Keluarga Harvey yang mendengar tuntutan dari keluarga Virgi berkumpul saat mendiskusikan masalah yang menimpa putra semata wayang mereka.
Kakek Harvey, Papa dan Mama Harvey yang berasal dari keluarga berada sebenarnya keberatan putra mereka satu satunya menikah apalagi di usia yang masih sangat muda.
" Harvey baru 17 tahun Pa...Masak dia menikah ..." Mama Harvey mengutarakan keberatannya.
" Habis bagaimana lagi... Sudah terlanjur terjadi... Dan juga ketahuan oleh public...Nama baikku bisa tercoreng jika Harvey lari dari tanggung jawab. Bisa bisa rekan bisnisku pada membatalkan kerjasama ... anaknya saja seperti itu apa aku bisa di percaya...Dan lagi jika menolak, Harvey bakal di tuntut dan di penjarakan dengan tuduhan perkosaan...Bisa hancur kita..." ucap Papa Harvey yang notabene seorang pengusaha sukses.
" Tapi gadis itu... Aku rasa dia bukan wanita baik baik... Paling dia cewek matre ... Dia mendekati anak kita karena anak orang kaya..." kata Mama Harvey lagi.
" Jangan asal ngomong...Bapaknya gadis itu pengacara... Dia juga bukan orang sembarangan...Sudahlah...kita tidak punya pilihan..Biar saja mereka menikah..." tegas Papa Harvey.
" Lalu sekolah mereka bagaimana..."
" Ya sudah...putus sekolah...Biar dia tanggung jawab sendiri atas perbuatannya..." sahut Papanya.
" Harvey mengurus diri sendiri saja tidak bisa bagaimana mengurus istri di usia semuda itu..."
" Pokoknya biar mereka menikah dulu...bagaimana kelanjutannya kita pikirkan nanti saja..Aku tidak mau terjerat masalah hukum " kata Papa Harvey lagi.
.
.
.
.
Dan akhirnya Pernikahan antara Harvey dan Virgi pun terjadi. Pernikahan dadakan dan tertutup yang hanya di hadiri oleh keluarga dekat.
" Untung tahun ini usia Bocah itu sudah masuk 18 jadi bisa menikah secara legal...kalau belum cuma bisa ijab siri kamu sama dia " ucap Papa Virgi pada Virgi yang hanya bisa menunduk.
" Itu sebuah keberuntungan...Pernikahan nya sah dimata hukum.... Tapi lihat sikap keluarga mereka, apa kau yakin anak kita akan bahagia hidup bersama mereka...Mereka semua kelihatan sinis begitu..." kata Mama Virgi yang memperhatikan ekspresi raut muka Harvey dan keluarganya.
" Biarkan saja... Itu pilihan Virgi...Biar dia tanggung sendiri . Salah siapa tak menurut kata orang tua...malah berbuat amoral di kamar mandi dengan pemuda itu..." Papa Virgi yang kaku pun tak mau toleran dengan putri yang membuatnya malu itu.
Harvey mengucap ikrar pernikahannya dengan terpaksa, ia sampai salah ucap dan harus mengulanginya berkali kali hingga akhirnya ia berhasil juga. Dan sesudahnya ia memakaikan cincin pernikahan di jari manis Virgi. Namun tak ada ekspresi bahagia ataupun senyuman manis di sana. Ia nampak terpaksa dengan semuanya.
" Kami titip putri kami.." ucap Papa Virgi sambil berjabatan tangan dengan besannya. Papa Harveypun tersenyum dan mengangguk meski sangat kentara sekali jika itu di buat buat. Mereka juga terpaksa .
.
.
.
.
Virgi ikut masuk ke mobil yang membawa dirinya masuk ke rumah keluarga besar suaminya. Ia menatap sendu kedua orang tuanya yang mengantar kepergiannya.
Dan begitu sampai di rumah keluarga Harvey , hanya Kakek Harvey yang menyambutnya dengan senyum tulus. Sedang Harvey langsung pergi meninggalkannya ikut bersama kedua orang tuanya menuju ke sebuah ruangan untuk mendiskusikan sesuatu.
" Anggap saja di rumahmu sendiri cucuku.." Kakek Harvey yang sakit dan duduk di kursi roda dengan di temani seorang suster.
" Terima kasih Kakek..." ucap Virgi.
" Antarkan dia ke kamarnya..." kata Kakek Virgi pada pembantu rumahnya.
" Baik Tuan Besar..." Seorang pembantu membantu membawakan koper barang barang Virgi dan membawanya menuju ke sebuah kamar.
" Kenapa kamar ini...Kamar Harvey kan di sana..." tanya Virgi saat pembantu mengantarnya ke kamar lain bukan kamar suaminya yang dulu pernah ia masuki bersama Harvey dulu.
" Maaf Nona...Eh Nyonya Harvey.. Nyonya Besar menyuruh kami menyiapkan kamar lain untuk Nyonya..."
" Jadi...Aku tidak tidur sekamar dengan suami ku ?" tanya Virgi shock. Awal masuk saja ia sudah tidak mendapat sambutan hangat sekarang justru di pisahkan pula dari suaminya. Kehidupan macam apa yang akan ia jalani di tempat tinggal barunya itu.
" Silahkan masuk Nyonya..." Pembantunya itu mempersilahkan Virgi masuk ke kamar tamu mewah yang di siapkan untuknya.
.
.
.
Jadi begini ya.... Masuk dengan cara tidak baik ...Sambutannya juga buruk...
Ah sudahlah...aku harus sabar... Yang penting suami ku tetap baik padaku....
.
.
Virgi mengambil hp nya dan mengirim pesan pada Harvey.
.
.
'Sayang..... Kamar kita di pisah?'
.
.
Dan dalam waktu sekejab saja centang biru tanda pesan telah terbaca terlihat. Pertanda Harvey telah membaca pesannya. Namun setelah itu Harvey malah langsung offline tanpa memberikan balasan pesannya.
.
.
Ya Tuhan....suamikupun juga dingin padaku...Dia mengacuhkanku...
.
.
Virgi begitu bersedih . Harvey acuh lagi padanya. Dunia mimpi yang baru saja di raihnya rasanya fana. Nyata ada tapi tak tergenggam seperti fatamorgana.
.
.
.
.
.
.
.
.
Untuk beberapa hari Virgi mendapat perlakuan sama. Baik dari Kedua orang tua Harvey dan juga Harvey. Mereka semua mengacuhkannya. Mereka hanya berkumpul sesaat saat sarapan pagi dan makan malam. Kedua orang tua Harvey sama sama sibuk di perusahaannya. Sedang Harvey setelah sarapan ia mengurung diri di kamarnya. Kadang bermain game dan kadang juga cuma membaca buku. Atau sekedar tiduran.
Sedang dirinya juga sama , ia yang sudah tidak sekolah lagi bingung harus melakukan apa di rumah mertuanya itu. Semua sudah ada yang mengurus , memasak ,mencuci , membersihkan rumah sudah ada yang melakukannya.
.
.
.
Apa aku kerja saja... Tapi kerja apa... SMA tidak lulus...Ijazah tidak punya...bisa dapat pekerjaan apa...
Suamiku juga mengacuhkanku... Lalu apa aku harus diam mengurung diri di kamar saja...
.
.
.
' *Tidak....ini tidak boleh terjadi...kalau cuma diam...hidupku akan suram...aku harus mengubahnya*...' Virgi pun membulatkan tekadnya.
Virgi pun bangkit dari ranjangnya dan pergi menuju ke kamar Harvey. Kebetulan kamar Harvey tidak di kunci sehingga ia bisa langsung masuk begitu saja.
" Harvey..."
" Aaa..." Harvey begitu kaget saat Virgi memasuki kamarnya apalagi ia barusaja keluar dari kamar mandi dan memakai handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya saja.
Virgi kaget dan langsung berbalik. Ia masih malu melihat tubuh terbuka suaminya karena baru beberapa kali ia melihat tubuh polosnya.
" K...kenapa kau tiba tiba kemari...Dan sejak kapan kau di situ...Apa kau mendengar yang kulakukan tadi..." Harvey nampak panik entah karena apa.
Mendengar kepanikan Harvey , Virgi tiba tiba ingin berbuat usil padanya.
" Kau tadi ngapain hayooo..." Virgi mulai usil sambil berbalik dan mulai mendekati suaminya.
" A...a..a... Apa sih..." Harvey panik dan melangkah menjauh menuju ke lemari pakaiannya.
" Harveeyyyy..." Virgi pun mengikutinya dengan suara manjanya. Ia ingin sekali menggoda Harvey.
" Jangan jangan kamu main sendiri ya..." tebak Virgi nakal sambil memeluk tubuh polos suaminya dari belakang.
Harvey terdiam dengan mata membulat. . Untuk sesaat lamanya ia berdiri mematung di depan kaca lemari bajunya. Melihat bayangannya sendiri yang terpantul di sana. Ada rasa rindu saat jemari lembut tangan Virgi menyentuh dan memeluk tubuhnya. Dan itu cukup membuatnya teringat kembali pada saat saat panas percintaan mereka dulu.
" Kamu kan libidonya tinggi... Jangan jangan benar kamu main sendiri ya tadi di kamar mandi..." tebak Virgi.
Harvey menghembuskan nafas dengan kasar dan kemudian meraih tangan Virgi yang masih merekuh erat tubuhnya. Dan kemudian ia berbalik dan menatap Virgi dengan tajam.
" Ya..." Harvey pun akhirnya mengaku juga.
" Hah ?...Serius?..Jadi tebakanku benar...Astaga..."
" Apa kau tahu Virgi... Kepalaku ini isinya cuma kamu...Bayangan bayangan erotis saat bersamamu... Otakku Tubuhku semua mengingat dengan baik dirimu..Kau bermain main di pikiranku.... Lalu apa yang harus ku lakukan jika aku senantiasa terbayang olehmu sedang keadaan memaksaku tak boleh bersamamu..." ucap Harvey sambil menatap Virgi dengan tajam.
Virgi ternganga. Jadi Harvey merasakan semua itu dan itu di tahannya sendiri. Namun ucapan Harvey begitu menusuk di bagian akhirnya.
" Tak bisa bersamaku?....Kenapa...Bukankah kita sudah menikah?..." tanya Virgi heran.
" Orang tuaku tak suka aku bersamamu...
Mereka ingin kita berpisah...Karena itu aku harus acuh padamu..Sampai kau tak tahan dengan sikapku dan meminta perpisahan...."
Virgi benar benar terkejut dengan penuturan suaminya itu. Ia begitu shock mendengarnya. Ternyata selain setengah hati menerima dirinya sebagai menantu , mereka juga mengharapkan dirinya berpisah dengan suaminya. Keluarga Harvey ternyata begitu sulit menerima dirinya menjadi menantu mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments