Sore itu, Mas Bram pulang ke rumah lebih awal. Biasanya di hari-hari sebelumnya, Mas Bram pulang ke rumah di saat tengah malam dengan alasan ada pekerjaan kantor yang penting dan mendesak untuk dikerjakan.
Setelah mencium tangannya Mas Bram, seperti biasanya, aku membantunya berganti pakaian. Setelah kami menikah, di saat pagi dan di saat Mas Bram pulang kerja, selalu aku membantunya pada saat memakai pakaian misalnya membantunya mengancingkan kancing kemeja atau jas, dan memakai dasi. Begitupun pada saat Mas Bram pulang kerja dari kantor, aku membantunya melepas kancing kemejanya. Perhatian kecil untuk menunjukkan aku sangat sayang dengannya, dan menurutku juga romantis, cara menunjukkan kasih sayang dan perhatian dari istri kepada suami.
Pada saat aku membantu melepaskan kancing kemeja Mas Bram, kami berdiri berhadapan dengan jarak yang cukup dekat. Aroma parfum tercium samar dari Mas Bram, aroma parfum wanita tetapi bukan aroma parfum yang biasa kupakai. Aku tidak menunjukkan ekspresi apapun pada wajahku, sambil tersenyum aku membuka kancing kemeja Mas Bram kemudian kuambilkan kaos oblong berwarna abu-abu dari lemari pakaian. Kemeja kotor Mas Bram kupegang dengan tangan kiri sementara tangan kananku menyodorkan kaos oblong yang berwarna abu-abu tersebut.
"Mas Bram mau Nia bantu memakaikan kaosnya?", tanyaku.
"Enggak usah biar kupakai sendiri," ujar Mas Bram.
'Kalau begitu, baju kotor ini Nia bawa keluar dulu mau ditaruh di.keranjang cucian kotor. Mas Bram mau disiapkan makan?" tanyaku.
"Tidak usah, minum saja, tolong bawakan teh hangat', ujar Mas Bram.
"Baik Mas", jawabku.
Setelah aku berjalan keluar kamar, aku berjalan ke belakang menuju ke tempat cucian kotor. Aku berdiri di samping keranjang cucian kotor, kucoba mencium aroma parfum yang terdapat pada kemeja tersebut. Aroma parfum itu bukan aroma parfum pria yang biasa dipakai Mas Bram. Aroma parfum itu adalah aroma parfum seorang wanita tetapi bukan aroma parfum yang kupakai. Aroma parfum yang kupakai adalah aroma vanila tetapi aroma parfum yang tercium pada kemeja ini adalah aroma parfum bunga, tepatnya bunga Rose, Mawar.
Sebuah kecurigaan muncul di dalam hatiku, bagaimana mungkin aroma parfum seorang wanita bisa tercium pada kemeja yang dipakai suamiku?
Apa yang dilakukan perempuan itu pada suamiku? atau tepatnya apa yang mereka lakukan sehingga aroma parfum wanita itu bisa menempel pada kemeja suamiku?
Suatu kekhawatiran mulai muncul di benakku. Suamiku berselingkuh dengan wanita lain di belakangku.
Pernikahan kami sudah berlangsung selama empat tahun, dan tidak ada anak yang hadir dalam perkawinan kami. Belakangan ini, Mas Bram selalu menyalahkan akulah penyebab semua itu, mas Bram menuduhku mandul. Mas Bram tidak mau mendengarkan penjelasanku tentang hasil pemeriksaan kesehatanku bahwa aku sehat dan subur. Mas Bram selalu bersikukuh bahwa ia sehat dan subur, tetapi tidak mau kuajak memeriksakan kesuburannya pada dokter, dan menurut Mas Bram seharusnya aku introspeksi semua adalah salahku bahwa aku tidak kunjung hamil juga. Setiap hari selalu berujung pada keributan tentang anak.
Batinku mulai merasa ada yang salah. Kemana sikapnya yang lemah lembut dan penyayang saat kami berpacaran dan saat menyatakan cinta padaku?rupanya semua cuma sandiwara saja, setelah aku didapatkan dan menikah dengannya, kata-kata kasar saja yang selalu kudapatkan. Apakah karena ada wanita lain sehingga Mas Bram sering mengucapkan kata kasar kepadaku?
Setetes air mata jatuh ke pipiku. Cepat kuhapus air mataku, "jangan-jangan menangis Nia, kau harus kuat", aku membatin dalam hati.
Aku adalah perempuanku yang lembut, kewajibanku sebagai istri selalu kulaksanakan dengan sebaik-baiknya. Aku selalu menyiapkan sarapan, pakaian yang dipakai mas Bram, menu makan di rumah semuanya dimasak olehku sendiri jika aku mempunyai waktu. Pada saat memasak, aku tidak terlalu repot karena aku dibantu Bik Inah untuk menyiapkan bahan-bahan yang dimasak. Aku tinggal memasak dari bahan-bahan yang sudah disiapkan Bi Inah. Jika aku tidak dapat menyiapkan masakan karena kesibukanku, aku selalu memberitahu Bik Inah tentang menu yang harus disiapkan di pagi hari untuk Mas Bram. Pada saat Mas Bram akan sarapan, menu itu sudah terhidang rapi di meja makan. Tidak pernah aku membalas kata-kata kasar Mas Bram di saat kami sedang membahas tentang ketidakhadiran anak dalam perkawinan kami.
Setelah perkawinan kami berjalan empat tahun, Mas Bram sering sekali pulang menjelang tengah malam dengan alasan sibuk karena pekerjaan kantor. Aku percaya karena aku mengerti tentang kesibukan Mas Bram. Aku mengerti sebagai seorang pengusaha kesibukannya di kantor pasti sangat padat. Sepasang suami dan istri seharusnya saling mendukung kesibukan masing-masing pasangannya dengan tetap memberikan perhatian kepada pasangannya, bukankah seharusnya seperti itu?
Tetapi aroma parfum wanita yang tercium pada kemeja Mas Bram, menimbulkan kecurigaan di hatiku, Mas Bram berpaling kepada wanita lain. Mas Bram mengkhianati kepercayaan yang sudah kuberikan kepadanya.
Aroma parfum wanita pada kemeja yang dipakai Mas Bram dan kelakuan Mas Bram yang berubah kasar denganku setelah perkawinan kami berlangsung selama empat tahun saling berkaitan. Mas Bram berselingkuh dengan wanita lain di belakangku. Aku harus mencari tahu dan menyelidiki Mas Bram secara diam-diam.
Aku berdiri termangu, melamun di samping keranjang tempat menaruh cucian kotor, kemeja Mas Bram masih kupegang di tanganku.
"Bu, ada apa?'", tanya Bi Inah.
' Bi Inah barusan mengatakan apa?", aku balas bertanya kepada Bi Inah.
"Maaf Ibu, barusan saya bertanya kepada Ibu, ada apa Ibu?", jawab Bi Inah.
Bibi melihat Ibu berdiri di samping keranjang cucian kotor tetapi kemeja Bapak belum Ibu masukkan, Ibu hanya terdiam sambil melamun.
"Bibi bantu Ibu ya untuk memasukkan kemeja Bapak ke keranjang cucian kotor," ujar Bi Inah.
"Tidak usah Bi, biar Saya masukkan sendiri kemeja Bapak," jawabku.
"Saya mau membuatkan teh hangat untuk Bapak. Bi Inah melanjutkan pekerjaan Bu Inah lagi. Saya akan siapkan sendiri", ujarku kepada Bi Inah.
"Baik Ibu," jawab Bi Inah.
Aku mengambil sebuah cangkir yang ada di atas rak, kemudian menuang air panas secukupnya ke dalam cangkir tersebut, dan menambahkan satu teh celup ke dalamnya beserta sedikit gula pasir, kuaduk-aduk sehingga gulanya larut kemudian kutambahkan sedikit air sehingga teh yang kubuat tadi menjadi hangat dan dapat langsung diminum Mas Bram.
Aku membawa secangkir teh hangat tersebut ke dalam kamar. Kuhampiri Mas Bram yang lagi duduk di tepi tempat tidur, kusodorkan cangkir teh hangat tersebut kepada Mas Bram.
'Diminum Mas, tehnya hangat dan pasti membuat badan segar karena rasa hangatnya," ucapku sambil tersenyum kepada Mas Bram.
'Mas Bram mau kupijat badannya atau mau kupijat kakinya?" tanyaku kepada Mas Bram.
"Tidak usah, aku mau langsung tidur saja, jawab Mas Bram yang langsung membaringkan badannya ke atas tempat tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments