Bram Prasetya dan wanita tersebut memasuki kamar hotel yang sudah mereka pesan.
"Aku sudah tidak sabar, Sayang, kau selalu sangat menggodaku." ujar Bram sambil meletakkan wanita tersebut ke atas ranjang.
Pakaian Bram dan dress yang dipakai wanita tersebut sudah terlepas dan jatuh berserakan di bawah ranjang.
Kegiatan panas terjadi di ranjang hotel tersebut. Selang setengah jam kemudian, wanita tersebut berbaring bersandar di dada Bram. Keduanya masih saling berpelukan.
"Sandra, kau sangat menggairahkan," ucap Bram.
"Emmm,," jawab Sandra.
"Istrimu mengetahui hubungan kita tidak Mas?" tanya Sandra.
"Nia tidak mengetahui hubungan kita."
"Dia sibuk dengan pekerjaannya dan jika ada waktu mengurus rumah."
"Dia terlalu lembut dan penurut, bahkan di ranjang juga sangat biasa saja, tidak sepertimu menggairahkan."
"Aku sampai jengkel dengannya"
"Aku sering mengajaknya ribut tentang masalah anak. Istriku sampai sekarang belum juga hamil, padahal kami sudah menikah selama empat tahun," ujar Bram.
"Ceraikan saja istrimu Bram, lalu menikahlah denganku. Aku akan memberimu anak,' ujar Sandra. Istrimu mandul," ujar Sandra.
"Masalah bisa saja berasal dari aku, hasil pemeriksaan kesehatan dan kesuburan Nia baik dan subur," ucap Bram.
"Kalau saja Nia lebih agresif tidak mungkin aku mengajaknya ribut tentang masalah anak," ucap Bram.
"Kalau Nia bisa lebih agresif tidak mungkin aku mau berselingkuh denganmu Sandra. Nia sangat cantik, badannya bagus, teramat bagus, cerdas dan pintar, terpelajar, kariernya mapan. Kalau Nia kuajak ke pertemuan resmi, tidak ada laki-laki yang tidak terpana melihat wajahnya. Dibandingkan denganmu Sandra, kau cuma menang agresif saja, wajahmu cantik tetapi tidak sebanding dengan kecantikan Nia. Aku cuma bersenang-senang denganmu saja, kau agresif itu saja kelebihan dari Nia," batin Bram di dalam hatinya.
"Mana mungkin kuceraikan Nia," batin Bram kembali.
"Aku hanya ingin bermain denganmu di atas ranjang, Sandra, dan aku mengerti wanita sepertimu cuma tertarik pada uang," batin Bram lagi di dalam hatinya.
"Kalau aku sudah bosan denganmu, kau akan kucampakkan," batin Bram kembali di dalam hatinya.
"Sudahlah tidak usah membicarakan istriku, layani aku satu kali lagi," ujar Bram kepada Sandra.
"Iya Bram," ujar Sandra.
Perlahan-lahan, Bram melayang dibuat Sandra. Sandra sangat aktif dan Bram menyukai wanita yang aktif.
Aktivitas Bram dan Sandra membuat ranjang hotel bergoyang. Yang terdengar hanya ******* suara Bram dan Sandra.
Sementara itu aku sudah duduk menunggu di kursi lobby hotel selama dua jam, Mas Bram dan wanita tersebut belum juga keluar kamar. Entah sudah beberapa kali mungkin mereka mengulang berhubungan intim.
Egoku merasa terinjak-injak, walaupun aku sudah tidak punya rasa cinta lagi kepada Mas Bram, tetapi aku juga harus membuatnya tergila-gila kepadaku, sebelum kami bercerai. Mas Bram tidak akan pernah melupakan aku di saat dia berhubungan intim dengan wanita itu. Lihat saja siapa yang akan menderita. Bayanganku akan selalu menghantui Bram dan kau menderita karena tidak bisa melupakanku.
******* Bram terdengar ketika Bram mencapai puncak. Sesaat kemudian bergegas Bram bangun dari ranjang dan menuju ke kamar mandi. Bram membersihkan dirinya.
Sandra masih berbaring di ranjang ketika Bram masuk ke kamar mandi.
"Aku diam-diam sudah merekam adengan hubungan intim kami. Rekaman itu akan ku kirim ke istri Mas Bram dan pastinya akan mempercepat perceraian mereka.
Bram keluar dari kamar mandi dan bergegas memakai kemeja dan celananya kembali. Kemudian memakai dasi.
"Aku kembali ke kantor dulu nanti kita bertemu kembali, tunggu telfon dariku," ujar Bram.
"Kau ingin pulang ke rumahmu atau masih mau tinggal di kamar ini?" tanya Bram.
"Aku masih ingin tidur sebentar di kamar ini."
"Nanti aku pulang naik taksi."
"Baiklah," jawab Bram sambil melangkah menuju pintu kemudian membuka pintu kamar dan bergegas melangkah keluar.
Aku melihat Bram melangkah berjalan mau keluar dari hotel. Wanita itu tidak ikut keluar dari kamar. Bergegas aku mengikuti langkah Mas Bram dari belakang sambil menjaga jarak supaya aku tidak ketahuan sedang membuntuti Mas Bram.
Mas Bram berjalan ke parkiran dan kemudian masuk ke dalam mobilnya.
Aku juga bergegas masuk ke dalam mobilku. Kuambil ponselku dan menelfon Mas Bram.
"Hallo," jawab Bram ketika mengangkat telfon dari istrinya.
"Ada apa Nia?"
Mas lagi dimana?", tanyaku.
"Di kantor dan masih banyak pekerjaan yang harus dikerjakan.
"Aku akan mampir ke kantor Mas Bram kira-kira satu jam lagi, aku punya kejutan untuk Mas," ujarku lagi.
"Iya," jawab Mas Bram.
Bergegas aku menuju ke sebuah mall yang terletak tidak jauh dari hotel.
Aku masuk ke dalam outlet pakaian memilih sebuah dress mini berbahu Sabrina dan memilih beberapa lingerie. Selama ini belum pernah aku membeli lingerie apalagi memakainya di hadapan Mas Bram. Bergegas aku membayar dress dan lingerie yang sudah kupilih. Setelah membayar dress dan lingerie-lingerie yang sudah kubeli bergegas aku masuk ke kamar pass, blouse dan celana jeans yang sedang kupakai kubuka dan aku kemudian memakai lingerie yang baru saja dibeli. Kulihat bayanganku sendiri di cermin yang ada di hadapanku. Kulitku putih mulus, tinggi badanku seratus tujuh puluh centimeter, badanku sangat langsing, dengan lingerie berwarna hitam amat kontras dengan kulitku yang putih. Bayanganku sangat sexy, Mas Bram pasti terpana melihatnya. Aku belum pernah tampil sexy seperti ini. Aku kemudian memakai dress mini dengan bahu sabrina tersebut. Kulihat bayanganku di cermin, sempurna. Mas Bram pasti tergoda.
Aku juga menyempatkan mampir ke outlet kosmetik, memilih sebuah lipstick berwarna merah menyala. Setelah lipstik tersebut dibayar di kasir, bergegas aku melangkah keluar mall. Aku menuju ke parkiran kemudian masuk ke dalam mobil. Setelah masuk ke dalam mobil, aku memakai lipstik merah itu ke bibirku. Sempurna, warna merah menyala itu kontras dengan warna kulitku yang berwarna putih. Menggoda.
Aku bergegas mengendarai mobilku menuju kantor Mas Bram. Sesampainya di kantor Mas Bram, aku melangkah masuk. Aku langsung berjalan ke dalam lift dan menekan tombol lantai tiga. Pintu lift terbuka begitu lift sampai di lantai tiga. Aku tersenyum pada Ita, sekretaris Mas Bram yang sedang mengetik di mejanya.
"Saya mau bertemu Bapak."
"Di dalam ada tamu tidak?" tanyaku.
"Tidak ada Ibu," jawab Ita.
"Saya langsung masuk saja, tidak.usah memberitahu Bapak," ujarku lagi.
"Aku masuk ke dalam ruangan Mas Bram, dan langsung mengunci pintunya.
Mas Bram yang sedang membaca dokumen di mejanya terpana melihatku. Terpana melihat penampilanku yang sexy yang baru pertama kali ini dilihat Mas Bram.
Bergegas aku melangkah ke samping Mas Bram. Aku langsung mencium bibir Mas Bram, menciumnya dengan ganas.
Mas Bram membalas ciumanku. Kami berciuman dengan sangat mesra.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments