AWAL YANG BAIK
"Kenapa lo senyam-senyum sendiri?" ujar Tissa sembari menyenggol lengan Aurel.
Tissa duduk menaruh tumpukan berkas di atas mejanya. Sejenak perempuan itu merenggangkan.Otot punggungnya.
"Remaja jompo njir! Koyo gue mana ya," ucap Tissa. Kini perempuan itu mengambil koyo dari dalam tasnya.
"Remaja apaan? Lo kan udah tua," sindir Aurel."Sarkas banget sih jawabnya. Gini-gini kalau berdiri di pinggir jalan masih di godain om-om," balas Tissa.
"Eh Sa, lo tahu Aldino kan? Yang kemarin kita liat dia di dating apps?" Aurel mendekat kearah Tissa sembari tersenyum sumringah.
"Aldino Maheswari? CEO perusahaan sebelah kan? Yang lo maksud?" tanya Tissa. Aurel mengangguk antusias. "Kenapa?"
"Gue kemarin kenalan sama dia!" ucap Aurel begitu senang."Serius? Demi apa?" Tissa nampak kaget, ia menatap Aurel dengan tatapan kepo-nya.
"Iya beneran, ternyata dia tuh sepupunya Ruby," ucap Aurel. "Calon adik ipar lo?"
"Iya, gue bisa kali ya pdkt-an sama dia?" ucap Aurel.
"Harusnya bisa sih. Lo harus deketin dia duluan tapi," usul Tissa.
"Gampang itu mah. Tapi lo yakin kan? Dia gak punya pacar?" Aurel menatap Tissa menyelidik.
"Eum, kayaknya engga sih ya. Terus ngapain dia main dating apps kalau dia punya pacar?" ujar Tissa. "Cari BO-an? Kayak Daren?"sambung Tissa.
Aurel terdiam, hal ini membuat Tissa tertawa. "Becanda gue. Ya kali cowok se-cool dan sekeren
Aldino cari BO-an di dating apps."
Aurel diam, mengingat Daren sedikit merusak moodnya. Lelaki itu sangat menyebalkan. Untung saja Aurel sudah tidak bertemu dan tidak lagi berurusan sama laki-laki itu.
"Aurel, lo di panggil Pak Andre suruh ke ruangannya," ucap salah satu pegawai membuat Aurel sadar dari lamunannya.
"Iya Din. Makasih ya," ucap Aurel. Dina mengangguk lalu pergi.
"Sa, gue keruangan Pak Andre dulu, ya. Kalau. Mau ke kantin tungguin gue!" pesan Aurel.
"Oke tuan putri," ucap Tissa lalu melanjutkan pekerjaannya.
***
Ruby menatap Aldino yang tengah fokus dengan laptop di depannya. Gadis itu memgkrucutkan bibirnya kesal. Karena merasa diabaikan oleh Aldino.
"Jadi Bang Al nyuruh Ruby kesini cuma buat liatin Bang Al kerja?" ucap Ruby melipat tangannya di depan dada.
Aldino diam, dan hanya melirik Ruby sebentar. Lalu ia melanjutkan pekerjaannya lagi.
"Ih nyebelin banget sih. Mending Ruby telpon Bang Daren buat ngadu!" ucap Ruby mengambil ponselnya. Terdengar suara helaan nafas dari Aldino. Lelaki itu menutup laptopnya.
Sementara Ruby mengurungkan niatnya untuk menelpon Daren.
"Kamu mau kemana emang? Biar Abang temani," ujar Aldino."Beneran?" ujar Ruby senang. Aldino mengangguk. Ruby langsung memeluk leher Aldino.
"Sekarang Abang harus temeni Ruby ke rumah Ali. Ngasih titipan Mami," ucap Ruby.
"Ke rumah Ali?" Ruby mengangguk antusias.
"Oke. Abang ambil kunci mobil dulu, " ucap Aldino. Aldino bersiap-siap. Lalu berjalan menyusul Ruby. Mereka sampai di parkiran kantor.
"Ruby, Kakaknya Ali tuh belum nikah, ya?" tanya Aldino tiba-tiba ketika sedang melajukan mobilnya.
"Kak Alya udah nikah. Kalah Kak Aurel belum," jawab Ruby.
"Kenapa? Abang naksir salah satu dari mereka?" Aldino kaget dengan ucapan Ruby.
"Enggak nanya doang."
"Ah! Ruby tahu! Abang naksir Kak Aurel kan?" tebak Ruby.
Aldino diam, fokus dengan jalanan di depannya.
"Kak Aurel cantik sih. Tapi galak," sambung Ruby.
"Galak gimana?" tanya Aldino tanpa melihat Ruby."Ya gitu. Sinis banget sama Ruby," ujar Ruby mengerucutkan bibirnya. "Masa iya?"
"Iya Kak! Beberapa kali Ruby ke rumah Ali gak pernah tuh di sapa sama Kak Aurel."
Aldino diam, namun mau bagaimana pun Aurel. Ia sudah terpikat dengan gadis itu.
***
"Daren, kamu kapan pulang? Nikahan Ruby pulang kan?" tanya Mami Daren dari seberang sana.
"Ya kali Daren gak pulang. Kan nikahannya adik Daren sendiri, Mi," jawab Daren sembari terkekeh. "Mi, jangan bilang-bilang Ruby ya. Daren lusa pulang. Mau buat surprise."
"Oke siap. Kok cepat? Kerjaan kamu udah selesai?" tanya Maminya.
"Udah kok. Ini mah gampang. Aku pengen ikut serta buat bantuin nyiapin pernikahan Ruby," jawab Daren.
"Iya Mami seneng kamu bisa bantuin Ruby."
Daren terseyum, Ruby adalah adik satu-satunya. Ia juga saudara kandungnya satu-satunya tidak mungkin jika Daren tidak menyayangi adiknya itu.
***
Aurel menguap, wajahnya nampak begitu mengantuk. Memang tadi dia sudah sempat tidur. Namun, sang Mama malah menganggu
tidurnya.
"Gimana Kak? Bisa kan?" ucap Ali menatap Aurel penuh harapan.
"Besok aja gak bisa? Ngantuk banget nih," ujar Aurel sembari menguap lagi.
"Gak bisa, Kak. Lebih cepat lebih baik. Lagian ini masih jam 8 ya kali lo mau tidur jam segini," ucap Ali. "Kenapa emang?"
"Biasanya lo kan nokturnal, iya kan, Ma?" ucap Ali meminta persetujuan Mamanya. Mamanya
datang membawa cemilan dan kopi.
"Nih Kak minum. Mama udah buatkan kopi biar gak ngantuk."
"Yang mau nikah siapa! Yang ribet siapa!" gumam Aurel. Namun gadis itu tetap membuka
laptopnya.
"Ah gitu banget! Yang ikhlas dong!" ujar Ali menarik kedua pipi Aurel. "Sialan! Sakit!" teriak Aurel.
"Assalamualaikum..."
Keduanya berhenti bertengkar,melihat kearah sumber suara.
"Wa'alaikumsalam," jawab Ali sembari menyambut keduanya. Sementara Aurel? Gadis itu kaget, dia menutupi wajahnya dengan apa saja yang ada di sekitarnya.
"Mampus gue! Kenapa ada Aldino? Mana muka gue lagi berantakan lagi. Ada ilernya gak ya?" ucap Aurel lirih, hanya dirinya yang mampu mendengar."Kak? Lo ngapain?" ucap Ali.
"Enggak! Gak pa-pa," jawab Aurel masih menutupi wajahnya.
Ali menarik buku di wajah Aurel. Sehingga Aurel menatap kearah Aldino. Gadis itu tersenyum, dan mengumpat Ali dalam hatinya.
"Duh mampus, illfeel pasti si Aldino sama gue," batin Aurel sembari tersenyum kecut.
"Sayang mending kita ke Mama aja yuk," ajak Ali. Ruby mengangguk keduanya pergi meninggalkan Aldino dan Aurel.
Keduanya nampak canggung. Aurel juga bingung harus gimana."Lagi ngapain Rel?" tanya Aldino mencairkan suasana.
"Eum, ini lagi bantuin Ali desain undangan pernikahannya," ujar Aurel. Aldino mendekat untuk melihat lebih jelas.
Jarak keduanya begitu dekat. Bahkan indera penciuman Aurel di penuhi dengan wangi parfum Aldino.
"Bagian ini lebih bagus warna gold sih," ujar Aldino memberi saran.
Aurel sadar dari lamunannya. Ia mengangguk, dan mulai menganti bagian itu dengan warna gold.
Tanpa sadar, keduanya larut dalam susana. Saling memberi ide dan saran.
Setengah jam berlalu, mereka telah menyelesaikannya.
"Gimana kak udah selesai?" tanya Ali.
"Udah dong," jawab Aurel dengan bangganya.
"Wow Bagus juga," ujar Ali.
"Gimana sayang? Kamu suka gak?"
"Suka kok. Bagus banget, makasih ya Kak," ucap Ruby kepada Aurel. Aurel hanya mengangguk.
"Besok sekalian cetakin, ya kak. ""Ha? Gue gak salah dengar?" ujar Aurel.
"Enggak. Soalnya besok gue sama Ruby mau lengkapin berkas-berkas sama data-data ke KUA," jawab Ali dengan entengnya.
Aurel menatap Ali sebal. Ya memang besok ia libur. Tapi kan, waktu libur itu ingin di gunakan Aurel untuk memanjakan tubuhnya.
"Gimana kalau Nak Aldino temani Aurel?" ujar Mama Aurel. "Ma... "ujar Aurel.
"Nak Aldino bisa kan?" ujar Mama Aurel kepada Aldino."Bisa kok Tan," jawab Aldino sembari tersenyum, Aldino juga melirik Aurel.
"Al, kalau lo sibuk gak usah gak pa-pa kok," ujar Aurel.
"Enggak kok Rel, santai aja," jawab Aldino.
Aurel terdiam, memikirkan semua ini. Tapi bukannya bagus? Ia akan lebih dengan Aldino?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments