Aron cemburu berat ketika melihat postingan Alex pada aplikasi gelembung hijau. Saudara kembarnya itu memasang foto nya bersama Nari. Terlihat hanya mereka berdua saja, padahal foto aslinya ada Arin juga di samping Alex. Demi kebaikan Alex dan Nari, maka Alex memangkas gambar Arin dalam bingkai mereka, ckckckck!!.
"Kurang ajar!! jadi kau ingin pamer padaku, hah!!?," gerutu Aron melempar ponsel tak bedosa itu ke tempat tidur. Beruntung nggak ke ubin, mama Daniza pasti akan menjitak kepalanya jika melakukan hal itu.
"Ck! mereka satu sekolah, tentu kesempatan Alex lebih besar dariku. Argh!!! gimana caranya biar mereka jauhan!?," Aron menggeram dalam kesal, memijat pelipisnya dan mulai berpikir keras.
Sementara Nari sedang berkemas di kelas dan bersiap melangkah ke Perpustakaan.
Alex udah nyampe duluan, tumpukan buku berukuran tebal dan tipis siap untuk dia takhlukan hari ini.
"Demi cinta ku pada Nari, aku paksain mencintai kalian juga!!"gumamnya berbicara dengan buku-buku yang silih berganti mendapatkan cap dari benda di tangannya.
"Lex..kamu sehat??"komentar bu Mona. Wanita ini ternyata memperhatikan tingkah Alex sedari tadi. Karena ini di perpustakaan, Mona jadi berpikiran yang tidak-tidak, apakah hantu di tempat itu sedang bertingkah? dengan mengganggu jiwa Alex misalnya??.
Alex Abraham, cowok yang dulunya pendiam dan cool itu berubah 180 derajat gara-gara sebuah rasa yang di sebut cinta. Sekarang pria dingin itu berubah menjadi pecicilan. Naei yang awalnya mengagumi Alex justru berbalik tak menyukainya lagi. Rasa manis itu perlahan berubah hambar karena Alex selalu mendekatinya, yang bagi Alex itu adalah usaha untuk mencuri hati sang pujaan hati. Karena Nari bukanlah tipe cewek yang suka di goda, rayuan dan gombalan Alex mengocok tenggorokan, hingga rasanya ingin muntah.
Dan di sini, tingkah pecicilan dan menyebalkan itu kambuh lagi, saat menyapa Nari di depan Perpustakaan.
"Hai manis, kita berjumpa lagi," senyum-senyum nggak jelas. Alis di adu turun naik. Bukannya terpesona Nari malah menahan tawa melihatnya.
"Alex, ngapain di sini?ini bukan lapangan basket," seperti biasa, senyum si manis bermata indah ini membuat jantung Alex dangdutan.
Meletakan jari telunjuk dan jempol di bawah dagu,"Nariaaaa, please! bisa di kurangin sedikit nggak??" aroma gombalan receh mulai tercium.
"Apanya yang di kurangin??" si nona muda ini belum mengerti dengan maksud ucapan Alex si raja gombal newbie.
"Jadi cewek jangan terlalu manis dong. Ntar aku nya kena diabetes, kamu nggak kasian sama aku?."
"Oh Tuhan ku yang maha pengasih dan maha penyayang! kamu beneran sakit Lex??," pekik bu Mona. Matanya yang berbingkai kacamata mendadak melotot seperti ingin meloncat keluar.
Nari mendadak malu, sebagai anggota baru kesan pertama yang ada pada dirinya adalah di gombalin Alex si penguasa di lapangan basket.
Menggaruk tengguk yang tak gatal"Hehe, saya sehat banget kok bu. Sehat bugar banget malal," jawabnya senyum-senyum nggak jelas.
Bu Mona masih menatap Alex penuh tanda tanya, sorot matanya berpindah menyoroti Nari"Kamu anggota baru kan?."
Nari mengangguk"Iya bu."
"Coba kau senyum!!'' perintah bu Mona.
"Eh? senyum bu??" dalam bingung Nari menelan saliva. Apakah syarat terakhir menjadi anggota pengurus perpustakaan adalah yang memiliki senyum paling manis??
"Iya, obu mau lihat senyum kamu," ulang bu Mona.
Dengan canggung Nari memaksakan diri untuk tersenyum. Bahkan dalam kecanggungan pun senyum gadis ini masih terlihat menawan.
Bu Mona menghela nafas dalam-dalam, pantas saja Alex yang normal menjadi aneh, rupanya hati pemuda itu sedang di gonjang-ganjingkan cinta.
"Bu, ini Nari udah senyum. Udah boleh ikutan stempelin bukunya nggak?."
"Oh, boleh. Tentu saja boleh. Ini kartu anggota kamu, di kalungin ya biar nggak ilang."
"Iya bu. Alex aku duluan ya," ujarnya berbalik kepada Alex.
"Tunggu Nar, aku juga anggota pengurus di sini. Kita satu team malah."
GLEKKK!!!! Nari memutar bola matanya menatap Alex.
"Eiyyy!!jangan di liatin begitu, kalau aku jantungan gimana Nar?? kamu harus tanggung jawab. Dengan jadi pacar aku, misalnya."
Kali ini gombalan receh Alex tak mendapat tanggapan. Nari mempercepat langkah, setidaknya hingga terlepas dari tatapan bu Mona.
Di sela-sela kesibukan, Nari berpose manis dengan memamerkan kartu anggota di lengan kanannya.
"Buku-buku berharga. Barkan aku menjagamu," tulis Nari beserta potret dirinya pasa pembaharuan status aplikasi gelembung hijau.
Berbeda dengan Alex. Dia curi-curi selca bersama Nari. Mengunggahnya ke akun media sosial dan itu jelas mengundang emosi Aron kembali.
"Oh!, kalian sama-sama jadi staf perpustakaan," gumamnya kesal.
"Alex!! lama-lama makin nyebelin!," sentak Aron memukul udara.
Melihat putranya menekuk wajah tanpa berkata apa-apa, mamah Daniza merasa khawatir"Ron, kamu kenapa nak? jangan uring-uringan begitu, ayo erita sama mamah. Siapa tau mamah bisa bantu."
"Alex tu mah. Makin getol deketin Nari. Mentang-mentang satu sekolah sama Nari pamer foto bareng terus. Sekarang mereka jadi staf perpustakaan, mah."
"Ya berarti itu rejekinya Alex. Kok kamu sewot sih sama saudara sendiri. Kalian itu saudara kembar, jangan bertikai hanya karena perempuan," Daniza merasa lucu saat melihat Aron cemburu.
"Cari gadis lain aja ya Ron. Banyak kan cewek cantik di sekolah kamu," tambah Daniza.
"Nggak ada ada yang pas di hati mah. Lagian pada belagu cewek-ceweknya. Nggak kaya Nari yang humble sama semua orang."
"Belum ketemu aja, kamu sabar dong, sayang."
"Nggak!!Aron mau nya Nari. Mamah bujuk Alex aja deh cari cewek lain. Ngalah kek sama saudara," kini Aron merengek seperti anak kecil pada sang mama.
Daniza hanya bisa terus tersenyum dengan tingkah Aron"Waktu begitu cepat berlalu, nggak terasa kalian udah besar," gumam Daniza masih tersenyum.
...****************...
Sudah berhari-hari sejak terakhir kali Andrea memberi kabar tentang kesembuhannya yang hampir sempurna. Jung semakin nggak sabar ingin segera bertemu. Kerinduannya pada gadis cantik itu udah sangat mendalam.
"Bae, kau mau jalan-jalan nggak? bagaimana jika kita ke taman kota?," dengan wajah gembulnya Bae hanya cuap-cuap nggak jelas di panggkuan Jung.
"Ghin, gendongannya mana? aku mau ngajak Bae jalan-jalan."
"Kemana bang?," tanya Ghina lagi.
"Ntar di kira orang anak kamu bang!! Nonono!," dengan tegas Joen menolak.
"Pelit amat sih Joen. Ayolah Joen, aku bosan di rumah terus. Kita ke taman kota kek!, belanja-belanja kek!, pokoknya jalan-jalan deh," celoteh Jung panjang lebar.
Setelah berpikir sejenak, Joen sepakat dengan saran Jung"Kamu yang gendong Bae ya!! tu bocah berat banget!!."
PLETOK!! sentilan jemari telunjuk Ghina mendarat di kening Joen"Itu anak kamu mas! bagus dong kalo bobotnya naih terus. Kenapa kamu mengeluh??."
"Enggak! bu...bukan begitu, sayang," cicit Joen memegangi kening. Ghina melengos kesal dengan tatapan tajam pada Joen.
"Huh, papah kamu memang somplak Bae. Kamu sama ayah Jung aja!," Jung bergegas membawa Bae turun.
"Eh!! eh!! .bajunya di ganti dulu bang! Jumper papahnya tuh,'' seru Ghina.
"Aku aja yang gantiin bajunya, kalian buruan siap-siap."
Jung mengambil baju yang di berikan Ghina untuk Bae"Hohoho, kita jalan-jalan Baee!!," ucapan Jung di balas tawa renyah si baby rock and roll.
"Ngomong-ngomong ada kabar terbaru Andrea nggak??."
Jung berhenti tertawa, teringat sang kekasih hati yang jauh di mata seketika memangkah kebahagiaannya saat itu. Joen emang paling pandai membuat hati Jung ketar-ketir.
"Assh!!" punggung Joen tersengat cubitan Ghina.
"Nggak berperasaan," sentak Ghina"Maaf ya bang, lidahnya abis makan cabe, jadi ngomongnya pedas nggak berakhlak," Ghina berujar.
"Hehehe, its ok. Ayah yakin sentar lagi bunda Andrea bakal pulang, ya Bae?!," Jung kembali tersenyum menekan-nekan pipi empuk Bae.
"Anak aku!!" pekik Joen kesal"Itu Om ya Bae, bukan Ayah!."
"Nggak dengar!! Bae nggak dengar," Jung membawa kabur Bae yang sudah selesai berpakaian.
"Biarin saja, sayang," ujar Ghina sambil merapikan pakaian Joen.
"Ayah!! ayah!! Kamu mau punya dua suami?."
"Sayang! itu cuman kebiasaan bang Jung. Bae juga kalo di bilang ada ayah Jung langsung bereaksi. Cemburunya di kondisikan dong."
"Uluh-uluh, suami aku yang tampan jangan marah dong," Ghina menggoda Joen yang berwajah kesal.
"Aku yang ngidam kok, dia enak-enak di panggil Ayah." Ghina masih tertawa ketika Joen menyusul Jung dan Bae.
Memang beginilah cara mereka mengungkapkan rasa kasih sayang antar saudara. Dengan ejekan bahkan hinaan, bahkan penyiksaan yang sering mereka lakukan kepada Nari.
Di ruang tamu Bae beralih ke gendongan Nyonya Sook. Masih dengan kesal Joen melewati mereka.
"Hei!! hei!! ini si Bae kenapa di lewatin doang?," sindir Nyonya Sook.
"Ayah nya tuh di pojokan!," seru Joen kesal menunjuk Jung dengan mulutnya.
''Hahah, suka-suka aku. Biarin nah, hari ini dia jadi supir yang bakal mengantar kemanapun kami mau. Iya kan Bae?."
Joen makin kesal mendengar gelak tawa Bae yang menanggapi ucapan Jung.
"Ugh!!itu made in Joen!! bukan made in Jung!," gerutunya menuju mobil.
Tak berapa lama Ghina pun turun dan bersiap mengambil Bae dari gendongan sang nenek. Namun sepertinya sama seperti Jung, hari ini Bae merasa lebih nyaman jika bersama Jung. Dengan gelak tawa mengulurkan tangan kepada Jung ketimbang menerima uluran tangan Ghina.
"Sudahlah, Ghina. Hari ini kalian kencan aja, biar Bae sama aku," ucap Jung.
Nyonya Sook merasa senang namun juga sedih. Seharusnya sekarang Jung juga sudah menimang momongan"Semoga kamu cepat kembali Andrea"bisik hatinya.
Beberapa pasang mata memperhatikan Jung dan Bae yang berjalan-jalan di sepanjang sungai pinggiran kota. Jelas mereka memuji visual dua kelaki beda dekade itu.
"Omo!! ganteng sekali, mana namanya?," seorang ibu-ibu nggak bisa menahan rasa gemesnya terhadap Bae. Dengan rambut coklat lebat dan pipi merah yang gembul, Bae sukses menyihir para pengunjung lainnya.
"Namanya Bae Nyonya," sahut Jung.
"Berdua saja, mana ibu nya?," tanyanya lagi. Akh! Jelas saja orang akan menanyakan pasangan Jung namun dengan santai Jung menjawab..
"Lagi di luar negeri, sedang ada kerjaan."
Di tempat yang tak jauh, Joen dan Ghina benar-benar seperti sepasang kekasih yang sedang berkencan
"Aueeyy!lihat gaya nya itu. Bae juga menyebalkan hari ini.ckckckck!" Joen memandang mereka penuh rasa iri dengki dan rasa cemburu.
"Sabarrr,.kita nikmati saja waktu kencan kita," Ghina menyapu pandangan ke setiap stan makanan dan jajan yang tersedia di pinggir jalan.
"Wisata jajanan ringan yuk."
"Jangan yang pedas!"pinta Joen.
"Siap pak boss!!"
Kalau sudah urusan wisata jajanan, Ghina akan tersenyum manis dengan mata melengkung bahagia. Lidahnya sudah lebih dulu mengecap rasa apa yang akan memanjakan lidahnya hari ini. Waktu makan sudah di mulai!!!
To be continued.
~~♡♡happy reading.jangan lupa like dan komen ^,^
Salam anak Borneo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Spyro
Ak juga klo jalan2 psti wisata kuliner ketimbang belanjaa 😂 klo perut kenyang, hati pun senang 😎🤣
2023-02-21
0
Spyro
Untung Joen am Ghina gak ad. Coba klo dnger 😂😂
2023-02-21
0
Spyro
Pak Simon ngereog klo denger km ngmong gitu 😆
2023-02-21
0