Nadir

...****************...

Februari 2018, di sekolah ...

Terdengar dari kejauhan riuh nyanyian di dekat kantin. Kebetulan itu hari sabtu yang kosong karena guru ada rapat dengan kepala sekolah sehingga hari tersebut banyak kelas yang kosong pelajarannya.

"Bukan seikat bunga atau puisi dan juga kalung hati ...," terdengar lantang nyanyian jamrud tersebut Putra Dan teman-temannya bernyanyi bersama-sama dengan jumlah siswa sekitar 15 siswa dari berbagai kelas IPA dan juga kelas IPS. Mereka berkumpul di dekat kantin sambil bermain gitar. Hari sabtu merupakan hari yang sering di manfaatkan untuk membawa gitar oleh para siswa maupun siswi di karenakan biasanya banyak kegiatan hari tersebut di isi dengan kegiatan ekstrakurikuler ataupun guru yang sedang rapat.

"Woy kita bentar lagi lulus Bro," ucap tiba-tiba Satria.

Akhil terkejut mendengar pernyataan Putra seraya mengatakan, "Lah baru nyadar Lo."

Akhil adalah salah satu teman Putra dari kelas IPS yang lumayan akrab karena satu tongkrongan. Dengan ekspresi yang sama sependapat dengan Akhil yang heran sama Satria baru sadar kalau mau lulus.

"Buat acara yok," sambung Zul.

Zul juga dari kelas IPS teman sekelas Akhil.

"boleh tu," tambah Putra.

Akhirnya mereka berencana untuk membuat acara. Ya katakanlah acara untuk membuat kenang-kenangan pertemanan selama berseragam putih abu-abu. Mereka putuskan untuk mencoba mendaki bersama-sama di bukit di daerah mereka. Sekitaran 50 km dari kota ini tempat mereka tinggal.

April 2018 di sekolah ...

"Akhirnya selesai juga ujian," ucap Putra sambil menghela napas panjang.

"Put jadikan rencana acara kita," tanya Satria sambil menepuk bahunya.

"Jadi lah," jawab Putra sambil tersenyum.

Kira-kira seperti itu lah akhir ujian sekolah kami dan puncaknya bukan ujian tetapi acara yang telah kami rencanakan jauh berbulan-bulan sebelum ujian sekolah ini. Tepatnya akan mereka lakukan satu Minggu setelah mereka melaksanakan ujian terakhir yang kami lakukan.

Satu Minggu sesudah nya ...

"kring-kring-kring ...." Terdengar suara dari bawah bantal yang bergetar. Sayup mata Putra berat untuk membuka ingin melanjutkan tidur yang sangat enak di pagi ini sembari tangannya mencoba untuk meraba-raba mencari sumber suara yang cukup mengganggu itu. "Rahmat," ulisan di ponsel itu.

"Hemmmm ini anak ngapain ganggu bobok yang berkualitas ku," ucap Putra sembari dengan nada kesal.

Kemudian jari nya mulai menggeser logo telpon guna mengangkat telpon tersebut.

" Hmmmm .... Hallo ngopo Lek," jawab Putra dengan berusaha menirukan bahasa Jawa.

Ya karena Rahmat ini termasuk keturunan orang Jawa yang terkadang sesekali ia tirukan bahasa asalnya.

"Anu ... Put. Jadikan?" tanya Rahmat.

"Mat ini udah berapa kali kamu nanya dari semalam iya jadi!!!" Tegas Putra.

Begitulah pertanyaan Rahmat yang ke 26 dengan pertanyaan yang dari semalam lewat diskusi yang mereka lakukan via WhatsApp Group. Apa yang mereka rencanakan akan segera mereka laksanakan bersama-sama yang beranggota kan 8 siswa yaitu, Putra, Satria, Yoga, Akhil, Zul, Febi, Dika, Dan Lelek si Rahmat. Mereka malam ini akan mendaki Bukit Balau yang tidak terlalu jauh dari kota tempat mereka tinggal kira-kira tingginya sekitar 700 meter di atas permukaan laut. Walaupun diantara mereka belum pernah ada pengalaman mendaki bahkan menginap di pucak bukit tersebut tapi dengan modal perlengkapan, alat, biaya, dan minim ilmu terkait pendakian mereka tetap membulatkan tekad untuk mendaki mulai dari Malam ini sekitar jam 8 nanti startnya.

Dengan berat Putra beranjak dari tempat tidur dan menganjak ke pintu kamar nya dengan niat untuk melihat mentari pagi ini.

" Hoamm .... selamat pagi dunia," ucap Putra sembari membuka jendela dengan tangan sambil menguap panjang.

Suasana cukup sejuk mewarnai pagi hari ini dengan terik matahari berusaha untuk menembus awan sedikit demi sedikit. Terbesit di pikiran nya dengan melihat kondisi pakaian nya dengan kaos dan celana pendek sambil menatap ke bawah.

"Masa nanti aku seperti ini mendaki bukit itu," ucap Putra sendirian di kamar. Ia pun berbalik sambil merogoh tempat tidur untuk mencari handphone yang entah kemana ia meletakkannya setelah mengangkat telpon dari Rahmat tadi.

"Ini dia." Rogoh tangannya mengambil handphone di bawah bantal.

"Hmmm ... perlengkapan untuk mendaki kira-kira apa ya." Dengan nada bingung ia mencari di internet untuk mengetahui apa yang perlu di bawa.

Yaa... untuk perlengkapan Mereka bersama sebenernya sudah mereka persiapkan jauh beberapa hari yang lalu kira sudah siap semua dan untuk perlengkapan pribadi ia sebenernya sudah di siapkan juga oleh teman Putra yang lain. Maklum Putra termasuk orang yang pelupa dan gak mau ribet kalau berpergian jadi sebenernya ia tinggal seperti ini hadir dan berkumpul untuk mengambil perlengkapan pribadi. Perlengkapan kelompok maupun perlengkapan pribadinya sudah di siap di satu rumah di rumah yang telah mereka sepakati yaitu Rumah Akhil. Rumah Akhil juga biasanya juga menjadi Basecamp mereka bila ingin berkumpul atau pun hanya datang ke rumahnya dan mengganggu tidur siang Akhil di kamar.

"Tas carrier, sepatu, jaket, sarung tangan, penutup kepala, sleeping bag ..., lumayan banyak ya. Hahaha masa bodoh lah yang penting datang aja nanti," ucap Putra sembari merebahkan tubuh nya ke belakang tepat di atas kasur.

Dan sekali lagi ...

"kring-kring-kring ...," bunyi handphonenya berbunyi. kalau sebelumnya Rahmat dan kali ini si tuan rumah Akhil menelpon ku.

"Hoammm ... kenapa kil?" tanya Putra dengan polosnya.

"ini udah jam berapa ?" ucap Akhil dengan menggerutu.

Dengan terkejut Putra menegakkan badan untuk duduk yang dari sebelumnya kembali tertidur nyenyak di kasur. Jam di handphone menunjukkan jam 11.45 siang.

"Sebentar Kil aku mandi, makan, Buang air besar, izin sama bos," ucap ia dengan banyak alasan agar nantinya bisa datang telat.

Sedangkan di rumah Akhil ....

Telah lengkap personil band yang akan tampil di puncak bukit malam ini.

"Hahahah Kil yang sabar," ucap Yoga.

"Kamu seperti tidak tau aja Putra orang nya seperti apa, gak telat yang gak putra," timbal Zul sambil tertawa.

"Ini anak nilai ujian boleh tinggi tapi nilai disiplin kurang," sambung Febi.

"Aduuhhhh tuh anak ...." Akhil sambil menepuk kening dengan ekspresi heran.

sementara di rumah putra ...

"buarrrrr ...." Bunyi air dari dalam kamar mandi.Putra yang sedang bergegas menyelesaikan mandi. Ia berlarian untuk mencari pakaian dan sekiranya barang-barang yang perlu di bawa nantinya. Sedangkan, jarum jam sudah menunjukkan pukul 12.30 siang.

"Sholat ...," ucap Putra tersadar bahwasanya sudah waktunya untuk sholat.

Sementara di rumah Akhil.....

"Akhirnya..... datang juga kalian," ucap Akhil.

"Siapa Kil?" tanya Febi sambil menengok ke arah jendela yang berhadapan langsung dengan pintu pagar rumah Akil.

Terlihat dari kejauhan 3 wanita sebaya mereka dengan perlengkapan untuk mendaki sudah siap semua. Mereka berjalan memasuki halaman depan menuju pintu rumah Akhil.

"Aku ke depan dulu ya ada tamu," ucap Akhil sambil berjalan meninggalkan kamar yang di dalamnya terdapat Satria, Yoga, Zul, Febi, dan Rahmat.

"Ayoo... masuk," ucap Akhil sembari mempersilahkan masuk ketiga wanita tersebut.

"Ehhh Btw Lo udah izin kan sama tante, Bil?" tanya Akhil.

"Sudah lahh, tapi apapun yang terjadi pada kami bertiga ini tanggung jawab Lo, jadi kalau kami kenapa-kenapa tinggal gue aduin sama mama gue," ucap salah satu wanita tersebut di antara dua wanita yang lain

Dari kejauhan pinggir dinding tampak pria ber-enam mengintip.

"Siapa itu?" ucap Febi pelan.

"Kayak pernah liat tapi dimana ya?" ujar Yoga kebingungan.

"Ini anak bertiga satu sekolah dengan kita ya?" seru Dika.

"Ohiya ... satu Sekolah cmn kita gak ada yang sekelas sama mereka ya kayaknya," ucap Rahmat dengan nada yakin.

Mereka mengangguk bersama-sama memberikan kode sependapat dengan pendapat Rahmat.

Di ruang tamu.......

"Mana yang lain Kil?" ucap salah satu wanita tersebut.

"Ada di dalam kamar," jawab Akhil, "woy ... sini teriak Akil mengarah ke lorong kamar.

"Waduh ... aku grogi kalau ketemu cewek cantik-cantik kayak mereka,"ucap Rahmat atau si Lelek yang mulai berjalan merunduk mengikuti yang lain karena di panggil Akhil.

"Kenapa Kil?" ucap Yoga.

"Sini duduk dulu kalian. Jadi, ini kenalin Bila, chika, dan Wanda. Mereka akan ikut kita hari ini. jangan di godain mereka kebetulan temannya sepupu ku Si Billa satu sekolah dengan kita. Tapi gak ada yang sekelas sama kalian," ucap Akhil.

Sementara itu Si Rahmat masih berdiri sembunyi dari belakang sofa sambil mengintip

"Oi ... Rahmat ngapain Lu," tegur Akhil.

"Biasa lah Kil ... Rahmat grogi kalau ketemu cewek-cewek," tambah Dika.

"Hahahah...." Mereka pun tertawa bersama melihat kelakuan Rahmat.

Itu lah awal pertemuan si cowok dan si cewek pada rencana pendakian nanti.

Di lain tempat.....

"Baju udah ... selimut ... sarung tangan ... kupluk ... Sudah apalagi yang kurang ya?" ucap Putra yang masih mempersiapkan isi tas nya dan perlengkapan yang lain.

"Ya ... Rokok Surya belum ini. Nanti ngebon dulu ahh di Warok," ujar Putra sambil tertawa jahat.

Setelah memeriksa isi tas ia pun bergegas untuk menemui ibu nya guna meminta izin dan doa restu menikah, eitss ...bukan menikah ya tapi mendaki. "Oh ... Ibuu ... hari ini aku akan berpergian mendaki bukit balau bersama teman-teman ku yang berjumlah 8 orang laki-laki dan kemungkinan aku akan izin dua hari untuk tidak menyatapi masakan Ibu nantinya. Apakah hamba di izin kan?" Ujar Putra sambil bergaya layaknya Putra kerajaan sambil menari bak pangeran pewaris tahta meminta izin Ratu kerajaan.

Sambil menggelengkan kepala ibu pun terdiam.

"Ada-ada aja kamu, Put.Urusan apa kamu kesana?" ucap ibu pada Putra.

"Heheh biasa Bu ... anak muda ingin sesekali keluar. Boleh ya, Bu ... yah.. yahh yahh boleh yahh...??" mohon Putra.

"Yaudah ... tapi Kamu harus Hati-hati kabarin kalau ada apa-apa," ucap ibu sambil menggosok kepala Putra dengan tangan.

"yeeeeeee.... salim dulu Ibu ...,"ujar Putra sambil mencium tangan ibu.

Ia pun bergegas mengeluarkan kura-kura balap milik nya dari dalam rumah, iya ... "si Jecky tak terkalahkan" begitulah kira-kira tulisan sticker yang tertempel di Motor Beat karbu milik nya.

"Dadahhh ibu ... jangan bilang kalau aku pergi mendaki, sama kakak ..." Sayup suara Putra terdengar yang mulai perlahan menjauh. suara itu pun hilang bersamaan suara motor milik putra dari rumah.

"Setttttt....." Bunyi rem motor berhenti di depan motor yang terdengar oleh Ibu Yesi, penunggu Warok.

Buk Yesi tersenyum sambil berkata, "Mau kemana Put Tampak buru-Buru kali."

" Anu ... mau pergi mendaki Bukit Balau. Sama teman-teman,Bu," ujar Putra.

Mendengar apa yang di katakan Putra Bu Yessi sedikit tertegun dan terdiam seperti ada ingatan yang menggangu di kepalanya.

"Ohhh mau kesana, berapa hari put?" tanya Bu Yessi.

"Kurang lebih 2 Hari bu," jawab Putra.

"Hati-hatilah kalau kesana, ataupun lebih baik mending kalian urungkan saja niat kalian." Buk Yessi berusaha berusaha meyakinkan Putra.

Sontak apa yang di katakan Bu Yessi itu sedikit membuat Putra tertegun diam sendiri, sambil berbicara dengan diri sendiri.

"Tumben Bu Yesi Melarang Aku seperti ini, ini patut di curigai," Gumam Putra dalam hati.

Ia langsung dengan kebingungan sembari berkata, "Kenapa memangnya bu?"

Dengan ketakutan Bu Yessi menjawab, "Ti- tidak ada apa".

Dengan tingkah maupun ekspresi yang di pancarkan Bu Yessi kelihatan ada sesuatu yang di tutupi dari Putra.Suasana yang cukup hening tercipta tiba-tiba,

"Bu, ngebon rokok ya ... heheheh," rayu Putra.

"Yaudah berapa?" jawab Bu Yessi dengan nada terpaksa.

Tiba-tiba Bu Yessi, "Put tolong benerin mesin air di rumah ibu mati tolong benerin dulu ya."

Putra pun menjawab, "Boleh bu."

Ia pun masuk ke dalam rumah Bu Yessi. Tampak dari depan Sampai depan terpampang foto-foto wanita dengan seorang laki ada yang foto di pantai, di Taman, Di Museum, Di Sekolah, dan yang terakhir tampak di puncak bukit ataupun gunung. Tampak dari dekat si wanita tersebut adalah Bu Yessi. Tetapi, siapa foto pria tersebut.

"Mungkin suami Bu Yessi atau pacar nya pas masih muda, tapi kalau cuman pacar gak mungkin di pajang di dinding ya pasti pacarnya Bu Yessi dulu yang kini mungkin jadi suaminya," gumam putra di dalam hati.

Maklum selama ini tidak ada satu pun yang pernah melihat suami Bu Yessi selama Putra dan teman-temannya sering nongkrong di warung usaha Bu Yessi. Tetapi, ada desas-desus bahwasanya Bu Yessi sudah menikah dan suaminya sudah tidak terlihat lagi bersama Bu Yessi sekitar 15 Tahunan. Tapi hal yang di yakini Putra dan yang lainnya selama ini malah bahwa Buk Yessi adalah janda yang telah di tinggal suaminya entah meninggal atau cerai hidup.

"Coba di colok dulu bu Ke terminalnya," ujar Putra yang sudah berlagak seperti mekanik handal.

Terdengar suara mesin air, "Ngenggg" mirip suara motor.

'"Ohhhhhh .... ini masalahnya," ucap Putra sambil membenarkan salah satu bagian di mesin air tersebut yang kelihatan dari sudut pinggir dinding bahwa ada kabel yang putus dengan sigap dan peralatan seadanya Putra membenarkan bagian tersebut.

"Coba di colok lagi bu,"ucap Putra.

Lalu, terdengar suara air yang memercik dari kran air yang terbuka. Putra membereskan peralatan dan membersihkan telapak tangannya dari debu-debu mesin air yang sudah kelihatan berkarat dan sudah lama tidak di sentuh.

"Beres Bu," ucap Putra sambil tersenyum.

Itu juga merupakan salah satu ke ahlian Putra yaitu membenarkan mesin air, mengganti genteng bocor, mengganti pipa paralon pecah, membenarkan listrik yang putus dan segala perkejaan yang khususnya buat bapak-bapak. Mengingat Putra sudah sedari kecil di tinggalkan ayah nya maka keahlian sederhana itu harus mesti dimiliki oleh anak laki-laki paling tua yang sudah tidak memilki ayah lagi.

...****************...

Terpopuler

Comments

Cantik Jelita

Cantik Jelita

Jangan jangan suami bu Yesi hilang pas muncak

2023-02-12

1

yrputri

yrputri

ini sih anak 90an

2023-01-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!