Biarkan Aku Bahagia, Tuhan
"Nur," panggil Angga kepada Nur yang dilihatnya sedang berjalan melewati nya
"Ya Angga, ada apa?" tanya Nur.
"Kau mau kemana?, aku mau kau temani aku main," perintah nya.
"Tapi Angga, aku harus pergi, aku sedang di suruh oleh bibi Mala," ujar Nur.
"Tidak, tidak ada tapi tapian, aku paling tidak suka di tolak, atau aku akan memberitahukan hal ini pada mama ku, kau tahu kan jika mama ku paling tidak suka kau menolak permintaan ku," Ancam nya pada Nur.
"Ya, aku tahu Angga, bude akan menghukum ku, tetapi aku mohon, biarkan aku pergi dulu," tolak Nur
"Aku janji akan kembali kesini secepatnya dan bermain dengan mu," saran Nur.
Plakk, Angga dengan kejam menampar Nur di depan para teman yang lainnya. Nur meringis dan menahan sakit pada pipi nya. Yang lainnya tertawa melihat perilaku Angga pada Nur.
"Wow, kau hebat sekali Angga, kau berani menampar Nur," ujar Mumun.
"Ya berani lah, dia itu perempuan bodoh dan sombong," seru Angga ketus.
"Ya ampun Angga kau ini ya, kau itu lelaki atau bukan sih?, kenapa harus main tangan seperti itu pada Nur, kasihan tahu," seru Boy tidak suka.
"Nur, sudah kau pergi sana, jangan hiraukan si Angga ini," ujar Boy meminta Nur untuk pergi dari tempat mereka berada.
"Tapi kak," tanya Nur takut.
"Kau jangan takut Nur, urusan Angga biar aku saja yang urus, dia memang hanya ingin melihat kau di siksa oleh bibi mu itu," ujar Boy lagi.
"Dasar jelek, kurang ajar, berani berani nya meminta bantuan Boy, Boy juga sih kenapa pula menyuruh Nur untuk pergi dari sini," gumam Angga kesal.
"Terima kasih kak," ujar Nur lega.
"Hai Nur, kau mau kemana?" teriak Angga saat melihat Nur akan pergi dari hadapan nya.
"Hai Angga, lepaskan dia, kasihan dia, kau ini hanya ingin melihat dia di siksa oleh bibi mu itu kan," seru boy kesal.
"Akh kau ini Boy, ikut campur saja," gerutu Angga kesal.
"Ya kau ini tidak asyik sekali Boy," ujar Mumun kesal.
"Diam kau mun, kau tidak usah ikut campur," bentaknya pada Mumun
"Awas kau ya Nur, aku adukan kau pada mama," ujar Angga dalam hati.
"Ya Tuhan, kasihan nya Nur, dia selalu saja salah, mana dia tidak perna main seperti kami," batin Boy merasa kasihan pada Nur
Mala yang mempunyai dendam pada kedua orang tua Nur hanya dapat melampiaskan nya pada Nur yang seorang anak yatim piatu itu. Nur tidak tahu jika Mala mengasuh nya hanya untuk menyiksa nya demi melampiaskan dendam nya itu. Nur sudah menganggap Mala dan Nono sebagai pengganti kedua orang tua nya.
Nur sudah berjanji dalam hati nya dirinya akan selalu berbakti pada keluarga Nono. Nono yang lumpuh karena kecelakaan itu sudah menganggap Nur sebagai anak kandungnya sendiri. Sangat jauh berbeda dengan sang istri yang begitu benci pada Nur.
"Mana anak sialan itu, kenapa lama sekali, di suruh beli pecel di bi Ija saja lama sekali," gerutu Mala kesal.
Dirinya bolak balik menahan rasa lapar. Sudah hampir sejam lebih Nur pergi keluar untuk membeli pecel tetapi sampai saat ini belum juga kelihatan batang hidungnya. Nono melihat tingkah istrinya yang seperti setrikaan itu menjadi kesal di buatnya
"Hai Mala, kenapa pula kau bolak balik seperti gosokan saja, pusing tahu tidak kepala abang," bentak Nono.
"Akh abang ini loh, aku tuh sedang nunggu si Nur datang," seru Mala kesal
"Kenapa pula kau menunggunya, bukannya biasanya dia itu sedang kerja ya?" tanya Nono.
"Ya, seharusnya dia kerja di mie ayam depan, tapi hari ini warung mie ayam nya tutup, jadi daripada dia nganggur ya aku suruh saja dia beli pecel buat aku bang, lapar aku,"
"Hah, kai suruh Nur beli pecel, bukannya tadi dia sudah beli nasi rames buat kita dek?" tanya Nono lagi.
"Ya bang, tuh nasi nya masih ada, malas aku makan pakai lauk itu, tidak selera aku," ujar Mala lagi.
"Ya ampun dek, Nur itu sudah capek capek beli nasi rames itu, mana beli nya pakai uang hasil kerja dia lagi," ujar Nono sedih.
"Akh abang nih, sudah diam aja, kau kan sudah tidak bisa cari uang, sudah jangan ikut campur," ujar Mala pada suaminya itu.
"Ya dek, aku memang tidak bisa cari uang lagi karena kaki lemah ku ini, tapi abang mohon jangan juga kau jadikan Nur itu sebagai tulang punggung keluarga kita dek, kasihan dia,"
"Akh abang ini, kasihan, kasihan, biarkan saja, dia itu tidak sedarah dengan aku bang, masa bodo dengan hidup dia yang penting aku bisa makan enak," ujar Mala tak tahu malu.
"Ya ampun dek, kenapa kau jadi seperti ini, dia tetap saja anak kecil dek, jika si mawar hidup mungkin usia nya sama dengan Nur," ujar Nono sedih.
"Akh abang ini, sudah kau jangan ungkit ungkit si Mawar lagi, sudah tenang dia disana, tidak merasakan sakit dan kelaparan lagi," ujar Mala sedih.
"Ya dek, tapi apa kau tidak bisa menganggap Nur seperti anak mu dek, abang hanya merasa kasihan pada nya," pinta Nono pada istrinya itu.
Mala mengerutkan keningnya, heran dengan permintaan suaminya itu. Nono yang melihat gelagat tidak suka istrinya itu merasa semakin sedih dan tak berguna. Mala menggeleng cepat kepada suaminya itu.
"Tidak bang, tidak ada sedikit pun rasa kasihan pada nya, aku masih sakit hati bang, sampai aku mati rasa sakit ini akan ku bawa," seru Mala marah
"Ya ampun dek, kau jangan seperti ini dek, Nur tidak bersalah, dia tidak tahu apa apa," ujar Nono sedih.
"Tapi tetap saja, gara gara si sok kaya itu, anak kita mati bang, mawar kita mati karena dia tidak mau menolong kita, kau masih ingat bang apa yang dilakukan nya pada kita, aku tidak akan bisa melupakan perlakuan dia pada kita," ujar Mala sedih mengenang masa lalu nya itu..
"Ya dek, tapi Nur kan bukan dia dek, sadar dek, sadar kalau yang kau lakukan itu salah, tolong dek," pinta Nono
"Tidak, aku tidak mau, aku mau lihat anak itu menderita bang, seperti yang aku rasakan," teriak Mala.
"Anak siapa bi?, kenapa harus menderita?" tanya Nur tiba tiba
Mala yang menatap Nur yang datang tiba tiba itu. Sekilas melihat sosok wanita yang di benci nya. Mala semakin membenci Nur saat melihat dirinya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments