Bab 2

Alana menatap mansion yang berlantai tiga di depannya, ia tidak terlalu kagum karena rumah peninggalan kedua orang tuanya pun tidak kalah jauh mewahnya dari ini.

" Ayo masuk nak " ajak mama Sandra dengan memegang bahu Alana. Alana kemudian mengangguk dengan canggung lalu ia mengikuti langkah wanita dihadapannya ini.

Aldi sudah lebih dulu masuk setelah ia melemparkan kunci mobil pada penjaga yang memang selalu siap siaga di mansion mewah tersebut.

Hal yang pertama kali membuat Alana kagum ialah sambutan ramah dari semua pelayan yang berada di dalam rumah. Sandra kemudian memanggil salah satu dari mereka.

" Ada yang bisa saya bantu nyonya?" Tanya wanita paruh baya yang Alana tebak adalah senior disini.

" Tolong bibi bantu bawa calon menantu saya ke kamar tamu dan tolong juga buatkan minuman hangat untuk nya," perintah mama Sandra.

" Baik. Mari nona saya antar," Alana berpamitan pada mama Sandra lalu ia mengikuti pelayan itu sampai di sebuah kamar tamu.

" Ini kamarnya, non. Nona bisa langsung mandi, jika nona butuh sesuatu panggil saya saja, nama saya Nunik." Ucap pelayan tersebut sembari membuka pintu kamar tamu dan mempersilahkan Alana masuk.

"Iya bi Nunik, Oh iya panggil aku Alana aja ya." Ujar Alana yang merasa tidak pantas dengan sebutan nona.

" Baik nona Alana." Alana menghela nafas, lalu berpamitan untuk mandi. Seperti di rumah nya, disini pelayannya memanggilnya dengan sebutan nona. Alana memaklumi itu karena mungkin itu sebagai bentuk sopan

Santun terhadap majikannya, walaupun Alana sendiri merasa tidak nyaman.

Alana mandi dengan air hangat, karena tubuhnya yang sudah sangat kedinginan. Setelah selesai mandi,ia keluar masih dengan menggunakan handuk. Alana tidak mungkin menggunakan kembali bajunya yang sudah basah, tapi ia sekarang bingung harus menggunakan pakaian apa.

Ditengah kebingungan nya, terdengar suara ketukan pintu.

Tok tok tok

" Nona.. ini saya bik Nunik. "

Alana membuka sedikit pintu lalu ia menyembulkan kepalanya. " Iya kenapa bik? Maaf saya nggak bisa buka lebar lebar karena saya belum pakai baju bik, hehehe."

" Tidak apa apa non. Ini saya bawakan baju ganti untuk nona." Ucap bik Nunik sambil menyodorkan paperbag berisi pakaian.

Tangan Alana terulur untuk menerimanya,

" Terimakasih bik. Aku ganti baju dulu ya, udah kedinginan banget ini bik. Maaf ya bik aku tutup dulu pintunya."

Bi Nunik mengangguk. Saat pintunya sudah tertutup, bi Nunik tersenyum karena sikap calon menantu dirumah ini. Beda sekali dengan sifat putri dari pemilik rumah ini yang begitu angkuh dan sombong.

Aldi yang tengah berdiri di lantai dua ikut menyaksikan perilaku Alana yang menurutnya begitu sopan. Akan tetapi, dirinya masih belum terima jika gadis cilik itu yang akan menjadi calon istrinya. Semoga saja ucapan mamanya tadi tidak serius. Walaupun ia sedikit tidak yakin. Apa yang mamanya inginkan pasti dengan begitu mudahnya terwujud.

°°°°

Tok tok tok

" Iya sebentar." Alana segera membuka pintu saat ia mendengar ada yang mengetuk pintu kamarnya dari luar.

Ceklek

" Om..? Ada apa?" Tanya Alana saat melihat orang yang mengetuk pintu adalah Aldi.

Aldi tidak menjawab, dirinya malah mendorong masuk Alana masuk kembali kedalam kamar dan menutup pintunya saat ia juga masuk kedalam.

" Saya cuman mau bilang, tolong kamu tolak permintaan mama." Ucap Aldi to the point.

Alana mengangguk lalu berkata, " Sudah pasti bakalan gue tolak om. lagian mana mau gue nikah sama om."

"Bener ya? Awas aja kalo kamu malah terima. Saya bakalan pastiin kamu akan menderita jadi istri saya. Dan ya satu lagi jangan panggil saya om, Umur saya masih 24 tahun." Tekan Aldi sambil mengukung tubuh Alana ke tembok.

"Iya baik OM Aldi." Alana bukannya takut malah semakin meledek Aldi.

" Oh kamu nantangin saya ya? Mau kamu saya cium?" Kesal Aldi karena ia diledek oleh bocil dihadapannya ini.

Alana mendorong tubuh kekar Aldi dengan sekuat tenaga sampai akhirnya ia bisa bebas.

"Nggak minat. Udah sana om keluar, saya nggak bakalan mau juga kalau disuruh nikah sama om. " Aldi memundurkan langkahnya.

"Saya akan pegang ucapan kamu itu." Aldi menunjuk Alana, kemudian ia keluar begitu saja dari dalam kamar tamu itu.

Di dalam kamar, Alana terus menggerutu, mengatai, dan bahkan ia menyumpah serapahi Aldi.

" Lagian siapa juga sih yang mau nikah sama om om itu. " Ujar Alana pada dirinya sendiri.

Malam hari di mansion keluarga Graham.

"Bi, tolong panggilkan Aldi sama Alana ya. Bilang suruh makan malam bersama." Titah Sandra. Salah satu pelayan mengangguk lalu beranjak ke kamar tuan mudanya dan juga ke kamar calon nyonya muda di mansion ini.

" Sudah nyonya." Mama Sandra mengangguk sembari mengucapkan terimakasih.

Maid tersebut sudah kembali melakukan tugasnya di dapur, sedangkan sang nyonya rumah sedang menata makanan di tengah meja makan. Pekerjaan itu sudah menjadi favorit bagi nyonya besar di mansion itu dan juga tidak boleh ada yang ikut membantunya di meja makan. Karena menurut mama Sandra ini adalah tugasnya dan ia selalu senang untuk melakukannya.

" Malam ma" sapa Aldi sembari mencium pipi sang mama. Tak lama setelah Aldi turun,kini terlihat Alana yang baru saja sampai dan juga menyapa mama Sandra.

" Malam Tante"

Mama Sandra hanya tersenyum dan membalas sapaan mereka, " malam juga sayang".

Sedari tadi sore, Alana memang belum diizinkan untuk pulang. Mama Sandra melarang nya dengan alasan akan menindaklanjutinya tentang masalah tadi siang.

" Vanessa mana ma?" Tanya Aldi yang tidak melihat sang adik yang cerewet.

Mama Sandra yang mendengar pertanyaan dari sang putra sulungnya pun menghela nafas, " Dari tadi pagi belum pulang. Pas tadi mama coba telpon katanya masih main sama temen temennya. Emang nggak pernah betah dia kalau di rumah."

Aldi yang mendengar itu pun hendak berdiri untuk mencari sang adik, namun sebelum itu terdengar suara dari arah ruang keluarga yang menghentikan langkahnya.

Terlihat disana sang adik yang masih menggunakan seragam sekolah tengah berjalan dengan angkuh. " Kenapa baru pulang? Terus itu kenapa belum ganti baju juga?"

Vanessa tidak menghiraukan ucapan sang kakak, gadis itu hanya menatap sang kakak datar sebentar . Kemudian ia mulai menaiki tangga untuk menuju ke dalam kamarnya. Bahkan Vanessa tidak mengetahui bahwa ada seseorang yang ikut makan bersama keluarganya.

" Vanes kakak lagi bicara sama kamu ." Teriak Aldi yang akan pergi menyusul sang adik namun dicegah oleh mama Sandra.

" Sudah biarkan saja, nggak enak ada nak Alana."

Aldi yang memang selalu menuruti sang mama pun langsung kembali duduk. Sedangkan Alana, gadis itu masih menatap punggung gadis itu, yang ternyata teman satu sekolah Alana.

" Alana kamu mau makan pakai apa nak? Sini biar Tante ambilkan." Tawar mama Sandra sembari mengambilkan nasi untuk Alana membuat Alana tersadar dari lamunannya.

" Apa aja boleh Tante. " Alana kembali fokus ke meja makan. Alana kemudian melirik Aldi yang sudah memulai makan. Saat dengan tidak sengaja tatapan mata mereka bertemu, Alana dengan cepat mengalihkan pandangannya pada mama Sandra. Alana merasa malu sekali.

" Ternyata pintar juga kamu cari calon istrinya, orangnya nggak sama sekali pemilih sama makanan. " Puji mama Sandra dengan menyenggol lengan sang putra. Sedangkan Aldi hanya memutar bola matanya jengah.

" Dihabiskan ya nak," ucap mama Sandra sambil meletakkan piring yang berisi nasi dan lauk pauk kehadapan Alana.

" Terima Kasih tante. " Ucap Alana sembari mengangguk. Sudah jelas akan Alana habiskan, karena jujur saja Alana sudah sangat lapar. Dari tadi siang ia belum makan sama sekali. Ia tidak sempat makan karena ia masih bersedih atas meninggalnya sang Abang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!