya diam memperhatikan interaksi antara sang anak dengan calon menantunya itu.
" Cewek sok pinter ini, mana mungkin nggak kenal. Yang ada Vanessa kesel liat mukanya." Ucap kesal Vanessa.
"Vanes, nggak boleh gitu." Peringatan lagi dari mama Sandra yang hanya mendapat respon Vanessa memutarkan bola matanya jengah.
" Om, tante mari silahkan masuk." Ujar Alana yang kemudian mempersilahkan para tamunya untuk masuk ke dalam rumah dadakan itu. Sampai lupa kan ia mempersilahkan para tamunya, gara gara sih Vanessa.
Mereka semua kemudian masuk ke dalam rumah yang sederhana itu. Mama Sandra dan Aldi terlihat biasa saja, beda halnya dengan Vanessa yang nampak terlihat tidak nyaman dan sedangkan Alex sedang memperhatikan seisi rumah. Alex terlihat tidak percaya bahwa ini rumah anak rival bisnisnya yang sudah ia singkirkan itu.
" Maaf ya semuanya, rumah Alana kecil." Ucap Alana. Mama Sandra yang mendengar itu tersenyum menanggapi, sedangkan yang lainnya tidak menanggapi Alana sama sekali. Vanessa bahkan malah terlihat mengibas ngibaskan tangannya ke wajahnya karena merasa gerah sang pengap.
"Nggak apa apa nak. Oh ya kalau boleh tau, kamu sejak kapan tinggal disini sayang?" Tanya mama Sandra.
"Sejak saya masih SMP Tante, semenjak kedua orang tua saya meninggal Tante. Saya tinggal sama Abang saya, tetapi baru seminggu kemarin Abang saya menyusul kedua orang tua saya Tante ." Jawab Alana dengan sedih, ketika membicarakan tentang kedua orangtuanya.
Mama Sandra yang mendengar itu pun turut ikut sedih, begitu juga dengan Aldi. Aldi tak menyangka kalau hidup Alana akan sangat menyedihkan seperti ini.
Mama Sandra yang tak mau semua ini terlalu larut, ia mencoba mengalihkan pembicaraan dengan membahas tentang pernikahan Alana dan Aldi yang dua hari lagi akan dilaksanakan.
" Begini Alana, saya selalu orang tua dari Aldi. Ingin melamar kamu menjadi pendamping hidup anak saya untuk kedepannya. Apakah kamu bersedia Alana?" Ujar Alex dengan serius dan berwibawa sekali. Sangat berbanding terbalik jika kelakuannya di belakang sang anak dan sang istrinya.
Alana sebenarnya merasa jijik mendengar suara itu keluar dari mulut seorang pembunuh yang bernama Alex itu, namun demi rencana yang telah ia susun bersama mbak Thea tadi. Alana menganggukkan kepalanya setuju.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments