Bram duduk merenung di sebuah sofa yang ada di ruang kerjanya. Nia, istrinya sudah pamit pulang setengah jam yang lalu.
Bram terpana memperhatikan meja kerjanya dalam keadaan berantakan. Terbayang oleh Bram aktivitas panas yang mereka lakukan di atas kerja kerja tersebut. Bram baru pernah kali merasakan dirinya dibaringkan di atas meja kerja oleh istrinya, dan kendali dipegang istrinya. Luar biasa. Belum pernah istrinya seaktif dan liar seperti tadi. Bram merasa seperti diterjang ombak, ombak itu datang menggulung dirinya di saat puncak, tak terlupakan. Belum pernah Bram merasakan rasa seindah itu selama menikah dengan istrinya, bahkan Sandra pun tidak bisa menghantarkan rasa seperti rasa yang dihantarkan Nia kepada Bram, tadi.
Mengapa Nia bisa berubah menjadi aktif, nakal dan memegang kendali?
Bram duduk, penyesalan itu datang merambat di relung hatinya, teringat kata-kata kasar yang sering dilontarkan kepada istrinya. Mengapa Bram tidak mencoba mengkomunikasikan keinginannya kepada istrinya, jika istrinya ternyata bisa berubah, berubah menjadi aktif, nakal, dan memegang kendali. Mengapa menyakiti hatinya?mengapa mencari kenikmatan pada wanita lain, pada Sandra jika kenikmatan sejati yang halal itu sudah dimilikinya sejak lama. Kenikmatan itu ada pada istrinya sendiri.
Bram mengusap kasar wajahnya. Iya dirinya harus berubah. Berubah, meninggalkan Sandra.
Sore itu sebelum pulang ke rumah, Bram mampir ke toko perhiasan di sebuah mall. Bram memilih sebuah kalung berlian untuk istrinya. Bram kemudian membayar kalung berlian tersebut di kasir dan meminta agar kotak perhiasan tersebut dibungkus dengan cantik.
Bram juga tidak lupa mampir ke food court yang ada di mall tersebut, dibelinya empek-empek yang merupakan makanan kesukaan istrinya, dan membeli mango float, minuman kesukaan istrinya. Bram sudah lama tidak membelikan kado untuk istrinya dan juga sudah lama tidak membawakan makanan kesukaan istrinya. Bram hanya ingat memberikan uang serta credit card untuk istrinya, terserah istrinya akan membeli apa saja. Beli saja sendiri sesuai selera istrinya. Bram tidak mau repot mencari hadiah untuk istrinya.
Bram bertekad untuk membahagiakan istrinya mulai hari ini, memeriksakan kesuburannya ke dokter, dan jika ada masalah Bram akan berupaya sekuat tenaga untuk mempunyai keturunan, Bram akan mencari dokter yang ahli untuk masalah kesuburan.
Bram juga akan meminta maaf kepada istrinya dan juga memperbaiki dirinya.
Sore itu Bram sampai ke rumahnya.
"Ibu, mana Bik?" tanya Bram.
"Ibu tadi naik ke atas kata Ibu mau beristirahat," jawab Bi Inah.
Iya," jawab Bram.
"Makanan tolong ditata di meja makan ya Bik, minuman disimpan di kulkas supaya tetap dingin pada saat mau diminum. Makanan dan minuman kesukaan Ibu.
Bram kemudian naik ke atas ke lantai dua, disitulah kamar pribadi Bram dan istrinya.
Perlahan-lahan Bram membuka pintu kamar, dan masuk ke kamarnya.
Bram melihat istrinya sedang tertidur, dikecupnya pelan kening istrinya. Bram memperhatikan istrinya, tidur dengan mengenakan dress tidur bertali yang terbuat dari bahan satin, berwarna ungu. Perpaduan warna yang sangat serasi dengan warna kulit istrinya yang putih. Sungguh indah pemandangan dihadapan Bram. Bram kembali teringat kenakalan istrinya tadi pagi di atas meja kantornya, sungguh menggoda.
Bram bergegas masuk ke kamar mandi, sebelum pikirannya mulai tergoda oleh keinginan melakukannya lagi. Bram menutup pintu kamar mandi pelan-pelan, supaya istrinya tidak terbangun.
Bram kemudian mandi dengan air hangat. Selesai mandi, Bram kemudian keluar kamar mandi. Bram membuka pintu lemari, memilih sehelai kaos oblong berwarna coklat muda dan satu buah celana pendek. Bram kemudian memakai kaos oblong dan celana pendek tersebut. Perlahan-lahan Bram naik ke atas tempat tidur dan memeluk tubuh istrinya dari belakang. Bram merasa kehangatan merambat ke hati nya, rasa yang sudah lama menghilang tidak terasa lagi di hatinya. Aroma parfum vanila yang lembut tercium dari tubuh istrinya yang sedang dipeluk Bram dari belakang. Bram juga mencium aroma shampoo yang beraroma apel dari rambut istrinya. Sungguh Bram menyesal telah melontarkan kata-kata kasar kepada istrinya, tetapi Bram berjanji akan merubah semuanya menjadi kembali baik. Menjadi suami yang baik bagi istrinya.
Bram perlahan-lahan mulai merasa mengantuk dan tertidur tidak lama kemudian.
Nia terbangun dua jam kemudian, merasakan ada tangan yang sedang memeluknya dari belakang, Mas Bram.
Nia perlahan-lahan bangun dan kemudian duduk di pinggir ranjang. Perlahan-lahan Nia mencondongkan badan ke depan, dan mencium bibir suaminya, lembut.
Bram merasa ada yang mencium bibirnya, dan membuka matanya perlahan-lahan. Dilihatnya wajah istrinya , dan Bram juga membalas ciuman istrinya dengan mesra, dan penuh semangat.
Perlahan-lahan, tali dress tidur Nia mulai terlepas dan Bram dan Nia mengulang percintaan seperti tadi siang di kantor Bram.
Setengah jam kemudian, Bram memeluk tubuh istrinya, diciumnya kening istrinya, pelan.
"Sayang kita rasanya seperti pengantin baru ya, berulang-ulang kita melakukannya," ucap Bram.
Iya Mas," jawab Nia sambil tersenyum malu. Kedua pipinya bersemu merah.
"I love u Nia, aku mencintaimu," ucap Bram.
"Aku minta maaf atas kata-kata kasar yang telah aku ucapkan. Maafkanlah aku, pinta Bram kepada Nia.
Nia tidak menjawab, ditatapnya mata Bram. Aku butuh waktu untuk mememberimu maaf Mas, tetapi semua hak Mas Bram sebagai suami tetap akan kuberikan sambil aku menata hatiku kembali. Aku akan berusaha memberimu maaf, Mas Bram.
"Aku mandi dulu ya Mas, mau membersihkan diri setelah itu Mas mandi juga, kemudian kita makan malam bersama berdua.
"Baiklah Sayang ucap Bram."
Nia kemudian keluar setelah selesai mandi. Bram juga bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Selesai mandi, Mas Bram keluar dari kamar mandi, dilihatnya Nia sudah memakai sehelai dress mini bertali. Sungguh cantik. Wajah istrinya juga dipoles dengan make up. Suatu hal yang diluar kebiasaan Nia, biasanya istrinya hanya suka memakai daster yang longgar, dan tidak memakai make up.
"Nia kamu cantik sekali, ujar Mas Bram.
"Terima kasih Mas,," jawab Nia.
"Sayang, duduk sebentar di depan meja rias, ada sesuatu yang mau kuberikan untukmu, ucap Bram sambil tersenyum.
"Apa itu Mas?", tanya Nia.
"Kejutan," jawab Mas Bram.
"Pejamkan matamu sebentar, Sayang", ucap Bram.
Bram kemudian memasangkan kalung berlian itu ke leher istrinya.
"Bukalah matamu, Sayang," ucap Bram.
Nia membuka matanya dan terlihat sebuah kalung berlian yang bagus sekali, melingkar di lehernya. Sungguh kalung yang bagus sekali, sesaat Nia merasa matanya mulai menghangat, matanya berkaca-kaca, sudah lama sekali Bram tidak bersikap manis seperti ini, sudah lama sekali Bram tidak pernah memberikan hadiah untuknya.
"Terima kasih Mas, kalungnya indah dan cantik sekali, bagus," ucap Nia
"Pasti mahal harganya, Mas," ucap Nia lagi.
"Tidak ada yang mahal untuk istriku, semua ini supaya kau bahagia, semoga belum terlambat. Maafkanlah aku," ujar Bram sambil mengecup kening istrinya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments