Bab 3

"Aku tidak menuduh ibu. Tapi coba ibu pikir sendiri, ibu berkata manis sama seseorang melalui panggilan telepon. Tidak mungkin ibu berbicara sama teman perempuan ibu semanis dan seromantis itu kan?" tanya Sukma balik, lalu benar-benar pergi.

***

"Sialan anak itu. Bisa-bisanya dia menceramahi ku," gumam Murni lalu masuk ke kamarnya.

Setibanya di kamar, Sukma pun terduduk lemas dan menangis sejadi-jadinya.

Hatinya sakit saat kembali teringat perkataan manis ibunya dengan laki-laki lain di panggilan telepon.

'Kenapa ibu tega sekali menduakan bapak bu. Bapak salah dan kurang apa sama ibu,' batin Sukma memeluk erat guling nya hingga ia tertidur lelap.

Sedangkan di kamar lainnya, Murni yang tidur di sebelah suaminya masih sibuk bermain ponsel dan berbalas pesan dengan selingkuhannya yang tak lain tak bukan adalah Hakim, calon menantunya.

"Maaf ya sayang tadi aku matiin panggilan teleponnya. Tadi, waktu aku lagi di dapur, Sukma datang dan memergokiku," isi pesan yang dikirim oleh Murni kepada calon suami Sukma.

"Apa? Lalu bagaimana? Apa Sukma mengetahuinya?" tanya Hakim lagi.

"Tidak. Kamu tenang saja. Meskipun Sukma mendengar banyak, tapi dia tidak mendengar suara mu," balas Murni lagi.

"Syukurlah kalau begitu sayang. Ya sudah, mending sekarang kamu tidur dengan nyenyak. Besok, sehabis pulang kerja kita akan ketemu," balas Hakim yang sedang bersantai di kamarnya.

Keesokan paginya.....

"Pak , besok sehabis jualan aku mau ke rumah Lastri di Bogor. Kami akan membahas perihal penjualan tanah milik Ibu yang ada di sana. Bapak sama Sukma jangan tunggu aku ya. Kalian tidur saja duluan. Kemungkinan besar aku akan menginap di sana," ucap Murni di saat keluarga itu sedang sarapan pagi di meja makan.

"Kenapa dadakan sekali bu? Apa perlu aku temani kamu ke Bogor?" tawar Bagus sedikit terkejut.

"Ya gimana lagi pak. Namanya juga orang beli. Siapa tau harganya cocok dan kita bisa menambah modal untuk biaya pesta pernikahan Sukma dengan Hakim," ucap Murni dengan alasan yang tepat.

'Apa ibu akan benar-benar ke Bogor ya?' batin Sukma sedikit curiga.

"Ya sudah, kalau gitu pergilah, biar aku yang temani mu ke Bogor," tawar Bagus yang langsung di tolak oleh Murni.

"Tidak usah pak. Ibu sendirian saja. Kalau bapak ikut, bagaimana dengan kios kita. Kita tidak mungkin tutup kan pak?" alasan wanita paruh baya itu terdengar masuk akal.

"Ya sudah. Kalau begitu ibu hati-hati saja di jalan. Ingat, segeralah pulang setelah urusan ibu di sana sudah selesai.

"Untung saja keluarga Hakim tidak jadi datang ke sini malam ini ya pak. Semoga ini rezeki kita," ucap Murni lagi.

Sebelumnya Hakim sempat menghubungi Sukma jika keluarganya tidak bisa datang malam ini karena ada kemalangan di keluarga papanya.

Meskipun itu hanya alasan, tapi Sukma percaya sepenuhnya dengan alasan yang diberikan oleh calon suaminya itu.

Baik Sukma maupun bapaknya sama sekali mempunyai pikiran jika Murni akan membuat janji temu bahkan merencanakan untuk bermalam dengan Hakim. Laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi suami dari Sukma.

Hari pun berjalan seperti biasanya. Tidak ada yang istimewa. Setelah Sukma berangkat ke kantor, Murni pun berangkat ke kios baksonya dengan di antar oleh sang suami. Selanjutnya, Bagus pun langsung pergi ke kantornya dan melanjutkan pekerjaannya.

Setibanya di kantor, Sukma langsung di panggil ke ruangan atasannya Ricky.

Dengan langkah sedikit ragu, Sukma pun memberanikan mengetuk pintu ruangan yang bertuliskan direktur.

Tok

Tok

Tok

"Masuk," ucap suara dari dalam ruangan.

Dengan perlahan, Sukma membuka pintu dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Bapak.. Bapak manggil saya?" tanya Sukma menundukkan kepalanya setelah melihat atasannya sekilas.

"Iya. Silahkan duduk," perintah Ricky tetap tenang.

"Hmmm, Sukma, bagaimana? Apa acara lamaranmu sukses?" tanya Ricky ternyata bersifat pribadi.

"Alhamdulillah pak," jawab Sukma singkat.

"Wah, selamat ya Sukma. Saya memanggilmu kesini hanya untuk memberikan ini," ucap Ricky memberikan sebuah kotak beludru berwarna merah.

"A.. A.. Apa ini pak?" tanya Sukma heran.

"Buka saja. Aku harap kamu suka dan tidak menolak pemberianku," jawab Ricky mempersilahkan Sukma untuk membuka kotak merah tersebut.

Dengan perlahan, Sukma lalu mengambil kotak tersebut dan membukanya.

Ia kaget saat melihat sebuah cincin bertahtakan berlian tergeletak indah di dalamnya.

"Apa ini pak?" tanya Sukma melihat ke arah Ricky.

"Itu hadiah dari saya untuk pertunangan mu dan pacarmu. Sukma, jujur, sebenarnya sudah lama saya ingin memberikan cincin itu padamu sebagai rasa cinta saya terhadap dirimu. Namun, di saat saya akan memberikan cincin itu, saya mendengar jika kamu telah memiliki kekasih. Saya memilih mundur karena saya tidak mau merusak hubungan orang lain. Saya harap kamu tidak menolak pemberian saya itu," ucap Ricky akhirnya mengakui perasaannya terhadap wanita cantik itu.

"Ta.. Ta. Tapi pak.. Saya tidak bisa menerimanya. Saya.. Saya tidak pantas memilikinya," ucap Sukma menolak pemberian dari atasannya itu.

"Kenapa tidak pantas? Kamu sangat pantas sekali Sukma. Lagi pula itu memang saya belikan khusus untukmu," balas Ricky terus memaksa Sukma untuk menerima cincin tersebut.

"Tapi pak," ucap Sukma terputus.

"Sudah, begini saja, kamu ambil saja cincin ini. Tidak usah di pakai juga nggak apa-apa.

Kamu simpan baik-baik. Sukma dengarkan saya, saya Ricky, akan selalu ada untukmu apapun keadaanmu dan bagaimana pun kondisi mu. Jika andai kata kamu tidak bahagia dengan suamimu nanti, segera hubungi lah saya. Ada bahu untukmu menangis disini," ucap Ricky membuat hati Sukma bergetar hebat.

Entah kenapa, mendengar perkataan atasannya itu, ada keraguan dan ketakutan untuk menjalani biduk rumah tangga dengan Hakim.

'Tidak.. Aku tidak boleh baper dan juga tidak boleh terpengaruh ucapannya pak Ricky. Ingan Sukma, sebentar lagi kamu akan menikah dengan mas Hakim. Jangan pedulikan ucapannya pak Ricky,' batin Sukma mencoba menguatkan hatinya.

"Hhhhhh, baiklah pak. Saya akan menerima cincin pemberian bapak. Tapi, bukan berarti saya menerima cinta bapak. Saya mengucapkan banyak terima kasih karena bapak sudah mau peduli dan mencintai saya.

Saya benar-benar berterima kasih sekali untuk cincin yang bapak berikan ini," ucap Sukma mengambil cincin pemberian dari atasannya.

"Sama-sama Sukma. Apa kamu tidak ingin mencoba memakainya dulu? Saran saya, cobalah dulu, biar hati saya senang melihatnya," balas Ricky mengambil kotak berisikan cincin tersebut, lalu mengeluarkannya dari dalam sana.

Tanpa ragu, Ricky pun meraih tangan Sukma dan memasangkan cincinnya. Ini adalah kali pertama mereka bersentuhan tangan.

Ada rasa deg-degan yang di rasakan oleh Sukma, begitu juga dengan Ricky. Selama ini, Hakim yang sudah menjalin hubungan lama dengannya, tidak pernah bersikap se romantis ini, begitu juga dengan Ricky, ia sama sekali tidak pernah jatuh cinta dengan wanita manapun selain Sukma.

"Bagaimana? Cantik kan?" tanya Ricky terlihat bahagia.

"Iya, cantik. Makasih ya pak," jawab Sukma menganggukkan kepalanya.

"Sama-sama Sukma. Tersenyumlah seperti ini selalu. Jika kamu tidak nyaman, kamu boleh membuka dan menyimpannya," ucap laki-laki tampan itu.

Bersambung.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!