Setelah tiba di rumah, Zara langsung menyusun belanjaannya ke dalam kulkas dengan dibantu oleh Reydan. Setelah selesai, ia pergi ke dapur dan membuatkan teh untuk suaminya. Sedangkan Reydan ia hanya menunggu di ruang keluarga. Sambil menunggu, Reydan membuka ponselnya untuk mengecek notif yang siapa tau penting. Ada satu notif yang langsung menarik perhatiannya. Ia mendapat pesan dari nomor yang tak dikenal.
085432125xxx: Kalau kamu belum puas dengan istri kamu. Aku bisa membantumu.
Begitulah kira kira isi pesan tersebut. Reydan hanya berdecak dan menyimpan ponselnya kembali. Ia berpikir itu pasti hanya kerjaan orang iseng. Lagi pula meskipun sungguhan Reydan sudah pasti menolak.
Setelah dipikir pikir apa yang harus dia tidak puas dari Zara? Zara sudah paket komplit baginya. Cantik, cerdas, baik dan yang penting Zara benar benar wanita terhormat yang memberikan mahkotanya setelah pernikahan mereka. Reydan memilih untuk mengabaikan pesan tersebut dan menghapusnya. Ia tidak mau hal tersebut menjadi pertengkaran di awal pernikahan mereka
Zara kembali dari dapur dengan membawa nampan dengan teh di atasnya. Reydan yang sedari tadi menyandarkan dirinya di sofa langsung menegakkan tubuhnya.
“Diminum dulu Mas tehnya,” ucap Zara sambil meletakkan teh di meja.
“Makasih sayang.”
Zara duduk di samping Reydan sambil melihat Reydan yang meniup teh dan meminumnya dengan pelan. Reydan kembali menaruh teh-nya kemudian beralih pada Zara. Pandangan keduanya bertemu, kemudian pandangan Reydan turun ke bibir ranum milik istrinya yang terlihat begitu menggoda. Reydan menggeser tubuhnya sehingga lebih dekat dengan Zara. Zara dengan reflek memundurkan tubuhnya sambil menatap Reydan dengan tatapan waspada.
“Kenapa mundur?” tanya Reydan dengan tidak mengalihkan tatapan matanya dari bibir Zara.
“Mas Reydan mau ngapain? Ini masing siang loh m-mas,” jawab Zara dengan gugup.
“Mau cium, boleh?” kali ini Reydan melihat wajah polos yang terlihat gugup itu. Rasanya ia ingin tertawa melihat bagaimana ekspresi istrinya yang seperti anak kecil yang mau dicabuli. Alhasil Reydan hanya bisa mengulum senyum dengan tidak melupakan tujuannya.
“Aku belum bisa cium.. hmppp....”
Zara membulatkan matanya saat bibir Reydan sudah menempel di bibirnya. Rasanya hangat dan basah yang ia rasakan saat ini. Tubuhnya kaku sulit untuk digerakkan. Ciuman ini begitu tiba tiba baginya. Tapi itu tidak berlangsung lama karena Reydan menggigit bibir bawahnya sehingga dia memekik dan berakhir membuka mulutnya. Reydan tidak menyianyiakan kesempatan itu. Dia menahan tengkuk Zara dan memperdalam ciumannya. Lama kelamaan Zara mulai ikut menikmati, dia bahkan berusaha mengimbangi Reydan.
Selang beberapa menit, Reydan menarik wajahnya dan menyudahi ciumannya. Nafas mereka tersengal sengal. Zara langsung menutup wajah dengan kedua tangannya merasa malu dengan Reydan. Reydan terkekeh kemudian menarik Zara ke dalam pelukannya dan mengecup keningnya dengan lembut.
“Makasih ciumannya, sayang,” ucapnya.
Zara mengangguk lalu menurunkan tangannya dan memilih membalas pelukan Reydan daripada bersikap malu malu seperti tadi. Lama berpelukan, Zara tiba tiba teringat sesuatu yang harus dibicarakan dengan suaminya. Namun, ia khawatir dengan reaksi Reydan nanti. Ia takut suaminya tersinggung jika ia mengatakan sekarang. Tapi, ini demi kebaikan mereka bersama. Semoga saja Reydan bisa mengerti.
“Mas, aku boleh ngomong sesuatu gak? Tapi kamu jangan marah ya?” Zara mendongakkan kepalanya memberanikan diri menatap sang suami.
Reydan tersenyum sambil menundukkan kepalanya. “ngomong aja sayang, aku juga gak akan marah kok,” jawab Reydan.
“Aku ingin bekerja Mas,” lanjut Zara dengan ragu ragu.
“Alasannya?” tanya Reydan dengan raut wajah yang berubah menjadi datar.
Zara bisa merasakan aura kemarahan dari Reydan, sudah bisa ia pastikan Reydan tidak suka dengan apa yang dibicarakannya. Sebelum menikah mereka pernah membicarakan hal ini. Reydan ingin Zara hanya menjadi ibu rumah tangga. Karena baginya urusan mencari nafkah dan biaya hidup lainnya adalah tanggung jawabnya sebagai suami. Sempat ada perdebatan antara keduanya karena sebelumnya Zara sempat bersikeras untuk menjadi wanita karir agar kelak tidak hanya bisa merepotkan suaminya. Namun Reydan juga keras kepala, dia terus memaksakan kehendaknya agar Zara mau menurutinya. Hingga pada akhirnya Zara lebih memilih mengalah. Namun entah kenapa kali ini Zara malah membicarakannya lagi.
Reydan tiba tiba melepaskan pelukannya dengan Zara kemudian menatap istrinya dengan tajam. “bukankah kita sudah pernah membahas ini? Kenapa kamu membahas lagi sekarang?”
Zara menghela nafasnya dan berusaha menjelaskan. “Aku hanya ingin membantu kamu, Mas. Demi apa pun aku tidak ada niat untuk merendahkanmu karena belum bisa mendapat pekerjaan. Aku pikir jika kita berdua sama sama berusaha mungkin kita bisa mendapatkan yang terbaik.”
Reydan berdecak. “Aku gak ngerti sama jalan pikiran kamu. Kalau aku membiarkanmu bekerja sementara aku masih belum punya pekerjaan apa kata orang tua kamu nanti. Kamu mau mempermalukan suami kamu hah?” tanpa sadar Reydan meninggikan nada bicaranya. Emosinya tak bisa ia kontrol, daripada ia semakin tak terkendali lebih baik ia pergi. Reydan langsung pergi begitu saja tanpa melihat ke arah Zara sama sekali. Entah kemana tujuannya tapi yang pasti ia ingin menenangkan diri terlebih dahulu.
Zara menatap kepergian suaminya dengan perasaan bersalah yang menyelimuti dalam dirinya. ia pikir Reydan pasti senang dengan keputusannya. Namun sayang, keputusan yang ia ambil sepertinya terlalu terburu buru. Harusnya dia berpikir dulu sebelum berbicara. Namun apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur. Reydan sudah pergi dengan membawa kemarahannya.
“Maafin aku mas,” lirihnya dalam hati.
Zara berjanji akan segera meminta maaf nanti. Sekarang lebih baik ia harus memberi waktu suaminya untuk berpikir terlebih dahulu. Lagi lagi ia menarik nafas yang panjang seolah ini adalah hal yang berat baginya. Zara beranjak dari sofa dan memilih untuk pergi ke kamarnya sembari menunggu Reydan pulang nanti.
Sementara itu Reydan yang bingung untuk pergi ke mana pada akhirnya membelokkan motornya ke rumah orang tuanya. Dia tidak bermaksud untuk menceritakan masalahnya pada mereka. Reydan hanya ingin sekedar bertemu mereka saja sekaligus bertemu dengan adiknya itu. Reydan sadar, sejak ia menikah ia belum menemui adiknya. Reydan melepaskan helmnya sembari turun dari motor. Rumahnya tampak sangat sepi, biasanya jam segini kedua orang tuanya pasti bersantai di luar atau minum teh bersama. Reydan memilih untuk tidak memikirkannya dan segera masuk ke dalam.
Reydan membuka pintu sambil mengedarkan pandangannya mencari keberadaan orang tuanya. Namun nihil, ia tidak menemukan siapa pun di dalam sana. Hanya ada suara televisi yang masih nyala di ruang tamu.
Reydan melangkahkan kakinya semakin ke dalam. Niatnya untuk bertemu orang tuanya seketika pupus begitu saja. Sepertinya mereka sedang tidak di rumah. Lebih baik sekarang ia mencari adiknya.
“Tari.... kakak datang Dek.” Teriaknya hingga suaranya menggema.
Tidak ada sahutan, Reydan mencoba untuk langsung ke kamar adiknya. Pintu kamar adiknya sedikit terbuka, ia pun tersenyum dan berniat untuk menjahilinya. Saat tiba di ambang pintu, Reydan sedikit mengintip untuk memastikan adiknya benar benar ada di kamar. Dan hasilnya adalah tidak ada. Kamar itu kosong dalam keadaan yang lumayan berantakan.
“Loh kok gak ada, semuanya pada kemana sih!” gerutunya.
PRANKKKK
Suara pecahan gelas terdengar di belakang tubuhnya. Reydan langsung menoleh ke belakang tapi tidak menemukan seorang pun. Hanya pecahan gelas yang ia lihat di lantai.
“Sejak kapan rumah ini jadi horor” batinnya sambil bergidik ngeri dan mengelus lehernya. Bagaimana ia tidak berpikir begitu, gelas yang baru saja pecah di belakangnya tapi tidak ada seorang pun di sana. Padahal tadi ia tidak menemukan ada gelas di sana.
“Ini kan siang, masa ada setan sih. Atau jangan jangan ini ulah kucing,” Reydan masih mencoba untuk berpikir positif.
Greppp
Sebuah tangan mendarat di bahunya dengan tiba tiba, Reydan menelan ludah tidak berani untuk menoleh. Tangan itu menepuknya sehingga membuat rasa ketakutannya semakin bertambah. Saat Reydan akan menoleh tiba tiba....
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa”
Reydan pingsan di tempat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Nur Kholis
semangat thor
2023-01-23
0
Nur Kholis
lanjut thor
2023-01-23
0