"Maaf bi, aku kenapa bi?" tanya Nur binggung.
Dirinya tadi tak sengaja mendengar obrolan bibi dan pamannya itu. Mereka sedang membicarakan dirinya. Nur tak menyangka jika akan di sambut dengan kekesalan bibi nya itu.
"Sudah jangan curi dengar kau, sana pergi cari uang sana, cari uang yang banyak buat aku makan," bentak Mala
"Ya Tuhan dek, kenapa kau tega dengan Nur dek, sudah Nur jangan dengarkan bibi mu itu," ujar Nono
"Akh kau ini apaan sih, sudah sana pergi Nur, awas kau ya kalau pulang tak bawa uang banyak, aku tak mau tahu, terserah kau mau jual diri atau apa, yang jelas aku mau kau berikan aku uang 100 rb malam ini," seru Mala kejam
"Ya bi," ujar Nur pelan.
"Apa kau bilang apa, bicara yang kuat jangan pelan seperti itu," ujar Mala sambil mencengkram mulut Nur kuat.
"Sudah dek, sudah kasihan dia," tegur Nono
"Diam kau bang, aku sudah menahan rasa kesal ku ini dari semalam tahu bang, kau sih tidur saja, jadi tidak tahu apa yang terjadi," seru Mala sambil menghempas kan mulut Nur kuat.
"Ada apa sih dek, jangan kasar begitu, kasihan dia, Nur sudah pergi kerja pagi pagi buta demi cari uang untuk mu dek, kau bukan nya perhatian pada nya, kau tanya kek apa dia sudah makan atau apakah dia capek, ini malah kau marah marah pada nya,"
"Kau itu enak bicara seperti itu, kau tak tahu kan kemarin sore kakak kau itu datang dengan anak kesayangan nya itu si Angga,"
"Hah, kakak ku datang, mau apa mereka?"
"Mau apa kau tanya, mereka biasa nya mau apa, ya mau melabrak si Nur ini, kata nya dia cuekin angga saat dia memanggilnya untuk main bersama," ujar Mala sambil menoyor kepala Nur kuat.
"Hmm, benar begitu Nur?" tanya Nono pelan.
"Ya bi, ya paman, kemarin saat aku mau beli rujak untuk bibi aku di panggil oleh nya, tetapi tanpa sebab dirinya menampar ku, maka nya kemarin aku lama membeli rujak untuk bibi," cerita Nur
"Ya ampun kau di tampar oleh anak manja itu, apa kau tidak apa apa nak?" tanya Nono kuatir.
"Ah jangan lebay begitu, kau kan tidak buta, itu dia tidak apa apa, hanya pipi nya saja yang merah," ujar Mala cuek
"Ya ampun dek, kau ini ya,"
"Terus kenapa si Angga itu sampai mengadu pada mama nya itu, padahal kan kau yang di tampar oleh nya?" tanya Mala kesal
"Oh itu, saat Angga memaksa aku untuk main, ada Boy yang membela ku bi, lalu saat aku menuju ke warung bi Sur, dia juga memanggil ku tetapi tidak aku gubris karena aku sudah sangat terlambat, bibi kan tahu jika aku terlambat gaji ku akan di potong oleh bi Sur," ucap Nur menunduk
"Oh begitu, lalu kau di potong berapa gara gara keterlambatan mu itu?" tanya Mala
"Ehm, tidak ada bi, karena kebetulan kemarin warung bi Sur sangat ramai dan bi Sur juga sedang ulang tahun jadi sebagai hadiah nya bi Sur tidak memotong gaji ku bi,"
"Syukur deh gaji kau tak di potong olehnya, pantas saja uang yang kau kasih ada lebih nya, apa kau tidak mengambil atau menyembunyikan uang ku ini," bentak Mala
"Eh tidak bi, aku tidak berani, aku memang dapat lebih bi, itu semua hasil kerja ku kemarin,"
"Bagus, kau memang anak baik, lalu mana bayaran mu di warung nasi uduk pagi ini," pinta Mala
"Ini bi, dan ini nasi kuning 3 bungkus dari bibi Siti," ujar Nur sambil memberikan 15 ribu upahnya pagi ini dan 3 bungkus nasi kuning.
"Oh, ok, ayo bang kita makan mumpung Nur membawa nasi kuning untuk kita,"
"Nak, ayo makan juga bareng paman dan bibi," ajak Nono
"Eh, enak saja, tidak tidak nasi kuning ini 2 bungkus untuk ku," ujar Mala serakah
"Ya ampun dek, Nur itu belum makan dek, kasihan dia,"
"Kasihan, kasihan, biarin saja, Hai Nur, buatkan aku dan paman mu teh manis sana, kau buat teh manis saja, itu masih ada nasi sisa kau buat sambal terasi saja,"
"Baik bi," ujar Nur pelan
"Oh ya, kau makannya di dapur saja, tak usah kesini, habis itu kau beres beres rumah, lalu kau pergi lagi sana cari uang yang banyak," perintah Mala.
"Tapi bi, apa aku boleh ijin bareng sehari bi, badan ku sudah tak enak rasa nya, " ujar Nur pelan
"Apa, kau minta libur, enak saja, kau pikir kau siapa putri apa, tidak, tidak ada, kau harus kerja, aku ingatkan pada mu, jangan perna sekali pun kau bermimpi untuk istirahat bareng sehari ya, aku tak suka, sudah sana pergi, ganggu selera ku saja," usir Mala
Nur melangkah pelan kearah dapur. Nono memandang iba pada keponakan nya itu, dirinya ingin menolong Nur tetapi apa daya dirinya sudah tak dapat berbuat apa apa. Mala tak merasakan rasa iba pada Nur yang ada dirinya merasa jijik padanya.
"Huu, dasar anak pembawa sial, enak saja mau istirahat, memangnya mau makan apa jika dia tidak kerja," gumam Nur kesal.
"Ya ampun jangan seperti itu, kasihan dia, apa kau tidak berfikir jika dia benar benar sakit, apa bukan kau juga yang sibuk dan mengeluarkan uang untuk obat Nur ya dek, jangan lah kau siksa dia dek," ujar Nono yang berhasil membuat Mala terdiam memikirkan apa yang dikatakan oleh suaminya itu
"Hmm, benar juga ya, apa yang di ucap kan oleh bang Nono, bisa bisa aku yang repot dan susah jika anak itu sakit," batin Mala
Di Dapur, Nur memasak air sambil menangis, dirinya merasa rindu pada kedua orang tua nya. Dirinya teringat akan kenangan manis kedua orang tua nya. Padahal Nur sudah berjanji tidak akan mengingat almarhum kedua orang tua nya yang sudah lama meninggal itu
"Mama, papa, aku kangen dengan kalian, aku rindu dan kangen pelukan kalian," gumam Nur sambil menangis
"Aku sangat menderita disini, aku sudah tak tahan ma, aku ingin ikut kalian ma, pah," tangis Nur
"Hai Nur, cepat, mana teh nya, ini paman mu sudah kehausan," teriak Mala.
Cepat cepat Nur mengelap air mata nya yang menetes deras di kedua pipinya. Dirinya membuat teh manis untuk paman dan bibi nya. Tak terkecuali untuk dirinya sendiri.
"Ini bi, tehnya," ujar Nur dengan menunduk
"Hmm," Seru Mala tanpa memperdulikan Nur.
"Hai tunggu nak, apa kau habis menangis?" tanya Nono saat melihat mata sembab Nur.
"Akh tidak paman, ini karena asap kompor yang tadi di pakai paman," ujar Nur sambil tersenyum
"Apa kau pakai tungku lagi untuk memasak air nak?" tanya Nono.
"Hmm, ya paman, bibi tak mengijinkan ku untuk memakai kompor gas," ujar Nur takut
"Apa?, Ya ampun dek kau ini kelewatan banget ya, kenapa kau melarang Nur untuk menggunakan kompor gas, kau benar benar ya dek,"
"Biarin saja bang, biar dia merasakan jadi orang susah jadi ingat tahu diri jika dia sekarang bukan seorang putri lagi," ujar Mala tak perduli
"Tapi dek, bukan ini maksud kakak ku menitipkan Nur ke kita, aku merasa bersalah pada kakak ku," ujar Nono sedih
"Akh kau ini, biarin saja, biar dia tahu diri bang dan ingat jika dia bukan lagi seorang putri yang manja, sudah kau jangan sedih sedih seperti itu, ingat bang, mereka sudah mati bang," seru Mala kesal.
"Kau kelewatan dek, kau sudah berubah, kau kan tahu jika kakak ku itu meninggalkan," ujar Nono yang langsung di potong oleh Mala.
"Hai Nur pergi kau dari sini, cepat kau makan nasi mu itu lalu kau pergi kerja, cari uang sana jangan hanya pintarnya cari masalah saja, kau senang ya, jika bibi dan paman mu ini ribut terus gara gara kau," teriak Mala.
"Tidak bi, tidak aku tidak bermaksud seperti itu, maaf bi,"
"Sudah sana, pergi kau," usir Mala sambil melempar piring yang di pegang nya
Prang, Pring itu pun pecah di dekat kaki Nur. Nur yang terdiam melotot shock tak percaya bibi nya bisa melakukan hal itu pada nya. Nono pun melotot marah melihat kelakuan bar bar istri nya.
"Ya ampun kau ya dek, kau benar benar makin jadi pada Nur, apa kau tak sadar jika dia yang sudah mengangkat derajat kita dek, apa kau lupa dulu kita hanya makan pakai sambel terasi dan ikan asin saja, untuk beli perabotan mahal seperti orang lain pun kita tak sanggup, tapi karena uang tabungan dari kakakku dan rumah yang kita sewakan itu, hidup kita tercukupi seperti ini dek, tapi kau tak puas, semakin serakah, sampai sampai kau harus menyuruh keponakan ku itu bekerja dari pagi buta ke pagi buta lagi tanpa istirahat dan makan, dimana otak mu dek, dimana, mana Mala ku dulu yang sangat penyayang itu, mana dia," teriak Nono putus asa
"Sudah, sudah kau ngoceh dan teriaknya bang, baik sekarang giliran ku, apa kau tak sadar dan tak mengaca, lihat kondisi mu sekarang bang, lihat, apa kau bisa berjalan, apa kau bisa mencari nafkah untuk ku bang, apa bisa, bisa bang," teriak Mala
"Ya dek, aku memang cacat, aku tidak bisa memberi mu nafkah lagi, tapi tidak dengan menyiksa dan memanfaatkan Nur dek, uang yang diberikan kakak ku lebih dari cukup untuk kita makan bertiga, kau malah memaksanya bekerja untuk kau makan,"
"Hah, apa kau bilang bang, uang itu cukup, cukup dari mana bang, aku itu butuh refreshing bang, butuh perawatan ke salon seperti ibu ibu yang lain, butuh pakaian bagus, dan kendaraan yang bagus juga, jadi untuk aku makan ya dari anak sialan itu, dia harus bertanggung jawab lah, masih untung aku mau mengurus nya," teriak Mala kesal
"Kau ingat ya bang, kau itu sudah cacat sudah menjadi orang yang tak berguna, jadi kau diam saja, jangan banyak omong, kau saja tak bisa memberi ku kehangatan lagi, jangan kan nafkah lahir, nafkah batin pun kau sudah tak sanggup, mati saja kau bang," bisik Mala.
"Ya tuhan dek, sungguh tega nya kau dek, kau sudah silau akan harta dek," ujar Nono kaget
Plakk, Mala menampar dan mendorong tubuh Nono sampai tubuh Nono terjatuh dari kursi roda nya. Mala mendengus kesal sebelum dirinya pergi ke luar. Nur yang mengintip dari dapur sangat terkejut melihat bibi nya berbuat kasar pada pamannya itu.
"Paman, paman tak apa apa?" tanya Nur setelah melihat Mala pergi dari rumah.
"Hmm, tolongin paman nak," jawab Nono sambil menahan sedih.
"Maafkan Nur paman, gara gara Nur paman menjadi seperti ini, maafkan aku paman," tangis Nur
"Tidak nak, ini bukan salah mu, ini semua karena bibi mu yang sudah sangat berubah dan silau akan harta, dia sudah sangat berubah, dia bukan istri ku yang ku kenal," ujar nya
Saat Nur mencoba membangunkan dan mendudukkan paman nya kembali ke kursi roda. Dari arah pintu datang tetangga mereka, Wawan yang merupakan tetangga dan sahabat Nono. Dengan terburu buru dirinya masuk tanpa salam.
"No, no, no," panggil Wawan kuat
"Eh Nono, kau kenapa?" tanya Wawan saat melihat Nur kesusahan untuk mengangkat badan paman nya itu.
"Kau jatuh dari kursi roda, bagaimana bisa, Nur apa yang terjadi pada paman mu ini?" tanya Wawan penasaran
"Eh anu, om, anu," jawab Nur gugup
"Itu wan, aku jatuh karena ada barang di bawah, jadi aku tak lihat terus aku jatuh deh," jawab Nono sambil memberi kode pada Nur untuk tidak memberi tahu yang sebenarnya pada Wawan
"Oh begitu." Wawan melihat sekeliling yang benar benar berantakan, meja makan yang berantakan dan ada pecahan piring di sudut dekat pintu dapur.
"Hmm, seperti nya Nono menyembunyikan sesuatu pada ku, seperti nya tadi si Mala itu yang mendorong Nono dan membuat rumah ini berantakan," batin Wawan mengira ngira
"Nak, tolong kau bersihkan pecahan beling itu dan meja ini ya, awas hati hati ya," pinta Nono.
"Ya paman," ujar Nur.
Nur dengan sigap membersihkan dan merapikan semua nya. Nono yang merasakan sakit di paha nya hanya bisa menahan rasa sakit itu tanpa berani untuk memberi tahu kan hal itu pada Nur dan Wawan. Wawan melihat Nur begitu ikhlas menjaga Nono, merasa terharu akan anak itu.
"Hai wan, kau mau apa kesini, kenapa kau malah bengong seperti itu?" tanya Nono.
"Eh ya, lupa aku, sangking merasa bahagia nya melihat kehadiran anak itu di hidup mu kawan, karena dia membawa rejeki buat keluarga kalian," ujar Wawan yang membuat Nono semakin sedih
"Ya wawan kau benar," ujar nya sedih
"Hai kawan, kenapa kau sedih, ada apa kawan, coba cerita pada ku kawan,"
"Aku hanya merasa sedih wan, aku sedih sekali," ujar Nono yang terputus oleh kehadiran Nur.
"Maaf paman, apa paman sudah bisa aku tinggal sendiri, rumah dan dapur juga sudah aku bereskan paman, air minum dan makanan paman juga sudah aku siapkan di meja dan di kamar,"
"Ya nak, paman sudah bisa kau tinggal, terima kasih," ujar Nono.
"Baiklah kalau begitu, aku tenang meninggalkan paman di rumah, aku harus ke warung mie ayam dulu paman, ini sudah jam nya aku pergi," pamit Nur.
"Nak, apa kau tak bisa ijin barang sehari dua hari nak, lihat tubuh lelah mu itu nak, nanti kau sakit nak," ujar Nono prihatin
"Tidak paman, aku tak apa apa, nanti bibi Mala marah lagi, aku tak mau kalian bertengkar karena aku paman," ujar Nur sambil mencium tangan Nono dengan khusuk
Nur pun tak lupa berpamitan pada Wawan. Wawan yang masih bujang itu merasa terpesona dengan Nur. Selain sangat cantik, Nur pun sangat baik dan perhatian.
"Hai wan, kenapa kau lihat keponakan ku seperti itu, mau aku colok biji mata mu dengan ini," ujar Nono marah melihat Wawan yang tak berkedip melihat Nur
"Hehe, maaf No, aku hanya merasa kagum dengan Nur, seandainya saja," ucap Wawan yang langsung di potong oleh Nono.
"Seandainya apa, hah, kau ini ya, tua Bangka tak tahu diri, ingat dia itu keponakan ku wan, keponakan ku yang baik," ujar Nono sedih
"Maafkan aku kawan, aku hanya bercanda," ujar Wawan
"Tolong kau jangan menambah beban hidup ku wan, aku sudah tak bisa menjaga nya di luar sana, setiap malam aku selalu tak bisa tidur menunggu dirinya pulang kerja yang selalu pulang dini hari, aku sudah tak ada guna nya wan, benar kata Mala, aku hanya mayat hidup," tangis Nono pecah
"Apa maksud mu No, apa?" tanya Wawan
Nono pun tak kuat menahan beban di hatinya. Dirinya menceritakan apa yang terjadi pada dirinya dan keluarga nya. Bagaimana sikap Mala kepada Nur dan bagaimana Nur harus kerja dari pagi ke pagi lagi tanpa makan.
"Aku, aku tak bisa buat apa apa wan, aku lemah, aku tak bisa melindungi keponakan ku yang sudah mengangkat derajat hidup ku wan," tangis Nono
"Mala benar benar kelewatan no, dia mengambil keuntungan dari Nur, dia tak berfikir Nur sudah beranjak menjadi seorang gadis, dan dia harus pulang malam seorang diri. Dan dia pula harus membiayai makan Mala, dasar wanita iblis benar Mala itu," ujar Wawan marah
"Itu lah wan, aku harus bagaimana, tidak ada yang tahu kebusukan Mala wan, dia sangat pintar bersandiwara di depan para warga," ujar Nono bingung
"Oh ya No, lalu uang tunjangan kau siapa yang pegang?" tanya Wawan
"Ya, dia juga wan, dia yang memegang semua nya,"
"Pantas saja kalau begitu, benar kalau begitu apa yang aku lihat tadi," seru Wawan
"Hah, apa yang kau lihat wan apa?"
"Tidak bukan apa apa, baiklah No, mulai saat ini, aku yang akan menjaga anak mu itu di luar sana, mana jadwal dia kerja itu, biar aku enak menjaga nya," ujar Wawan
"Bukannya kau harus kerja wan, bagaimana dengan usaha mu?" tanya no
"Kau tenang saja kawan, aku ini boss, aku bebas mau kerja atau tidak,"
"Terima kasih, terima kasih ya wan, kau memang sahabat ku terbaik," tangis Nono
"Sudah kawan sudah, aku yang terima kasih karena kau, aku masih hidup, aku yang berhutang nyawa pada mu, oh ya, ini ada sedikit rejeki untuk mu, jangan kau berikan Mala, simpan baik baik,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments