Kemelut Asmara
Kring!
Alarm terdengar nyaring sampai ke rongga telinga kanan ku, dengan sayup ku buka perlahan kedua mataku dan mengayunkan tangan kiri ku meraih jam weker di samping tempat tidurku.
Klik!
Dan ku letakkan kembali setelah membuat bunyi nyaring itu berhenti dengan sekejap dengan tangan kiri ku.
“Hoaammm.”
Ku singkirkan selimutku, dengan malas ku tarik tubuhku hingga ke posisi duduk sekarang. Ku seka rambut lalu ku ayunkan kaki ku dan bergegas menuju ke kamar mandi.
“Sial, mesti antri lagi.” gerutu ku.
“Woi, siapa di dalam!” Teriakku.
“Iya, sebentar lagi. Cuma mau pipi.” Teriak Creta dari dalam kamar mandi.
***
Wanita matang yang kini usia nya tiga puluh empat tahun. Sebut saja Rebeca, biasa dipanggil Rere. Kini hidup nya sebatang kara. Dia memilih meninggalkan rumah, sejak ayah nya tiada.
Rere bekerja di salah satu perusahaan yang menjual produk f&b. Rere hanya bekerja sebagai sales lapangan.
Selesai menyelesaikan ritual mandi nya, Rere kemudian bergegas bersiap berangkat kerja. Meraih satu helai kemeja dan celana jeans butut yang ia punya.
“Ah sial! Kenapa nggak cukup ya. Apa aku gemuk sekarang.” Mengenakan celana jeans nya seraya menatap cermin di hadapannya.
“Jiah! Mana rambut sudah mulai kribo juga.” Gerutunya.
Itu tanda nya, akan ada pengeluaran lebih di bulan depan guna menunjang penampilannya. Setelah siap, Rere meraih tas ransel nya dan mengayunkan langkah kaki nya meninggalkan kamar kos nya.
Sesampainya di kantor,
“Morning babe.”
Rere membaca pesan singkat dari laki-laki yang ia kenal sejak tiga tahun yang lalu. Kemudian ia membalas nya,
“Good night, babe.”
Perbedaan waktu enam jam tak menghalangi ketertarikan di antara kedua nya.
Pria ini bernama George. Rere mengenalnya melalui aplikasi chatting. Pria dewasa berkebangsaan Jerman yang usia nya dua puluh tahun lebih tua dari nya.
Namun saat pandemi covid melanda seluruh dunia, situasi itu membuat mereka tidak dapat lagi bertemu setelah pertemuan pertamanya tiga tahun yang lalu.
“Babe, when we have time to meet again?” Rere melanjutkan isi pesan singkat nya.
“I try, honey.” George membalas nya.
Rere mendengus kesal, karena bukan jawaban itu yang ia inginkan.
“Aku bosan, nggak ada kepastian.” Gerutu nya.
Rere kemudian mulai melanjutkan rutinitas nya di kantor sebelum turun ke lapangan. Bersama rekan sales yang lain.
Ia bersenda gurau dan membahas banyak hal mengenai pekerjaan. Tak lama kemudian owner meminta semua sales untuk berkumpul di ruang meeting.
Sang owner, Pak Iyan memulai meeting pagi ini. Mengevaluasi beberapa penjualan minggu ini.
Mulai membahas angka penjualan minggu ini dan memberikan beberapa pujian pada sales yang mampu mencapai target yang diharapkan Pak Iyan.
“Saya harap dalam minggu berikut nya dapat lebih ditingkatkan lagi untuk kandidat sales dengan angka penjualan yang belum sesuai harapan.” Ucap Pak Iyan.
“Baik, Pak.” Serentak semua menjawab.
“Dan untuk Rere, akan ada reward di akhir bulan jika penjualan mu semakin banyak.” Ucap Pak Iyan.
“Saya maksimalkan, Pak.” Jawa Rere.
“Oke, silahkan kembali bekerja. Semangat!” Ucap Pak Iyan lagi.
Hari mulai menjelang sore, seperti biasa pukul empat sore para karyawan di luar kantor harus sudah kembali ke kantor.
Rere kemudian berjalan mendekat ke bagian pembuat invoice. “Mbak, yang untuk katering ini kenapa belum dikirim?” Tanya Rere dengan sedikit kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments