Keesokan paginya Lily sudah berada di kampus.Sayangnya hari ini Lily harus menggunakan pakaian tertutup dikarenakan bekas gigitan nyamuk yang dibuat suaminya. Jujur saja Lily merasa kesal dengan tindakan Edward. Ya sudahlah... Itu semua terjadi.
Lily buru - buru berjalan agar tidak bertemu siapa pun yang ia kenal dan segera sampai di kelas walaupun pelajaran dimulai pukul sembilan. Meskipun ia harus menunggu lama di kelas supaya tidak dilihat oleh siapa pun.
Saat sampai di kelas Lily terkejut melihat keberadaan Brian,Leo,dan Tito. Lily berusaha tenang agar tidak kelihatan kekhawatirannya.
"Selamat pagi Lily!" sapa Leo kepada Lily yang melambaikan tangannya.
"Pagi! Kenapa kalian datang pagi sekali?" Lily menyapa balik dan bertanya perihal kedatangan mereka yang terlalu pagi.
"Tidak ada alasan apa pun kami hanya suka datang pagi saja dan kau... Kenapa berpakaian seperti itu?" jawab Brian yang melihat penampilan Lily.
"Oh ini! Aku hanya ingin mengenakannya saja juga aku merasa nyaman berpakaian seperti ini" Lily menuju tempat duduknya, meletakkan tas dan duduk rapi.
Tiga pria itu masih kebingungan dengan sikap dan penampilan Lily. Sedangkan yang dilihati memainkan ponselnya supaya mengalihkan perhatiannya kepada tiga pria itu.
...****************...
Di kantor Edward terlihat sang pemimpin sedang menyapa beberapa pegawainya karena sebentar lagi ada rapat. Semua terlihat aman sampai pada seorang pegawai wanita yang berpakaian sedikit terbuka di bagian dada. Edward tampak kesal melihat cara berpakaian pegawainya dan dia melihat pegawainya seperti mempunya penyakit aneh yang dimana pegawai itu curi - curi padang sambil merapikan rambutnya.
"Hei kamu!" Edward menunjuk ke arah pegawai wanita yang berpakaian tidak pantas.
"Ada apa ?" tanya wanita itu dengan nada menggoda.
Pegawai lain merasa jijik melihat tingkah wanita itu. Ada yang mengatai dari dalam hati, ada yang berdoa agar wanita itu mendapat masalah dari boss dan lain - lain.
"Apa gajimu tidak cukup untuk membeli baju?! Apa kau buta ?! Lihat pakaianmu yang kekurangan kain ini?! Apa kau tidak malu?!" Edward banyak mengeluarkan pertanyaan kesalnya kepada wanita itu.
Para pegawai yang lain tampak puas mendengar pertanyaan Edward. Semuanya berharap agar si wanita kekurangan kain itu dipecat atau diturunkan pangkatnya.
"Tidak sama sekali pak! Gaji saya cukup untuk membeli baju tapi yang saya kenakan kali ini adalah model terbaru" wanita itu memperjelas setiap lekuk pakaian seksi itu.
"Memang buta karyawan saya satu ini! Ganti bajumu atau saya pecat?!" Edward langsung memberikan ancaman tajam kepada wanita.
Teman - teman si wanita terlihat sangat senang dan puas ketika Edward melayangkan pertanyaan itu. Si wanita sangat terkejut mendengar ancaman bossnya sendiri.
"Coba kamu pikir! Kalau kamu berpakaian seperti ini di depan klien, mereka pasti menganggapmu wanita malam. Coba perhatikan cara berpakaianmu ini!" lagi dan lagi ucapan Edward mampu membuat si wanita tidak berkutit sama sekali.
Si wanita menelan kasar salivanya dan tidak berani menatap langsung atasannya itu. Edward benar - benar merasa kecewa dengan perilaku pegawainya.
"Piko! Aku tidak ikut rapat nanti! Saat ini aku sedang kesal" ucap Edward kepada asistennya yang bernama Piko.
"Baik pak! Biar saya saja menghadiri rapat itu dan untuk sementara Siwi yang akan bersama anda mengerjakan tugas - tugas tuan" jawab Piko dengan nada bicara tegas.
Edward memiliki dua asisten, satu yang bernama Piko tugas sebagai tangan kanan Edward dan yang satunya lagi bernama Siwi bertugas menjaga data - data penting perusahaan.
Dua asisten ini sangat ahli dan dapat dipercaya. Piko sudah menjadi asisten Edward selama enam tahun sedangkan Siwi baru selama tiga setengah tahun. Walaupun begitu berapa lama mereka bukan menunjukkan bahwa dia paling hebat tapi cara pemikiran bagaimana mengatasi situasi apa pun.
"Siwi kau hukum saja wanita kekurangan kain itu" setelah memberi perintah Edward pergi dari sana dan kembali ke ruangannya.
Di ruangannya Edward duduk termenung untuk menenangkan diri sejenak. Sampai bunyi ketokan pintu membangunkan Edward dari renungannya.
"Permisi tuan Edward! Ada tuan Sean yang mencari anda katanya membicarakan hal serius" ucap Siwi yang menunduk hormat kepada Edward.
"Baiklah kau boleh keluar dan biarkan dia masuk" Edward menyandarkan tubuhnya pada kursi kantornya.
Sean masuk dengan membawa tote bag di sebelah kirinya. Edward menaikkan alisnya sebelah seolah - olah bertanya kepada Sean.
"Aku datang kemari untuk membahas kakak ipar dan uang jajanku yang dipotong kemarin" ucap Sean yang langsung menyebutkan topik pembicaraan.
"Soal jajanmu itu aku sengaja aku potong karena kau bolos kemarin dan soal Lily... Ada apa memangnya?" Edward memutarkan kursinya ke kanan dan kiri.
"Cih! Terserah kau saja!. Kemarin aku melihat kakak ipar kuliah di kampusku dan dia bersama tiga lelaki. Memangnya kau membiarkan dia kuliah ? Sejak kapan tuan Edward yang hebat ini membiarkan istrinya keluar? Dulu - dulunya tidak begitu" Sean memberikan banyak pertanyaan kepada Edward mengenai istrinya itu.
"Tiga lelaki? Apa maksudmu dengan tiga lelaki?" tanya Edward dengan nada bicara dingin dan tatapan tajamnya.
"Iya tiga! Mungkin mereka hanya teman? Aku juga tidak tahu siapa mereka ".
Edward ingat bahwa kemarin Lily ditunggu oleh seorang lelaki mungkin lelaki itu yang dimaksud. Padahal dia sudah memberitahu Lily untuk mencari teman wanita juga.
"Oh ya! Kakakku yang tercinta... Minta uang jajan dong" Sean mengeluarkan aura keimutan dalam dirinya.
"Tidak! Kemarin seharusnya cukup dasar boros! Memang benar pilihan ayah untuk memilihku sebagai direktur bukannya kau! Jika saja kau yang memimpin perusahaan ini pasti bangkrut karena sifat borosmu!" Edward mengatakan mengenai sifat boros Sean.
"Asal saja kakak ini bicara! Kemarin yang punya ide untuk proyek bulan lalu siapa?! Hah?!" Sean tidak segan - segan untuk membentak kakaknya sendiri.
Edward diam setelah mendengar bentakan Sean. Memang benar kalau Sean yang mempunya ide proyek tersebut dan proyek itu sukses besar. Kalau masalah perdebatan Edward selalu kalah dari adiknya.
"Iya! Iya! Kau yang punya ide proyek itu! Besok saja aku tambahin uang jajanmu dan gaji kau harus menjaga kakak iparmu!" Edward mengacak - acak rambutnya yang pasrah kalah perdebatan dari Sean.
"Siap tuan Edward! Apalagi kau minta?".
"Jaga dia! Perhatikan setiap langkah dia pergi dan pergi sama siapa saja dan yang paling penting adalah tugas ini harus tanpa sepengetahuan Lily" ucap Edward yang menyebutkan misi - misi yang harus dilakukan oleh Sean.
Sean mengangguk paham mengenai misi - misinya. Kemudian Sean melangkahkan kakinya keluar ruangan tanpa berpamitan pada sang kakak.
Edward mulai khawatir kalau ada banyak lelaki di kampusnya yang akan mendekati Lily. Tapi untungnya ada Sean yang menjaga sang istri disana. Untuk menyogok Sean sangat mudah yaitu hanya memberikan uang jajan lebih saja.
Makasi yang sudah mampir dan maaf ya baru update kemarin masih update novel lain.
to be continued\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=>>>>>>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments