Bab 2: Kedatangan Dehan

Mengingat sebagian kecil dari kenangan bersama Luthfi, membuat Disha menitikan air mata. Tasbih kecil pemberian sang adik tak pernah lepas dari genggamannya. Disha selalu membawanya kemanapun ia pergi.

Tak hanya tasbih, foto kebersamaan dengan Luthfi pun memenuhi galeri handphone Disha. Menjelang jam dua dini hari Disha baru bisa memejamkan matanya, pergi ke alam bawah sadar penuh mimpi.

Setelah menunaikan ibadah shalat subuh, ibu Fatimah meminta ayah Gafi untuk mengantarnya ke pasar.

"Disha," panggil bu Fatimah.

"Ya, Bu."

"Ibu sama ayah mau pergi ke pasar dulu. Tidak apakan kami tinggal sebentar?"

"Tidak apa-apa, Bu" jawab Disha.

"Kalau begitu Ibu sama ayah pergi dulu, jangan lupa pintu depan kamu kunci. Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

Setelah kendaraan yang dinaiki ibu dan ayah terdengar menjauh. Disha segera mengunci pintu. Di dalam rumah ia mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasa.

Tok... Tok...

"Assalamu'alaikum, Disha" teriak orang diluar.

"Waalaikumsalam."

"Hay, Disha. Maaf pagi-pagi kita datang ke rumahmu, soalnya ini darurat," ucap Anne.

"Iya gak apa-apa. Ayo masuk!" ajak Disha.

Anne dan Jahra pun masuk, mereka berdua adalah sahabat Disha, dan sekarang menjalin kerjasama dalam bisnis toko kue. Ibu dan ayah Disha tidak mengetahui bisnis yang ditekuni puterinya. Disha sengaja tidak memberi perihal tersebut. Karena ia ingin memberi hadiah untuk ayah dan ibu dari hasil usahanya sendiri.

"Jadi, darurat kenapa? Sehingga pagi-pagi sekali kalian sudah berkunjung ke rumahku," tanya Disha.

"Ada yang memesan kue dissert dalam jumlah yang lumayan banyak dan juga kue pengantin yang besar dengan tiga tingkat," jelas Jahra.

"Lalu?"

"Nih anak ngerti kagak sih tadi aku ngomong," kesel Jahra, "yang jadi masalahnya kita gak bisa bikin dissert seenak buatan kamu, Disha sayang."

Disha kekikikan mendengar ucapan Jahra.

"Tolong dong Disha ajarin kita bikin dissert," rengek Anneke.

"Ya, tar aku ajarin kalian bikin dissert. Tapi tidak hari ini."

"Kenapa?" tanya Anneke dan Jahra bersamaan.

"Siang nanti akan ada tamu, teman ayah akan datang berkunjung," jawab Disha.

"Iya gak apa, lagian pesanannya juga untuk dua minggu kedepan," ujar Anneke.

Dua jam kemudian,  ayah dan ibu pulang dari pasar dengan menenteng barang belanjaan. Ayah membuka pintu menggunakan kunci yang dibawanya. Namun, beliau heran dengan pintu yang tidak terkunci.

Dengan perasaan gelisah, dengan cepat ayah Gafi menerobos masuk kedalam rumah.

"Assalamu'alaikum, Disha.?"

"Waalaikumsalam," jawab Anneke dan Jahra bersamaan.

Ayah bernapas lega, ternyata Disha kedatangan dua sahabatnya.

"Ada Anneke sama Jahra," ujar ibu.

Anneke dan Jahra menghampiri ibu juga ayah Disha. Mereka mencium tangan kedua orang tua Disha.

"Sudah lama?" tanya ayah.

"Baru datang, Yah" jawab Jahra.

"Ibu sama ayah baru pulang dari pasar?" tanya Jahra.

"Iya, soalnya nanti siang akan ada temen ayah datang berkunjung."

"Kalau begitu kita akan membantu ibu di dapur," tawar Anneke.

"Wah, boleh tuh. Ayok kita ke dapur!"

Ibu bersama Anneke dan Jahra pergi ke dapur. Sedangkan ayah Gafi duduk disamping Disha.

"Kamu tidak ikut ke dapur juga," tanya ayah.

"Tidak, Yah. Ada Anneke dan Jahra yang membantu ibu," jawab Disha.

"Terus kamu?"

"Disha mau siap-siap untuk menyambut teman ayah. Disha harus terlihat cantik bukan biar gak malu-maluin," ucap Disha sambil cekikikan.

"Sampai kapanpun kamu tetap puteri tercantik ayah, bagaimanapun keadaanmu. Kecantikan bukan terlihat dari fisiknya, melainkan dari hati," ujar ayah.

Disha tersenyum. " Ayah mau Disha buatkan kopi?"

"Nanti saja. Ayah mau menyiram anak-anak ayah dulu, kasihan pasti mereka haus."

Ayah Gafi beranjak dari duduknya dan pergi keluar untuk menyiram semua tanaman bunganya. Ayah memang menyukai  bunga, hingga beliau menanam berbagai aneka bunga yang menghiasi halaman depan rumahnya.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Beberapa aneka lauk sudah dihidangkan di atas meja dengan rapi. Begitu pula aneka kue yang tertata apik di meja ruang tamu.

Sebuah mobil mewah memasuki halaman depan rumah Disha. Orang yang mengendari mobil tersebut keluar bersama ayahnya.

"Ini rumah teman, Papah?" tanya Dehan.

"Iya, ayok kita masuk!" ajak Tuan Usman.

Dehan bersama tuan Usman berjalan menuju pintu depan yang sudah terbuka.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam," jawab ayah Gafi, " akhirnya datang juga tamu yang ditunggu."

"Maaf kami datang lebih cepat."

"Tidak apa. Bagaimana kabarmu sobat?" tanya ayah Gafi.

"Alhamdulillah baik. Oh ya, perkenalkan ini anakku Dehan."

Ia pun langsung mencium punggung tangan ayah Gafi.

"Kemana istrimu?" tanya tuan Usman.

Sebelum ayah Gafi menjawab, bu Fatimah datang menghampiri sambil membawa beberapa gelas minuman.

"Pak Usman dan anaknya sudah datang ternyata. Gimana perjalanannya?" tanya bu Fatimah.

"Alhamdulillah lancar. Dimana anakmu Gafi?"

"Disha masih di kamarnya. Sebentar lagi ia pasti turun," jawab ayah.

Sambil menunggu Disha datang, ketiga orang tua tersebut berbincang-bincang. Sedangkan Dehan malah asyik memainkan handphonenya. Suara derap langkah pun terdengar, semua orang yang berada di ruang tamu menoleh pada asal suara tersebut. Terkecuali Dehan, ia seakan tidak peduli dengan apa yang disekitarnya.

Seorang gadis dengan pandangan kosong dan tongkatnya berjalan mendekat. Gadis muslimah dengan pakaian dan juga make up yang sederhana. Bu Fatimah berjalan menghampiri dan mendudukan Disha di sampingnya.

"Disha, paman Usman datang bersama anaknya," ucap ayah.

"Bagaimana kabarmu, Nak?" tanya tuan Usman.

"Alhamdulillah baik, Paman?".

"Apa ayahmu sudah cerita maksud Paman datang hari ini?"

"Ya."

"Paman datang kesini untuk meminangmu menjadi istri dari anak Paman bernama Dehan Yakub Aydin Julian. Apa kamu menerima pinangan tersebut?"

Dehan yang merasa namanya di sebut, menoleh. Dan ia terkejut dengan gadis yang ada di depannya. Seorang gadis tanpa cahaya penglihatan. Gadis yang sebentar lagi akan menjadi istrinya. Dalam hati ia mengumpat, bagaimana bisa ia memiliki seorang istri yang buta, walaupun ia tak memungkiri kalau Daisha lebih cantik dengan dandanan sederhananya dibanding Calista, kekasihnya.

"Papah," bisik Dehan.

Namun, tuan Usman tidak mengindahkannya.

"Sebelum saya menjawab pinangan Paman. Bolehkah saya berbincang sedikit dengan anak Paman?"

"Kalau begitu kami akan meninggalkan kalian untuk mengobrol terlebih dahulu dan  memperkenalkan diri," ucap ayah.

Ayah, ibu dan juga tuan Usman meninggalkan Disha dan Dehan di ruang tamu.

"Siapa namamu?" tanya Dehan ketus.

"Daisha Zian Syafrina."

"Aku Dehan Yakub Aydin Julian. Apa kamu akan menerima pinangan ayahku?"

"Kamu sendiri? Apa menerima perjodohan ini?" tanya balik Disha.

"Tentu saja tidak! Karena aku sudah mempunyai kekasih yang akan aku nikahi."

Deg...

'Ya Allah, ternyata dia sudah memiliki pilihannya sendiri," batin Disha.

"Tapi papah tidak menerima penolakan. Mau tidak mau aku harus menerima di jodohkan denganmu," ucap kembali Dehan.

"Lalu bagaimana dengn kekasihmu? Apa kamu juga akan menerima gadis buta seperti aku sebagai istrimu," tanya beruntun Disha.

"Entahlah, aku belum memikirkan apa yang harus aku lakukan kepada kekasihku. Yang pasti dengan terpaksa aku akan menikahimu, ya... Walaupun kamu buta."

Terpopuler

Comments

Risfa

Risfa

mangatt ka

2023-07-17

0

Astuty Nuraeni

Astuty Nuraeni

pas awal mikirnya Disha manja pas ortunya pamit mau ke pasar,eh ternyata karena Disha tidak bisa melihat

2023-02-19

0

👑Ria_rr🍁

👑Ria_rr🍁

masih mikir ternyata si kakang mas

2023-01-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!