Aku memutuskan untuk mengikuti Mas Bram diam-diam. Pagi itu aku sudah berpakaian rapi dan kutemani Mas Bram sarapan pagi.
"Mas, hari ini aku mau keluar sebentar, dan hari ini aku enggak ada jadwal praktek di rumah sakit. Aku mau membeli baju, " ucapku kepada Mas Bram.
"Aku membawa mobil sendiri tidak usah diantar sopir karena agak lama melihat-lihat dan memilih-milih baju. Kasian Pak Tikno kalau menunggu aku kelamaan," ucapku lagi kepada Mas Bram.
"Mas Bram hari ini berangkat ke kantor pagi-pagi?" tanyaku kepada Mas Bram
"Ya iyalah memang mau kemana lagi kalau bukan ke kantor," jawab Mas Bram.
Mas Bram menghabiskan sarapannya kemudian meminum segelas air putih hangat. Aku mengantarkannya sampai ke teras rumah, mencium tangannya dan menunggu Mas Bram naik ke mobilnya. Setelah mobil Mas Bram bergerak keluar pagar rumah, segera aku naik ke mobilku.
Untung saja mobil Mas Bram masih ada dalam jangkauan pandanganku, bergegas mobilku mengikuti mobil Mas Bram. Aku berhati-hati dan menjaga jarak supaya Mas Bram tidak curiga bahwa ada mobil yang mengikutinya.
Mobil Mas Bram.bergerak masuk ke sebuah mall. Aku juga mengikutinya perlahan-lahan. Perlahan-lahan mobil Mas Bram berhenti di parkiran mobil. Aku juga mengikutinya dan perlahan-lahan memarkirkan mobil di luar jarak pandang Mas Bram.
Mas Bram turun dari mobilnya dan aku juga ikut turun dari mobilku.
Mas Bram berjalan masuk ke dalam mal dan aku perlahan-lahan ikut melangkah masuk ke dalam mall. Aku menjaga jarak dalam membuntuti Mas Bram supaya tidak ketahuan oleh Mas Bram.
Mas Bram berjalan masuk ke dalam salah satu butik yang ada dalam Mall. Aku perlahan masuk dan mengikuti Mas Bram.
Aku berdiri di sudut dekat pakaian-pakaian yang digantung. Kulihat seorang perempuan seusiaku dengan dandanan yang menor dan memakai dress yang seksi, menghampiri Mas Bram. Mas Bram mencium pipi perempuan itu dan merangkul pinggang perempuan itu, sangat mesra. Aku melihat dengan mataku sendiri, ternyata Mas Bram berselingkuh dengan wanita lain di belakangku.
Aku mengambil hp yang ada di dalam saku depan blouse yang kupakai, kuambil foto mereka tepat pada saat Mas Bram mencium mesra bibir wanita itu. Mereka berciuman di sudut rak pakaian.
Aku mengambil foto Mas Bram. "Tertangkap basah kamu Mas Bram! foto ini bisa menjadi bukti perselingkuhan Mas Bram," ujarku di dalam hati.
Aku kembali berdiri di sudut rak baju, kuperhatikan mereka melihat-lihat baju-baju yang terpajang sambil berpelukan. Aku mengambil foto mereka beberapa kali.
Mas Bram dan wanita yang dipeluknya tersebut berjalan menuju ke kasir. Baju-baju yang dibeli dan kemudian dibayar Mas Bram. Berarti wanita tersebut dekat dengan Mas Bram karena Mas Bram mempunyai uang yang banyak bukan?sehingga mau saja didekati pria yang sudah beristri. Tidak mungkin wanita itu mau menjadi selingkuhan Mas Bram kalau Mas Bram pria yang tidak mempunyai uang. Baiklah aku berikan Mas Bram untukmu, nikmatilah toh setengah harta Mas Bram akan aku ambil dari perceraian kami. Setelah membayar baju-baju tersebut, Mas Bram dan wanita tersebut berjalan keluar outlet. Aku membuntutinya diam-diam supaya tidak ketahuan oleh Mas Bram dan wanita tersebut. Diam-diam aku merasa menjadi istri yang diselingkuhi sekaligus juga seorang detektif yang sedang membuntuti suami, membuntuti untuk mencari bukti perselingkuhan suamiku.
