Seperti biasa aku selalu menyibukkan diri untuk mengurus keperluan mas denis selama dirumah. Mungkin sebenarnya tugasku hampir sama dengan bik tuti, hanya saja statusku dirumah ini yang berbeda dengannya. Namun bagiku, untuk apa aku memiliki status menyandang sebagai istri presdir namun kehadiranku selalu tak pernah ia anggap ada.
"apa kamu jadi ingin pergi kerumah bapak?" tanya mas denis di sela-sela menikmati sarapannya.
Aku mengangguk pelan seraya menoleh ke arahnya yang tiba-tiba membahas tentang permintaanku untuk berkunjung ke rumah bapak yang beberapa hari lalu sempat ia tolak.
"hari ini kamu boleh ke sana. Tapi ingat ! Kamu tak boleh pulang lebih dari jam tujuh malam" titah mas denis.
Aku segera mengangguk setuju. Senyum bahagia pun langsung mengembang di bibir ku. Aku tak tau ada angin apa yang menyapu tubuh mas denis hingga tiba-tiba ia menyetujui permintaanku beberapa hari lalu .
"biar nanti pak kirman yang akan antar kamu kesana !" ucapnya lagi.
" aku bisa kesana sendiri naik taksi mas" aku tau pak kirman adalah supir pribadi mas denis yang selalu mengantarkan nya pergi kemana saja.
"aku tak suka di bantah !" ucapnya ketus.
"lalu, mas berangkat kerjanya?" tanyaku
"tak perlu difikirkan karena aku pasti telah memikirkan semua itu. Biar nanti fajar yang akan menjemputku"
lagi-lagi nada bicara mas denis terdengar kaku dan dingin.
Entah lah, kadang aku berfikir apa urat santai dan urat senyum nya sudah putus hingga tak pernah ku lihat ia berbicara santai . Belum lagi wajahnya yang selalu datar tanpa pernah ada senyum yang mengembang meski wajahnya memang harus ku akui sangat tampan.
Dirumah ini, aku seperti sedang tinggal bersama robot mesin pencari uang yang hanya berbicara seperlunya saja.
"aku berangkat !" mas denis segera meraih tas kerjanya dan beranjak untuk keluar rumah karena sepertinya suara mobil fajar sudah tiba didepan sana.
Aku segera meraih tangannya lalu mencium punggung tangan itu dengan takdzim. "maaf mas jika aku lancang. Berhubung aku nanti akam pergi kerumah bapak. Jadi aku pamit terlebih dahulu" sautku sebelum ia menimpali pertanyaan apapun.
"baiklah. Hati-hati" ucapnya sebelum ia berlalu meninggalkanku yang masih terpaku di meja makan.
.
.
pak kirman telah siaga mengantarku kerumah bapak. Rumah ku kecil yang sangat aku rindukan. Tak lupa aku membeli sedikit makanan untuk buah tangan ketika mengunjungi rumah bapak yang kini mulai jarang terjamah oleh tamu yang datang.
"terimakasih pak" ucapku sebelum turun dari mobil mewah milik suamiku.
"bapak boleh pulang, nanti akan saya kabari jika saya minta jemput" pintaku.
"tapi maaf non, tuan melarang saya untuk meninggalkan nona sendiri dirumah ini" ucap pak kirman.
Aku menggernyitkan dahi mendengar penuturannya yang terkesan tabu ditelingaku.
"tapi ini rumah bapak saya pak ?! Saya akan baik-baik saja. Lebih baik bapak pulang dan bersantai dirumah " titahku yang sama sekali tak meluluhkan hati pak kirman yang tetap kokoh menuruti perintah tuannya.
"tidak bisa non, nanti tuan denis akan marah besar jika saya tak menuruti perintahnya!" pak kirman kali ini benar-benar kerasa kepala. Namun aku menyadari karena rasa patuhnya pada mas denis yang membuat nya tak mudah untuk mencurangi majikannya.
"baiklah.. Ayo masuk" ajakku dengan ramah. Karena bagaimana pun usia pak kirman jauh lebih tua dariku. Dan tak mungkin aku akan mengajaknya berdebat hanya karena memintanya untuk pulang.
"saya akan memantau nona di dalam mobil saja. Agar nona dapat lebih leluasa untuk bercengkrama dengan ayah nona" jawab pak kirman tak kalah raman meski ucapannya menolak ajakanku.
"baiklah. Saya masuk dulu" aku segera keluar dari dalam mobil itu karena tak ingin berlama-lama menghabiskan waktu dengan supir keras kepala itu.
aku melangkahkan kaki masuk ke teras rumah yang nampak sedikit kumuh setelah sebulan ku tinggalkan.
"pak... Assalamualaikum" aku mengetuk pintu rumah yang nampak sepi seperti tak berpenghuni itu.
"pak..." mataku mengintip pada jendela rumah yang mulai banyak dihinggapi oleh debu.
Aku membuka handle pintu dan benar saja pintu rumah itu tak terkunci.
"pak.." aku mencari keberadaan lelaki parubaya ke seluruh ruangan.
Aku tersenyum saat mendapati bapak masih tertidur di kamarnya yang terlihat berantakan.
"pasti semalam bapak habis mabuk" gumamku saat indera enciumanku mengendus aroma alkohol yang masih tercium pekat menyeruak dari dalam kamar ini.
kaki ku berjalan menuju dapur, mataku tak henti-henti menyusuri setiap perabot yang terlihat sangat berdebu. Aku membuka tudung saji dan tak ku temukan makanan apapun disana. Hanya ada beberapa sisa makanan basi yang sudah berapa hari tidak bapak singkirkan.
Aku menghela nafas panjang dan segera membersihkan rumah yang sejak aku kecil belum pernah mengenal yang namanya renovasi.
Padahal, setelah aku menikah dengan mas denis. Aku sering mengirim bapak uang untuk merenovasi rumah namun sepertinya bapak menghabiskan uang itu hanya untuk berfoya-foya.
Setelah selesai aku segera memasak makan siang. Aku tak tau entah sejak kapan bapak tak makan, karena tak ada satupun makanan dirumah ini. Untuglah tadi aku sempat membeli beberapa makanan dan sayuran hingga daat langsung aku olah.
Bukan tanpa sengaja aku membeli semua itu saat datang kemari. Aku memang ingin makan siang berdua dengan bapak dan naluriku berkata seperti nya bapak tak akan memikirkan untuk selalu menyediakan stok makanan dirumah ini.
.
"harummm banget"
Suara itu membuatku terperanjak kaget. Aku menoleh ke belakang dan benar saja bapak kini tengah berjalan mendekat ke arahku.
"bapak sudah bangun" aku segera menghampirinya dan bersalaman lalu kembali melanjutkan mengaduk sayurku yang belum sepenuhnya matang.
"kamu kesini dari tadi?" tanya bapak yang kini telah selesai membasuh muka.
"iyalah, apa bapak tidak sadar jika rumah sekarang sudah glowing karena baru saja ku bersihkan" jawabku yang mulai menyajikan masakan ke atas meja makan.
bapak terkekeh melihat gaya tengilku yang tengah menggoda sekaligus memojokkannya.
"terimakasih ale.. Setelah kamu tak tinggal disini, bapak memang tak sempat membersihkan rumah setiap hari" jawab bapak.
"bukan bapak tak sempat. Hanya saja bapak terlalu sibuk dengan dunia bapak " jawabku melirik ke arahnya.
"yuk makan! bapak sudah lapar nih"
"tunggu sebentar, masih ada sayur yang belum ku siapkan"
Aku tau bapak sebenarnya hanya sedang mencoba mengalihkan pembicaraan. Aku pun tak mau melanjutkan ucapanku yang membuatnya semakin terpojok dan merusak mood makan kami siang ini.
Sekalipun aku ingin merubah bapak seperti dulu lagi, namum aku tak ingin memaksanya dengan membuatnya sakit hati.
kami pun menikmati makan siang dengan makanan sederhana yang dulu selalu jadi makanan kami sehari-hari. Namun semua terasa begitu nikmat karena ada nya canda dan tawa disela-sela obrolan kami. Bukan seperti saat dirumah mas denis yang hampir mirip penjara. Disaat makan pun semua nya terasa tegang seperti akan di eksekusi mati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments