Angin malam membangunkan diri yang sedari terlelap dengan luka yang masih basah
" hoaaiii"
Aku menggeliatkan tubuh ini untuk memuaskan rasa puas setelah tertidur
Jam dinding yang berada tepat berada didepan pandanganku akhirnya menyadarkanku bahwa ini masih memasuki waktu tengah malam.
Luka yang masih basah terasa sedikit perih ketika lengan ini bergerak. Kudapati pintu rumah terbuka lebar, tapi tak satupun dari bapak atau ibu terdengar berada di dalam rumah. Apa mereka belum pulang?
Aku memeriksa semua ruangan yang ada di dalam rumah tapi benar, tidak ada bapak ataupun ibu berada didalamnya.
" ahh sudahlah aku akan mengunci pintu ini saja, jaga jaga akan ada orang masuk kalau pintu ini tidak kukunci"
Aku kemudian mengunci pintu utama rumah dan kembali kedalam kamar untuk kembali melanjutkan tidur yang belum sepenuhnya membuat segar.
Kubaringkan lagi tubuh ini dengan posisi miring, kuusapi secara perlahan lengan yang masih terdapat bercak darah yang mengering.
Aku tersenyum, memandangi luka itu dan sejenak berfikir
" terimakasih luka berkatmu aku bisa mengalihkan luka batinku kepadamu dan terima kasih untuk aku, karna masih bisa menghirup oksigen meskipun tak bisa bernafas lega"
Aku kembali mengelus luka coretan dari jarum kecil dan kemudian menenangkan diri dikeheningan tengah malam lalu mulai tertidur menutup hari yang penuh dengan luka
Telingaku mendengar suara ketukan pintu dari luar rumah, mungkin itu salah satu dari bapak ataupun ibu sudah kembali.
Aku bergegas menghampiri pintu tersebut dan mulai segera mengamati suara yang memanggil manggil namaku untuk mengetahui siapa itu.
" sebentar pak, saya akan akan buka"
Ucapku sambil mengusap kedua kelopak mataku yang masih terasa perih dan sedikit berair
" kamu lama sekali buka pintu! Bapak lelah tau!"
Terlihat tubuh ayah sempoyongan kesana kemari, tangannya menyangga pada tembok agar ia tak jatuh.
" bapak mabuk?"
Tanyaku memastikan keadaannya yang semestinya dugaanku benar.
" aghhh apaan sih kamu minggir sana"
Beberapa kali aku menyanggah tubuh bapak yang hampir saja terjatuh tapi ia selalu enggan dengan bantuanku dan malah menyuruhku untuk segera pergi dari hadapannya. Tapi aku tak menghiraukan apa yang ia suruh, aku menunggunya sampai pada tempat tidur miliknya untuk memastikan bapak akan baik baik saja malam ini.
" ba-bapak mual ya pak? Mau ke kamar mandi?"
Tanyaku dengan penuh rasa khawatir dan penuh keraguan semua kejadian tadi siang akan membuat semuanya sehancur ini.
" sudah bapak bilang kan? Bapak baik baik saja, bapak tidak butuh bantuan kamu! Sudah sudah pergi sana bapak mau tidur dan jangan ganggu bapak lagi!"
Perintah bapak menegaskan segalanya, aku berjalan menuju kamar sembari mengingat ingat apa saja yang mereka katakan tadi siang, tak biasanya bapak sampai seperti ini dan bahkan ini baru pertama kalinya aku melihat bapak meminum minuman keras yang memabukkan.
" dimana ibu? Kenapa ibu tidak pulang selarut ini dan jika ibu masih berada di cafe tak mungkin sampai selarut ini"
Perasaanku semakin tak karuan menghadapi pertanyaan pertanyaan tak diberi jawaban oleh siapapun.
" lebih baik aku mencari ibu saja ditempat ibu bekerja, aku akan memberitahu keadaan bapak sekarang. Mungkin ibu akan bersedia untuk pulang "
Aku bersiap siap merapikan rambut yang tergerai berantakan karena tertidur tadi, dan memakai sweater hitam untuk menutupi luka yang harus kusembunyikan
Aku mengayuh lagi sepeda milikku dengan perlahan saja, terlihat di samping kanan kiriku banyak kendaraan lalu lalang dengan lampu penerangan yang berangkat.
" semoga saja ibu ada disana, aku tak tau jika ibu tidak ada disana aku harus mencarinya kemana lagi"
Aku berharap memikirkan semuanya meskipun sedang mengayuh
Akhirnya didepan mataku cafe dengan penuh lampu kernap kernip bersinar menyilaukan bola mataku. Ku parkirkan sepeda kayuh ini di pinggir jalan, kulangkahkan kaki ini satu persatu meskipun dengan keraguan dan ketakutan untuk bertemu orang orang asing.
" ibu...?"
Aku menelaah satu persatu manusia yang berada ditempat ini, kuamati wajah mereka untuk mencari sosok ibuku. Tapi sayang sepertinya ibu tak bisa kutemui disini, karna dia tidak ada ditempat ini.
Dengan berat hati aku kembali melangkahkan kakiku untuk keluar dari cafe ini
"Brukk"
Sebuah tas yang dibawa oleh seorang wanita dengan dress merah yang tak sengaja menabrakku
" ma-maaf bak saya tidak sengaja"
Ntah siapa yang salah tapi bagiku saat saat seperti ini hatiku berdegup kencang memikirkan apa yang akan ia fikirkan tentang perilakuku yang buruk.
Dengan mengambil tas yang tergeletak dibawah aku segera membersihkannya dan menepuk nepuknya agar debu yang menempel disana menghilang.
Langsung saja wanita pemilik tas hitam itu mengambilnya dari dengan sopan seakan salahku tak selamanya akan berakibat buruk seperti salah salahku sebelumnya.
" gapapa gapapa, lagian saya tadi yang nabrak terlalu fokus sama ponsel saya"
Timpal wanita berdress merah itu
" tunggu tunggu perasaan saya pernah liat kamu deh, tapi kamu siapa ya?"
Tanya wanita itu yang membuatku menerka nerka kembali apa aku mengenal dirinya.
" mbak ini temennya ibu citra ya?"
" oh iya iya baru inget, kamu citra anaknya mbak laras ya?"
" eh iya mbak"
Jawabku singkat memastikan dugaan dari wanita yang menjadi teman ibu
" citra ngapain kesini? Sama ibu?"
" ngga kak citra sebenarnya lagi cari ibu, udah larut tengah malam ibu belum juga pulang kerumah. Bapak saya juga kurang enak badan makanya saya berniat menjemput ibu kesini"
Jelasku pada wanita itu
" tapi ibu kamu gakesini dek"
" maksudnya gimana ya bak?"
" iya ibu kamu malam ini gakesini sama sekali"
" mbak bisa tolong hubungin ibu saya ga mbak? Siapa tau ibu memberi tahu mbak nanti"
" oh oke baik tunggu ya"
Alangkah senangnya aku meskipun kabar ibu belum tentu kudapat darinya tapi setidaknya aku bisa berusaha dulu.
Sekitar lima menit aku berdiri tepat di tempat yang sama, menunggu kepastian kabar ibu yang sebenarnya
" dek"
Panggil wanita itu padaku
" maaf ya dari tadi udah kakak hubungi tapi kayanya ponsel ibu kamu gaaktif"
" oh gitu ya mbak, gapapa makasih ya mbak udah bantu saya"
Karena tak pencarianku tak membuahkan hasil apa apa, akhirnya aku memutuskan untuk pergi saja dari cafe ini
Kukayuh lagi sepeda ini ditepi jalan yang ramai, seramai fikiranku tentang hari ini.
Ntah bagaimana esok hari ketika aku harus menghadapi ujian, sementara tadi pagi aku tak bisa mengikutinya. Dan bagaimana nanti fikiran mereka yang melihatku jatuh pingsan pasti mereka akan mengira bahwa aku sangat lebay karena terkena hukuman, aku takut mereka membicarakanku dibelakangku.
Meskipun sudah hampir empat bulan aku berada disekolah tak dapat kutemui seseorang untuk menjadi teman dekatku. ya wajar saja, aku jerawatan, jelek, miskin, gabisa ngikutin trend kekinian seperti mereka diluar sana dan biasanya aku hanya menjadi bahan olok olokan mereka dan bagiku sudah biasa.
" aghhh tolonglah otak! Tolong jangan memperkeruh keadaan dengan memikirkan banyak hal yang tak akan kutemukan jawabannya, ayolah jangan overthingking "
Diatas sepeda yang kukayuh akhirnya aku menyadari diri untuk menjadi lebih tenang saja hingga sampai kerumah
" tarik nafass dalam dalam citt...dan buang perlahan lahan...."
" hufftttt"
Dengan menaruh sepeda di samping rumahku, mataku menyadari bahwa pintu yang tadinya tertutup sudah terbuka. Aku mulai menerka nerka apakah bapak yang keluar atau ibu yang masuk..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments