Mas denis menggantung ucapannya beberapa saat yang membuat jantungku berdebar bertanya-tanya tentang apa syarat permintaannya.
"syaratnya adalah, anda tidak boleh menampakkan diri anda di depan para tamu selama acara ijab kabul dan resepsi dilaksanakan !" titahnya seraya menatap ke arah ayahku dengan tajam.
Hatiku seperti hancur berkeping-keping dan luluh lantah begitu saja seolah berserakan kemana-mana. Bagaimana bisa ayahku yang seharusnya menjadi wali nikahku tak diperbolehkan menampakkan diri di hadapan penghulu dan para tamu. Pernikahan yang seharusnya menjadi hari bahagia kini menjadi hari paling menyesakkan dalam hidupku .
Apa karena penampilannya yang lusuh. Ayahku memang seorang pemabuk, kebiasaannya pulang pagi dan kurang tidur membuat penampilannya sedikit berantakan. tapi bagaimanapun juga dia adalah ayah yang tak bisa digantikan oleh siapapun.
"tidak !! Bagaimana mungkin ayah tidak diperbolehkan ada di ruang pernikahan !! Kalau begitu saya membatalkan keputusa.._"
"baik tuan" ayah menimpali ucapanku yang menggantung dengan penyetujuan. Bagai di sambar petir disiang bolong saat aku mendengar penyetujuan gila seperti ini. Bagaimanapun juga aku ingin dialah lelaki yang menjabat tangan pak penghulu untuk menikahkanku.
Bahkan orang-orang MUA yang berada disana pun terlihat ikut tercengang dengan perdebatan sengit yang terjadi diantara kami.
"tapi pak !!! Siapa yang akan menikahkanku kalau bukan bapak. Bapak adalah bapak kandungku" pintaku dengan nada meninggi.
"anggap saja bapak tidak ada le. Karena dengan itu wali hakim akan dengan mudah menggantikan bapak untuk menikahkanmu" ucap ayahku dengan melemah.
Tersirat raut kecewa dari wajah tua nya yang sebisa mungkin ia sembunyikan. Aku menangis sejadi-jadinya, bagaimana bisa ini terjadi.
Apakah yang ayah lakukan ini semata-mata karena ingin kehidupan mewah untukku nantinya atau hanya karena uang yang akan ia dapat kedepannya?
"pak...." aku memohon dalam tatapan meminta bapak untuk membatalkan pernikahan gila ini.
ayah mengangguk dan dengan berat menarik kedua sudut bibir nya.
"bapak baik-baik saja ale" ayah berjalan ke arahku lalu memelukku erat.
Aku tau meski ayah banyak bergelut dengan dunia malam yang kelam, tapi dia sosok penyayang yang tak tergantikan oleh siapapun, terlebih bagiku putri semata wayangnya.
Perubahan ayah terjun ke dunia gelap itu setelah ibu memilih meninggalkannya demi laki-laki lain. semenjak saat itu ayah berubah menjadi seperti brandalan. Entah seberat apa rasa kecewa dan sakit hati yang ia rasa. yang aku tau, selama membesarkanku ia tak pernah kasar denganku.
Bahkan semenjak ku tau penyebab perubahan ayah, aku menjadi benci sosok ibu kandungku sendiri yang memilih pergi dengan lelaki lain daripada tinggal bersama kami.
.
Kini aku duduk bersanding dengan seorang lelaki pewaris tunggal keluarga mahendra dan akan memulai ikrar ijab kabul. Banyak ku dengar para tamu yang berdatangan memuji kecantikan riasan yang menempel di wajahku. Juga memuji penampilan mas denis yang telah duduk disampingku.
Bahkan ada pula yang memberi argumen bahwa aku dan mas denis bak pangeran dan sang putri di dunia nyata. Namun bagi ku semua itu hanya bualan semata.
Karena saat ini hatiku bagai teriris, rasanya teramat sakit dan perih yang tak bisa ku ceritakan. Hanya saja mas denis telah mewanti-wanti ku untuk tidak meneteskan sebulir saja air mata di depan para tamu yang datang.
sebisa hati aku tersenyum saat berjalan beringinan dengannya. Air mata yang menumpuk dipelupuk mata hanya bisa aku masukkan kembali kedalam hati, sebisa mungkin ku tahan yang akhirnya hanya membuat sesak didalam dada.
Sejak saat itu aku rasa ayahku telah menabuh genderang perang yang melibatkan aku sebagai prajurit tembak yang harus berperang didalamnya.
#flashback selesai
.
.
sebulan sudah aku menikah dengan mas denis. Namun sampai saat ini dia masih enggan menyentuhku. Bahkan kehadiranku hanya ia anggap seperti boneka yang dapat bergerak dirumah ini. Nada bicaranya masih saja dingin dan tak jarang terkesan ketus.
Aku hanya diam dan menerima semua perlakuan yang ia berikan padaku.
Deru suara mesin mobil mewah mas denis terdengar mulai memasuki pelataran rumah kami. Aku segera berlari untuk menyambut kedatangannya saat membuka pintu.
Begitulah kiranya peraturan yang ia buat agar selalu aku turuti selama tinggal dirumah ini. Entah sampai kapan aku akan seperti ini, terjerat dalam lingkup penjara yang bercover rumah mewah pribadi miliknya.
"mas sudah pulang" sambutku manis sesaat setelah membuka pintu.
Mas denis memang selalu memintaku untuk bersikap manis dan tak memasang wajah cemberut setiap kali ia pulang bekerja.
Mas denis memberikan tas kerjanya secara kasar kepadaku. Setelah itu disusul jas yang ia buka dan ia lempar ke arahku. Aku berjalan kesusahan mengikuti langkahnya menaiki anak tangga menuju kamar.
Ibarat jemuran berjalan, perumpamaan seperti itulah yang pantas menjadi julukan untukku ketika dia tiba dirumah sepulang bekerja.
"apa kamu jadi kerumah bapakmu?" tanya nya datar.
Aku menggeleng seraya meletakkan jas dan tak kerja nya diatas meja.
"bagus . Aku suka orang penurut sepertimu" tanpa dia ucap sudah terlihat jelas bahwa dimatanya aku hanya ibarat seekor peliharaan yamg harus menuruti semua perintahnya.
"siapkan air, aku mau mandi !" titahnya yang langsung menuntun langkahku menuju kamar mandi. Setelah air siap dan mas denis bergantian masuk kamar mandi, aku segera menyiapkam pakaian santai yang akan ia pakai.
Begitulah kiranya pekerjaan ku selama tinggal disini yang jauh dari kata peranan seorang istri melainkan lebih dominan bertugas seperti asissten pribadi.
.
Aku memilih duduk di sofa kamar sambil menunggu mas denis selesai melakukan ritual mandi yang memakan waktu cukup lama. Aku memainkan handphone ku sebagai penghilang penat meski tak ada satupun nomor yang menghubungiku. Hanya sebatas scroll layar dari atas kebawah melihat-lihat sosial media, itulah kegiatanku saat memandang benda pipih ini.
"ehem" seketika aku menoleh ke arah mas denis yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan sebelah tangan memegang handuk kecil untuk mengeringkan rambutnya.
"mas mau aku bawakan makan malam kesini !"
Tawarku mencoba menepiskan rasa kesal ku setiap kali melihat lelaki ini.
"aku sudah makan" tolaknya.
aku menghela nafas berat. Padahal sejak tadi aku menahan lapar hanya karena menunggunya pulang dan makan malam bersama seperti biasa. Namun kali ini lagi dan lagi aku harus kembali merasa kecewa.
"baiklah" jawabku singkat.
Aku melihat mas denis kembali sibuk bergelut dengan laptopnya. Setelah ku rasa tugasku telah selesai, menyiapkan air mandi, menyiapkan pakaian ganti dan menawarkan mas denis makan malam. aku segera memberingsut naik ke atas ranjang. Mencoba memejamkan mata untuk terlelap agar segera hilang perasaan kecewa yang sedang hinggap.
Aku menghela nafas panjang, karena hal seperti ini bukan satu atau dua kali aku rasa namun aku seolah mengukut hatiku sendiri yang sampai saat ini belum bisa terbiasa.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments