Bab 5 Ingin sesuatu

  Di ruang keluarga, Reydan mengatakan semua keinginannya kepada kedua orang tuanya. Ia menjelaskan secara rinci mengenai rencana bersama istrinya itu. Sedangkan Noval dan Layla hanya diam mendengarkan Reydan. Mereka sudah mengerti kemana arah pembicaraan ini.

“Jadi kalau papa ngebolehin, Reydan mau pinjam uang dulu untuk buka usaha. Aku janji kalau usaha ini nanti berkembang uang papa bakal secepatnya aku balikin,” ujar Reydan sambil menatap Noval dan Layla secara bergantian. Reydan berharap mereka bisa membantunya dalam hal ini, setidaknya sekali saja.

Noval yang sedari tadi diam kemudian angkat bicara sambil memperbaiki posisi duduknya. “Kamu butuh modal berapa?” tanyanya dengan suaranya yang tegas.

“25 juta saja pa,” jawab Reydan dengan sedikit ragu.

Ia khawatir Noval akan menolak untuk meminjamkannya. Namun keraguannya tidak terbukti, setelah ia mengatakan hal itu Noval langsung pergi menuju ke kamarnya. Lalu kembali dengan membawa amplop coklat yang ia tebak isinya adalah uang. Tanpa berkata apa pun lagi Noval langsung menyerahkan amplop itu pada Reydan.

“Sebenarnya papa sama mama emang udah nyiapin ini buat kamu. Papa menyimpankan uang ini sejak kamu masuk kuliah dulu. Tapi ini hanya terkumpul dua puluh juta saja. Ambillah, kamu tidak perlu mengembalikannya. Anggap saja ini adalah hadiah pernikahanmu dari mama sama papa.” Noval menoleh pada Layla dan keduanya pun tersenyum.

Reydan mengambil amplop itu dari tangan ayahnya sambil mengecek isinya. Benar saja, di dalamnya berisi uang yang lumayan tebal. Reydan mengangkat kepalanya lalu memandangi orang tuanya sambil tersenyum. “Makasih Ma, pa.” Ucapnya sambil tersenyum.

Layla mengangguk kemudian menyenggol lengan suaminya. Noval yang mendapat senggolan dari istrinya seketika ia ingat dengan apa yang diinginkannya. “Kamu mau mulai kapan usahanya?”

“Masih kami pertimbangkan Pa, kami harus merundingkannya dulu.”

“Berarti kamu sekarang masih masih punya waktu santai kan?” tanya Noval lagi.

Reydan mengangkat sebelah alisnya dengan bingung. Ia sangat tau betul orang tuanya jarang berbicara basa basi dengannya. Kalau pun ia pasti ada maksud di balik hal itu. “Langsung saja, kenapa papa bertanya seperti itu? Aku tau papa pasti maksud lain di balik pertanyaan ini,”

Layla langsung berdeham berusaha memberi kode pada suaminya agar segera bicara. Noval hanya menghela nafasnya sebentar kemudian kembali menatap anak sulungnya itu. “Jadi gini Rey, sebenarnya papa dan mama tidak mau buru buru untuk membicarakan hal ini denganmu. Tapi sekarang kami sadar, usia kami yang semakin tua ini membuat kami menginginkan cucu.”

“Hah, c*c*?’

Noval mengangguk.

“Maksud papa, b*y*?”

Layla melengos melihat kelemotan putranya. “Ya iya ba*i dong Rey, masa boneka sih.”

“Kami berdua berharap semoga kalian tidak menundanya.” Lanjut Noval lagi.

Reydan mendesah pelan. “Aku memang tidak berniat menundanya Pa, tapi Reydan mohon mama sama papa jangan bicarakan ini sama Zara. Aku takut dia malah tertekan nanti, lagi pula pernikahan kami masih bisa dihitung hari.”

Noval dan Layla mengangguk mengerti, “Tapi kamu sudah melakukannya kan?”

Lagi lagi Reydan cengo mendengar pertanyaan orang tuanya itu. Lebih baik ia diam saja daripada menjawab pertanyaaan itu. Konyol saja jika Reydan menjawab pertanyaan itu dan menceritakan malam pertamanya.

.

.

.

Sepulang dari rumah orang tuanya, Reydan terus melihat Zara yang tertawa sambil memainkan ponselnya. Entah apa yang dia tertawakan, Reydan ingin melihatnya saja pun tidak boleh. Ia yakin telah terjadi sesuatu antara Zara dan adiknya tadi. Pada saat berpamitan pulang saja Tari bahkan menempeli Zara dan membicarakan sesuatu yang tidak bisa ia dengar. Reydan pura pura berjalan ke belakang sofa, ia masih berharap bisa mengintip karena saking penasarannya. Zara yang mengetahui itu langsung mematikan ponselnya dan menoleh ke belakang.

“Mas, ngapain sih! Katanya mau ngobrol soal yang tadi.” omel Zara yang merasa gemas dengan rasa ingin tahu suaminya.

Reydan menyengir sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal, kemudian kembali duduk di samping Zara. “lagian kamunya sih, suami lagi ngobrol malah dicuekin. Malah asik sama hp. Sebenarnya kamu dan Tari ngapain sih tadi?” selidik Reydan dengan sorot mata yang tertuju pada Zara.

{Flasback}

Setelah Zara melihat Tari mematikan telfonnya, ia berjalan mengendap endap di belakangnya. Sementara Tari sendiri tidak menyadari karena posisinya membelakangi Zara. Tari kelihatan sibuk membalas chat. Zara yang penasaran pun diam diam mendekatinya dari arah belakang dan mengintip. Tentu saja ia bisa melihatnya dengan jelas, Zara membacanya sampai matanya terbelalak kaget.

Tari: Kamu tau kan aku suka dedek ba*i, sebentar lagi aku pasti punya dedek ba*i.

Temannya: Hah? Kamu hamil Tar? Hamil sama siapa?

Zara menutup mulutnya agar tak bersuara, ia masih menunggu balasan dari Tari dulu. Tari pun mulai mengetik kembali.

Tari: Enak aja, bukan aku tau.

Temannya: Terus siapa?

Tari tiba tiba tertawa geli sampai Zara heran dibuatnya, padahal tidak ada yang lucu. Kenapa adik iparnya itu malah tertawa.

Tari: Kamu kan tau bang Reydan baru saja menikah. Aku tadi sengaja nguping di kamarku pas mereka lagi berduaan. Pintu kan tertutup, tadinya sih mau nguping sampai selesai tapi mama keburu narik kupingku. Tapi aku yakin deh, mereka gak hanya sekedar ngobrol di kamar. Pasti kamarku sekarang lagi berantakan.

Temannya: Emang kamu pikir abang kamu ngapain sampe kamu yakin kamarmu lagi berantakan.

Zara menggelengkan kepalanya, ia benar benar tidak mengerti dengan pikiran remaja di hadapannya itu. Tari bahkan masih belum menyadari jika ada seseorang di belakangnya.

Tari: Ya ku tebak pasti mereka lagi proses buat dedek ba*i. Doain ya semoga  proyek bang Reydan lancar dan bisa ngasilin dedek ba*i hehe.

Zara langsung menganga dibuatnya, bagaimana bisa remaja seperti Tari berpikiran seperti itu. Tanpa berpikir apapun lagi ia langsung menepuk bahu Tari sehingga membuatnya menoleh. Tari tampak terkejut ketika melihat keberadaannya, dengan cepat ia menyembunyikan ponselnya. Padahal Zara sudah membaca semuanya.

“Eh Kak Zara... ada apa nih kak,”  ucapnya sambil cengengesan.

“Lihat ponsel kamu dong Tar, kakak pengen liat judul bacaan cerita kamu.” Zara tau jika adik iparnya itu sangat sering membaca cerita di aplik*si.

“Emangnya kenapa kak?”

Zara tersenyum manis kemudian membisikkan sesuatu di telinga adik iparnya itu. “kakak tau kamu lagi bahas apa sama teman kamu. Dari mana kamu punya pemikiran seperti itu? Pasti kamu baca cerita yang genre dewasa kan. Kakak laporin mama ya,”

Zara segera berbalik dan kembali ke dalam sambil tertawa, ia yakin saat ini Tari pasti panik. Sejujurnya ia juga masih terkejut dengan pemikiran Tari yang seperti itu.

“Sebentar lagi dia ngejar...1...2...3...”

“Kak Zara!!!!!!!!!”

Itulah sebabnya saat Zara berpamitan pada mertuanya Tari terus menempelinya. Ia takut Zara benar benar mengadukan dirinya.

{Flash back off}

 

Reydan tertawa saat mendengar cerita itu, ia sendiri tidak menyangka jika adiknya akan berpikir sejauh itu. Satu hal lagi yang dia penasaran, apa itu aplika*inya? Kenapa adiknya harus baca aplikasi yang bisa meracuni pikirannya.

Hari pun berakhir dengan baik, masalahnya dengan Zara sudah selesai, justru ia malah mendapat solusi.

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!