Bab 5

Ada satu ketakutan yang menyeruak dalam pikirannya.

Ia takut jika laki-laki yang di telpon ibunya malam-malam itu adalah Hakim, calon suaminya.

***

Ricky pun menepikan mobilnya tepat di pinggir taman tak jauh dari tempat Hakim dan ibunya berada.

Hati Sukma remuk saat melihat kemesraan yang terjadi di antara Hakim dan juga sang ibu.

"Sukma, apa itu ibumu dan juga calon suamimu?" tanya Ricky juga melihat ke arah Hakim dan juga Murni.

Dengan mata berkaca-kaca, Sukma menganggukkan kepalanya. Hatinya sakit saat melihat eratnya genggaman tangan mereka berdua.

"Apa yang harus saya lakukan pak?" tanya Sukma dengan air mata yang telah berjatuhan.

"Kamu sabar ya Suk. Tenangkan dulu pikiran dan hatimu. Siapa tau saja, calon suami dan ibumu ada pembicaraan penting tentang pernikahan kalian," jawab Ricky mencoba membuat Sukma tenang.

"Tapi, pembicaraan apa yang membuat mereka harus pegangan tangan dan bermesraan begitu pak? Bahkan saya sendiri saja tidak pernah sedekat itu bersama dengan pacar saya,"ucap Sukma lagi.

"Sukma hey, dengarkan saya. Saran saya, mending sekarang kamu turun, lalu tanyakan kepada mereka baik-baik. Apa jawaban dari mereka berdua. Dengan begitu, kamu bisa mengambil kesimpulan dan juga keputusan yang tepat untukmu," usul Ricky mengusap air mata wanita yang ia cintai itu.

"Bapak benar. Saya harus turun untuk tau kejadian sebenarnya," balas Sukma menarik nafasnya dalam, lalu melepaskannya perlahan.

Dengan langkah kaki gemetaran, Sukma terus berjalan menghampiri ibu dan juga calon suaminya.

Ia berharap keduanya bisa memberikan alasan yang tak akan membuatnya kecewa ataupun marah.

Sedangkan dari dalam mobil berjenis sedan itu, Ricky terus memperhatikan langkah Sukma dengan cermat. Ia tak mau, gadis pujaan hatinya itu kenapa-napa.

"Mas Hakim, ibu? Apa yang kalian lakukan disini?" tanya Sukma membuat Murni dan juga Hakim terkejut bukan main. Wajahnya seketika berubah menjadi pucat.

"Suk.. Suk.. Sukma? Kamu.. Kamu ngapain disini?" tanya Hakim gelagapan.

"Iya Suk. Kamu.. Kamu.. Kamu ngapain disini?" tanya Murni mengulang ucapan Hakim.

"Harusnya aku yang nanya sama ibu dan juga mas Hakim. Ngapain kalian berdua disini? Aku perhatikan dari tadi, kalian sangat mesra dan dekat sekali," tanya Sukma dengan perasaan yang bergemuruh.

"Sukma, apa maksud mu? Kamu menuduh ibu dan Hakim memiliki hubungan? Begitu?" bantah Murni namun dengan suara yang bergetar.

"Iya Suk. Apa maksud mu berkata seperti itu? Mana mungkin aku dan ibumu berpacaran? Jangan asal bicara kamu Suk," tambah Hakim juga membela dirinya.

"Aku nggak berkata seperti itu mas? Kamu dan ibulah yang mengucapkannya sendiri," ucap Sukma membuat Hakim dan Murni terdiam.

"Sukma, percayalah. Aku dan ibu bertemu disini untuk membahas pernikahan kita. Sumpah demi apapun aku berani sayang," ujar Hakim setelahnya.

"Iya Suk. Sebelum ibu berangkat ke rumah saudara ibu, Hakim menelpon ibu dan ingin membicarakan masalah lamaran dan pernikahan kalian. Kamu jangan salah sangka dulu nak," tambah Murni mulai bisa menguasai keadaan.

"Baiklah. Anggap saja aku percaya kata-kata ibu dan mas Hakim. Tapi ingat ya mas, bu, jika kalian memang memiliki hubungan khusus, aku nggak akan segan-segan untuk membatalkan pernikahan ini," ancam Sukma lalu pergi menjauh dari taman itu.

.

.

"Bagaimana Suk? Apa semuanya baik-baik saja?" tanya Ricky yang sedari tadi penasaran.

"Hhhhhhh.. Saya nggak tau pak. Saya sendiri juga bingung.

Mereka bilang jika mereka bertemu karena untuk membahas pernikahan dan juga pertunangan kami. Tapi aku heran, kenapa mereka harus semesra itu?" jawab Sukma menghela nafasnya kasar.

"Ya sudah. Baguslah kalau begitu. Percayakan saja semuanya kepada yang di atas. Dengan begitu, kamu pasti akan merasakan ketenangan," ucap Ricky membelai pipi Sukma dan menatapnya lekat.

Entah kenapa, Sukma terbawa suasana kala itu. Entah karena suasana hatinya yang kacau, atau pikirannya yang tidak bersahabat. Sukma pun juga melabuhkan pandanganya ke arah mata Ricky, sehingga kedua bola mata itu beradu dan saling tatap-tatapan satu sama lain.

Alhasil, semakin lama mata mereka saling bertaut, semakin dekat juga wajah mereka satu sama lain, hingga kini, baik Ricky dan Sukma bisa merasakan deru nafas mereka masing-masing.

Untuk di detik berikutnya, dengan keberanian yang entah datang dari mana, Ricky langsung melabuhkan bibirnya di bibir mungil milik Sukma.

Anehnya lagi, Sukma seakan larut dalam suasana intim itu, di tambah lagi, diluar baru saja turun hujan deras yang semakin membuat suasana menjadi intens.

Di menit berikutnya, di saat Ricky tengah terlena dengan nikmatnya bibir Sukma, tiba-tiba saja Sukma sadar dengan kelakuannya dan segera melepas ciumannya dan seketika menundukkan kepala karena malu.

"Sukma.. Ma.. Maafkan saya. Sungguh, saya khilaf dan saya janji tidak akan mengulanginya lagi," ucap Ricky merasa bersalah.

Sukma hanya diam tidak memberikan jawaban apa-apa. Ia masih berusaha melupakan kejadian baru saja dan mengatur laju nafasnya agar bisa lebih tenang.

"Sukma. Kamu boleh marah sama saya. Tapi saya mohon, tolong jangan jauhi saya," mohon Ricky benar-benar ketakutan sekali.

"Tidak.. Saya tidak marah pak. Lagi pula saya juga larut dalam suasana itu.

Maafkan saya pak. Saya juga khilaf," ucap Sukma juga mengakui kesalahannya.

"Tidak.. Tidak.. Kamu tidak salah. Saya lah yang bersalah. Saya terlalu mencintaimu Sukma," ucap Ricky tak ragu-ragu lagi untuk menyatakan perasaannya.

"Ya sudah, kalau begitu ayo kita jalan lagi pak. Takutnya kemalaman," ujar Sukma mengalihkan pembicaraan mereka.

Akhirnya, Ricky pun melajukan mobilnya menuju sebuah restoran cepat saji.

Sepanjang perjalanan pulang, mereka tak banyak bicara. Mungkin karena rasa canggung di antara Sukma dan Ricky.

.

.

"Sukma?" panggil Ricky masih tetap fokus mengemudikan mobilnya.

"Ya, ada apa pak?" tanya Sukma sembari mengalihkan pandangannya ke arah laki-laki tampan itu.

"Hmmmm.. Maafkan aku, apa sebelumnya kamu sudah pernah berciuman dengan laki-laki lain?" tanya Ricky yang sedari tadi penasaran.

"Belum pak. Bapak sendiri?" jawab Sukma menggelengkan kepalanya.

"Belum juga. Baru kamu orang pertama yang aku cium," jawab Ricky lagi.

Ada rasa kebanggaan tersendiri yang dirasakan oleh laki-laki tampan itu karena bisa mendapatkan merasakan ciuman pertama dari Sukma.

Begitu juga dengan Sukma, entah kenapa, hatinya senang saat mendengar kata-kata Ricky baru saja.

Tak banyak bicara lagi, akhirnya Sukma pun tiba di depan rumahnya.

Setelah berpamitan kepada Ricky, Sukma pun turun dan langsung masuk ke dalam rumahnya.

"Jadi begini rasanya berciuman dengan orang yang kita cintai?" gumam Ricky mengusap bibirnya setelah Sukma turun.

"Sukma, kamu kenapa pulangnya telat sekali nak?" tanya Bagus, ayah tercintanya.

"Maafkan aku yah. Tadi habis pulang kerja aku makan dulu bersama dengan teman kantorku. Ibu jadi pergi ke luar kota kah yah?" jawab Sukma lalu menanyakan keberadaan ibunya.

"Jadi nak. Dia sudah berangkat dari tadi," jawab Bagus lagi.

"Apa ayah sudah coba hubungi saudara ibu yang di sana?" tanya Sukma lagi.

Ia tampak masih ragu. Sukma takut jika ibunya kali ini berbohong.

Terpopuler

Comments

Shinta Dewiana

Shinta Dewiana

ayu bagas selidiki istrimu

2023-06-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!