Aku tidak sedih lagi sejak aku mencium aroma parfum wanita di kemeja yang dipakai Mas Bram. Bagiku aku hanya perlu mencari bukti perselingkuhannya. Bukti itu akan kulampirkan pada saat persidangan perceraian kami.
Lepaskanlah seseorang yang memang harus dilepaskan. Tidak perlu dipertahankan karena kalau dipertahankan cuma akan memberatkan perasaan. Aku tidak dihargai sebagai istri untuk apa aku mempertahankan Mas Bram lebih baik Mas Bram kulepaskan.
Aku berjalan pelan-pelan sambil menjaga jarak. Mengikuti Mas Bram dan wanita itu dari kejauhan.
Setelah sampai di parkiran mall, Mas Bram dan wanita itu masuk ke dalam mobil dan kemudian mobil Mas Bram bergerak keluar dari mall.
Mobilku juga bergerak membuntuti mobil Mas Bram, sambil tetap menjaga jarak aman supaya tidak ketahuan Mas Bram ataupun wanita itu.
Mobil Mas Bram bergerak masuk ke sebuah hotel. Aku juga bergerak mengikuti mobil Mas Bram memasuki hotel. Aku mencari tempat parkir yang strategis untuk mobilku dan sambil mengawasi Mas Bram supaya tidak hilang dari pandangan mataku.
Mas Bram dan wanita itu kemudian check in di resepsionist hotel. Aku duduk di sebuah kursi di langit lobby hotel sambil menutupi wajahku dengan sebuah majalah. Kucoba mencari situasi dan jarak pandang yang tepat supaya wajah Mas Bram dan wanita tersebut dapat kuambil fotonya. Wajah mereka harus tampak dengan jelas ketika foto itu kuambil. Ketika mereka melewatiku, aku berhasil mengambil foto mereka. Wajah Mas Bram dan wanita itu tampak dengan jelas, dan masih saling berpelukan.
Hampir dua jam mereka berduaan di dalam hotel. Aku tetap menunggu sambil duduk di kursi di lobby hotel, berpura-pura membaca sebuah majalah.
Aku tidak perduli mereka mau melakukan apapun di kamar hotel tersebut. Tadinya aku ingin menangkap basah mereka tetapi setelah kupikir-pikir untuk apa. Foto ini saja sudah cukup untuk kujadikan bukti. Biarkan saja mereka bersenang-senang di dalam kamar. Hatiku sudah berubah menjadi hati yang dingin, perasaanku sudah hilang, terhadap Mas Bram akibat Mas Bram berselingkuh dan semua kata-kata kasar yang diucapkannya kepadaku. Terlalu menyakitkan sampai akhirnya rasa cintaku kepada Mas Bram sudah menghilang. Mas Bram pasti tidak pernah menduga aku bisa mengetahui perselingkuhannya dengan wanita itu bahkan diam-diam mengikuti Mas Bram dan wanita itu. Apalagi sampai mengambil foto-foto Mas Bram dan wanita itu. Apalagi jika aku menggugat cerai Mas Bram ke pengadilan dan meminta hak dari setengah harta gono gini dari perkawinan kami. Peraturan hukum tentang Perkawinan yang berlaku, jelas mengatur pembagian harta bersama dalam suatu perkawinan jika terjadi perceraian, jika dalam perkawinan mereka tidak dibuat perjanjian perkawinan. Mas Bram tidak membuat perjanjian perkawinan pada saat kami akan melangsungkan perkawinan atau selama dalam masa perkawinan kami. Sebelum kami menikah, aku mengajak Mas Bram membuat perjanjian perkawinan di hadapan Pejabat yang berwenang untuk itu, yang isinya rnengatur bahwa penghasilan yang aku peroleh selama menikah tidak termasuk ke dalam harta milik bersama dalam perkawinan kami.
Bisa kubayangkan betapa marahnya Mas Bram ketika gugatan cerai diajukan olehku kepada Mas Bram, istrinya ternyata berani mengambil langkah mengajukan gugatan cerai kepada Mas Bram.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments