"Jadi gimana? Baju mana yang bagus buat gue?" ujar Aurel menatap Tissa.
Tissa menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Ia merasa bingung dengan Aurel. Karena Aurel mengeluarkan semua isi lemarinya.
"Rel... lo kan cuman nyetak undangan. Kenapa semua baju lo, lo keluarin?" ujar Tissa mengungkapkan kebingungannya.
"Emang. Tapi kan gue nyetak undangannya sama Aldino. Gue harus dandan se-perfect mungkin, kan?" ucap Aurel.
"Lagian Tis, lo tahu ini kencan pertama gue sama Aldino. Ya meski kencannya cuman nyetak undangan doang."
"Oke, gue bakalan bantuin lo deh," ujar Tissa akhirnya.
Aurel mendekat kearah Tissa lalu memeluk Tissa dengan erat.
"Lo emang sahabat gue paling the best!"
"Baru sadar lo?" ucap Tissa. Mereka pun kembali melanjutkan kegiatan mereka. Mencari-cari baju yang pas untuk Aurel.***
Daren tersenyum, menatap Ruby yang sedang bersembunyi di balik selimut tebal miliknya. Lelaki itu tersenyum jahil. Lalu berjalan kearah Ruby. Ia menarik kaki Ruby, membuat Ruby membuka kedua matanya.
Daren tersenyum lagi memamerkan deretan gigi rapih kepada Ruby. Sementara Ruby masih di ambang kebingungan.
"Bang Daren?" ujar Ruby. "Ruby ngimpi ya?" ucapnya lagi seakan tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Berulang kali Ruby mengucek kedua bola matanya. Memastikan bahwa dia sedang tidak bermimpi.
"Beneran! Ini Bang Daren!" ucap Ruby begitu antusias. Ruby langsung memeluk Daren dengan erat.'
"Good morning princess Abang... ' ujar Daren mencium kening Ruby.
"Abang pulang gak bilang-bilang. Malah katanya kemarin gak pulang! Jahat banget sih!" ucap Ruby kesal.
"Maaf. Abang tuh pengen buat suprise buat kamu. Harusnya Abang pulangnya besok. Tapi karena pekerjaan Abang udah selesai. Jadi Abang bisa pulang lebih cepat deh," jelas Daren
panjang lebar.
Ruby masih diam, ia sangat betah dalam pelukan Daren.
"Kamu udah mau nikah lo Dek. Masih aja manja sama Abang."
"Makanya itu. Ruby manja sama Abang sekarang. Kalau besok-besok udah gak bisa lagi, kan?" ujar Ruby.
"Adek Abang udah besar, ya? Sekarang udah mau nikah. Padahal baru kemarin tumbuh
remaja," gumam Daren."Abang! Jangan bilang gitu, Ruby sedih dengernya, " ucap Ruby dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca.
"Abang kapan nikah? Oh iya gimana dengan perempuan itu? Miss jutek bin galak yang selalu Abang ceritain ke Ruby dulu. Abang udah ketemu lagi sama dia?"
Daren terdiam, ia menggelengkan kepalanya pelan.
"Abang kayaknya harus move on deh dari dia. Siapa tahu malah dianya udah nikah, kasihan Abang aku," ucap Ruby memeluk Daren lagi. Daren masih diam, mana mungkin ia bisa melupakan cinta pertamanya? Bahkan setiap kali ia ada di Indonesia, ia selalu berharap bisa bertemu dengannya.
"Daren! Ajak Ruby sarapan!" Tiba-tiba terdengar teriakan dari bawah.
"Sarapan yuk, Mami udah teriak-teriak tuh," ajak Daren.
"Gendong!" ujar Ruby dengan manjanya. Daren tersenyum, dan menuruti kemauan adiknya.
"Astagfirullah, ini berdua udah kayak koala deh, " ujar Sarah sembari menggelengkan kepalanya.
"Anak Mami nih! Manja banget!" ucap Daren. Daren mendudukan Ruby di kursi meja makan.
"Gak pa-pa sebelum Ruby sah jadi istri orang," sahut Ruby.
Wardana menurunkan kacamatanya. Menatap kedua anaknya.
"Nanti kamu bawa pasangan kan Bang? Waktu acara pernikahan Ruby?" ujar Wardana.
"Bang Daren mah gak punya pacar! Jangan ngarep deh Pi, gak akan itu mah!" balas Ruby mengejek Daren.
"Kamu beneran putus sama Nessa?" tanya Sarah menatap Daren. Daren mengangguk kecil. "Daren beneran ngerasa gak cocok sama Nessa Mi."
Semua terdiam, tiba-tiba ponsel Ruby berbunyi.
"Siapa By?" tanya Wardana.
"Bang Al," jawab Ruby. Ruby pun
mengangkat telpon dari Aldino. "Iya Bang? Kenapa? "
"Kok dadakam banget? Ruby gak enak ngomong sama Kakaknya Ali," ucap Ruby meletakkan sendoknya.
"Iya deh. Ruby langsung nelpon Ali." Ruby pun mematikan sambungan telponnya.
"Kenapa By?" tanya Sarah.
"Ini Mi, kan Bang Aldino gak bisa nganterin Kakaknya Ali nyetak undangan," ujar Ruby. "Aku gak enak lagi kalau Kakaknya Ali sendiri."
"Loh, kenapa Aldino gak bisa?" tanya Sarah lagi.
"Ada meeting mendadak," jawab Ruby.
"Ah gimana kalau Daren aja yang anterin Kakaknya Ali. Kamu bisa
kan Ren?" usul Sarah.
Semua menatap kearah Daren yang tengah memakan sarapannya.
"Kenapa?"
"Kamu bisa kan? Gak sibuk kan hari ini?" tanya Sarah.
"Enggak kok. Ya udah deh. Ruby kirim alamatnya aja," ucap Daren akhirnya. Ruby lega, mereka langsung menghabiskan sarapan mereka.
***"Cantik banget sumpah!" ucap Tissa menatap Aurel kagum.
"Gue emang cantik sih," ucap Aurel dengan percaya dirinya.
"Tapi dandanan gue gak norak kan?"
“Engga kok. Lo cantik banget!" ucap Tissa. Aurel berdiri menatap cermin besar di depannya.
Tok... tok... tok...
"Rel! Udah siap belum?" ujar Vivi dari luar kamar Aurel.
"Udah kok Ma!" jawab Aurel.
"Itu udah di tungguin di bawah," ujar Vivi."Iy... iya Ma. Aurel segera keluar," jawab Aurel begitu gugup. "Gimana ini Tiss? Gue deg-degan
banget anjir!"
"Tenang Rel, tenang. Tarik nafas, buang, lo pede aja. Lo cantik kok!" ucap Tissa memberi semangat.
Aurel pun membuka pintu kamarnya. Dan berjalan menuju ruang tamu. Jantungnya berdegup begitu kencang. Ketika melihat siluet tubuh Aldino dari belakang.
"Nah, ini Aurel sudah siap!" ucap Vivi sembari tersenyum. Lelaki itu mendongak, menatap Aurel di belakangnya.“Lo'" "Lo!"
Keduanya kaget, sangat kaget. Terlebih Aurel, dia bahkan tidak menyangka. Jika lelaki ini berdiri di depannya sekarang.
"Loh kalian saling kenal?" tanya Ali mewakili kebingungan orang-orang yang ada di sana.
"Kok lo di sini sih? Ma? Aldino mana? Malah ada upil ini di sini, " ucap Aurel.
"Sembarangan aja ngatain gue upil!" ujar Daren tidak terima.
"Heh emang iya kan? Lo itu dekil, jelek, item! Mirip kayak upil!" olok Aurel.
"Itukan dulu, sekarang emang gue dekil? Item? Ha? Enggak kan!" balas Daren.
"Sama aja! Lo tetap upil hidup!" ucap Aurel tidak mau mengalah.
"Duh, udah-udah ini tuh kenapa sih? Kalian saling kenal?" ucap Vivi menengahi keduanya. Keduanya diam, saling memunggungi satu sama lain.
"Dasar upil sok kegantengan! Lo kira lo ganteng banget apa? Nolak Cinta gue! Gue sumpahin lo jomblo seumur hidup!" teriak Aurel di tengah koridor sekolah yang sepi.
"Heh mulut mercon! Lo bisa diem gak? Yang ada siapa yang mau sama lo?"
"Ih! Daren lo ngeselin ya! Awas lo!" teriak Aurel benar-benar kesal.
Gadis itu pun beranjak pergi meninggalkan Daren.
Aurel tersadar dari lamunannya. Sembari bergidik ngeri.
"Ih anjir! Nyesel banget gue dulu nembak Daren. Malu anjir, pasti dia sekarang lagi besar kepala. Awas aja aib ini di sebarkan. Gue
tonjok dia!" ujar Aurel dari hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments