...Tidak ada tempat yang paling terbaik selain di atas tempat sujud. Karna yang jatuh itu bukan hanya air mata, tapi juga cinta sang Pencipta yang selalu di sertai dengan limpahan Rahmat-Nya~IB Belajar Sabar~...
Liza meremas kuat kedua tangannya yang saling bertautan. Keringat dingin membasahi telapak tangan wanita itu. Mata Liza berkaca-kaca menatap pantulan dirinya di dalam cermin yang kini mengenakan dress putih dan hijab putih yang menjulur panjang hingga menutupi dadanya serta mahkota kecil yang tersemat di atas kepalanya.
Mata yang sudah membanjir oleh air mata itu menatap foto mendiang suaminya yang terletak di atas meja rias.
"Kenapa Allah tidak mengabulkan keinginan ku, mas? Kenapa Allah harus menghadirkan pria yang sebentar lagi akan menjadi suamiku..." Liza memejamkan matanya bersamaan meluruhnya air mata yang terasa hangat membasahi kedua pipinya.
Rasa sesak dan perih meremas kuat dadanya. Ia tak sanggup untuk berkata-kata lagi, hanya air mata yang terus berguguran menggambarkan perasaannya saat ini. Ia hanya ingin hidup tenang dan menghabiskan waktunya dengan sisa cinta yang Ia persembahkan pada mendiang suaminya hingga ajal menjemput.
Tapi takdir berkata lain setelah Ia bertemu Fariz. Bagaimana bisa Ia bahagia menjalani sebuah pernikahan, sementara Ia tidak mencintai pria yang beberapa menit lagi akan menjadi suaminya. Ia tahu ini semua bagian dari takdir, tapi apa boleh Ia menolak takdir yang telah Allah tetapkan. Bukan hal yang mudah memaksakan hati untuk mencintai seseorang sementara hatinya masih milik mendiang suaminya yang telah lama meninggal.
Ceklek
Suara pintu terbuka membuat Liza segera menghapus sisa air mata di kedua pipinya. Muhsin menatap sendu putrinya dari pantulan cermin. Ia tahu, ini berat bagi Liza, tapi Ia tidak mungkin membiarkan putri satu-satunya tersebut menjadi janda seumur hidup sedangkan usianya masih sangat muda.
"Liza, sekarang ayo kita keluar. Fariz dan tamu undangan sudah menunggumu," ucap Muhsin yang berjalan menghampiri putrinya.
"Bunda mana, Yah?" tanya Liza mendongak menatap pria paruh baya itu.
"Bunda sedang sibuk menyambut tamu yang berdatangan. Makanya sekarang cepat keluar, sebentar lagi akad pernikahan mu akan segera di mulai."
Liza memejamkan matanya dan tertunduk sejenak." Apa boleh pernikahan ini di batalkan saja. Aku tidak mau menikah dengan Fariz atau dengan pria manapun, Ayah."
"Jangan gila kau, Liza! Hari ini acara pernikahan mu dan Fariz, jangan berpikiran yang aneh-aneh apalagi ingin membatalkan pernikahan ini! Fariz pria yang baik dan tepat untuk mu!"
Raut kemarahan terlihat jelas di wajah Muhsin. Andai hari ini bukan hari yang penting, sudah Ia marahi habis-habisan putrinya tersebut.
"Ayo cepat keluar!" sentak Muhsin yang menarik pergelangan tangan Liza sedikit kasar.
"Tunggu Ayah..." Liza mengambil cadar miliknya yang tergeletak di atas meja rias.
Dada Liza bergemuruh dan air mata yang kembali membanjir. Ia tampak gugup ketika para tamu undangan yang kini menatap ke arahnya. Sorot mata Liza beralih menatap Fariz yang terlihat tampan dan gagah dengan kemeja putih serta jas hitam yang melekat di tubuhnya. Sementara Fariz tampak tertegun menatap calon istrinya hingga sebuah senyuman tipis tercipta di wajah tampan nya.
Syarifah menarik lembut tangan kanan Liza menggiring mendekat pada Fariz yang sebentar lagi akan menjadi suami dari putrinya. Pernikahan ini memang sengaja di percepat karna besok Fariz sudah harus kembali ke kota. Dan mungkin dua bulan berikutnya baru kembali ke desa ini.
Liza duduk di samping Fariz yang menatap dirinya dengan pandangan yang menyiratkan sesuatu. Sementara Ia menundukkan kepalanya dengan perasaan sedih yang bergejolak dalam hati.
Umi Fardah menutupi kedua kepala calon pengantin dengan kain tipis putih yang menerawang. Pernikahan dilaksanakan dengan sederhana dan hanya mengundang tetangga dekat saja.
"Apa akad sudah bisa di mulai?" tanya pak penghulu.
"Iya..." jawab Fariz.
Sang penghulu mengulurkan tangan kanannya yang langsung di jabat Fariz.
"Ternyata ada juga yang mau menikahi Liza, padahal dia janda," ucap Lilis pada temannya yang ada di sampingnya.
"Betul. Padahal di desa ini masih banyak wanita yang masih gadis, tetapi memilih yang sudah tidak bersegel," balas Diana menatap sirik pada Liza.
"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Khaliza binti Muhsin Muhammad dengan mas kawin seperangkat alat sholat di bayar tu-nai."
Fariz menarik napasnya dalam-dalam." Saya terima nikah dan kawinnya Khaliza binti Muhsin Muhammad dengan mas kawin seperangkat alat sholat di bayar tunai!"
Tanpa dinginkan air mata jatuh dari sudut mata Khaliza hingga membasahi kain cadar yang Ia kenakan. Napasnya tercekat dan ada rasa sakit yang terasa perih dihatinya ketika Fariz sudah berhasil mengikatkan nya dalam sebuah pernikahan. Raut kebahagiaan terpancar jelas di wajah Syarifah dan Muhsin. Semua orang menengadahkan kedua belah tangannya berdoa yang di pimpin langsung oleh pak penghulu.
"Sekarang cium tangan suamimu, Liza. Dan sebaliknya Fariz mencium kening Liza," titah pak penghulu.
Dengan tangan gemetar Liza meraih tangan Fariz. Bibir mungilnya menempal sempurna di permukaan punggung tangan Fariz yang merasakan gelenyar aneh ketika benda lembab nan kenyal itu menempel di tangannya.
Kini, giliran Fariz yang mencium kening Liza yang meremas kuat dress putih yang Ia kenakan. Dulu almarhum suaminya selalu menciumnya di kening dan sekarang pria lain yang melakukannya.
Fariz menatap lekat wajah Liza yang memalingkan wajahnya.
"Kenapa wajahmu terlihat tidak senang dengan pernikahan anakmu?" tanya Misna pada umi Fardah.
Umi Fardah menoleh menatap kakak kandungnya tersebut." Bagaimana aku tidak bahagia, bila Fariz menjatuhkan pilihannya pada Liza untuk jadi istri. Padahal masih banyak wanita di desa ini atau perlu dia cari calon istri di kota saja. Apalagi sekarang aku jadi gunjingan tetangga karna memiliki calon menantu bekas pria lain."
"Astagfirullah, Fardah. Jaga mulut mu itu. Liza memang janda tapi jangan mengucapkan dia wanita bekas pria lain. Ini sudah takdir, kalau Liza memang jodoh Fariz. Pasti ada kebaikan setiap takdir yang Allah tetapkan," ucap Misna. Ia tidak habis pikir dengan adiknya tersebut.
*
*
Khaliza memeluk erat foto Danu. Suara tangisan yang sesegukan terdengar jelas. Kain penutup wajah wanita itu sudah basah oleh air matanya. Acara pernikahan belum selesai tapi Liza memilih meninggalkan acara tersebut dengan alasan tak enak badan pada kedua orangtuanya. Ia belum bisa menerima statusnya sekarang yang telah menjadi seorang istri.
Fariz masuk ke dalam kamar sang istri. Pria itu membawa nampan yang terdapat makanan dan segelas air putih. Ia khawatir dengan keadaan Liza.
"Sekarang kau makan dulu. Kata Bunda kau tidak enak badan. Nanti saya belikan obat di apotek," ucap Fariz sembari meletakkan nampan tersebut di atas nakas.
Liza yang tengah duduk di sisi kasur mendongak menatap pria yang kini telah menjadi suaminya.
"Kenapa kau mau menikahi ku? Aku ini janda, orang-orang selalu memandang ku sebelah mata karna statusku. Aku juga masih belum bisa menerima pernikahan kita, aku masih sangat mencintai almarhum suami ku...ceraikan aku...!" ucapan itu lolos begitu saja dari mulut Liza. Pikirannya saat ini benar-benar kacau terutama pada hatinya yang sangat menolak kehadiran Fariz dalam kehidupannya.
"Saya menikahimu karna saya memang menginginkan mu. Jangan merendahkan dirimu di hadapan saya termasuk mengungkit statusmu yang kemaren. Sekarang status kau sekarang istri saya." ucap Fariz tegas.
"Jangan terus membelunggu diri pada mendiang suamimu itu hingga memilih untuk terus menyendiri dengan status janda. Kau wanita normal, kan?" Pertanyaan Fariz membuat Liza menatap tajam suaminya.
"Bukan hanya pria yang menahan syahwatnya ketika hasrat itu timbul sementara tidak ada tempat pelampiasan ketika dia belum menikah termasuk kau sebagai wanita, pasti sesaat syahwat itu muncul. Dan jangan terus menyendiri dan memberikan peluang pada setan melakukan kehinaan kepada mu." tutur Fariz.
Sementara Liza memalingkan wajahnya. Mengigit bibir bawahnya kelu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Syarifah
lanjuttttt
2023-01-23
0
eL
Hdehh...😌
Kl boleh milih semua org jg g bakal mau jd jendes
2023-01-23
1