Mendengar pertanyaan istrinya tentang hal ini, Xavier semakin mengerutkan keningnya. Dia menatap Vanessa tajam, merasa tak habis pikir dengan apa yang barusan ditanyakan oleh istrinya.
"Kenapa kamu tiba-tiba bertanya soal ini?" sahut Xavier berusaha menelisik.
Sesungguhnya, Xavier tak menyangka jika Vanessa akan bertanya seperti ini. Rasanya seperti di luar ekspektasinya, karena seharusnya Vanessa paham apa hubungannya dengan sahabatnya itu.
Vanessa semakin gugup. Tapi dia masih ingin tahu dan berusaha menelisik jawaban dari Xavier, supaya bisa memahami keadaan saat ini.
“Mm … aku hanya penasaran saja. Sebenarnya … aku … sedikit terganggu dengan kedekatan kalian tadi,” ucap wanita ini dengan kata-kata yang tersendat-sendat.
Terlepas dari apa yang diucapkan Jane kali ini benar atau tidak, namun Jane merasa jika hal ini bisa membuat Xavier menjelaskan hubungan mereka berdua.
Refleks Xavier menutupi mulutnya yang tiba-tiba menganga, merasa tak percaya dengan ucapan Vanessa barusan. “Ja-jadi … kamu cemburu? Dengan sahabatmu sendiri?” tanya pria ini dengan tatapan tercengang luar biasa.
Jane menelan ludahnya. Dia tidak menjawab, dan merasa ketakutan jika tindakannya kali ini ternyata salah di mata Xavier.
“Ayolah, Sayang. Kamu pasti bercanda kan?” Xavier memastikan kembali.
Jane menggelengkan kepala secara perlahan, tanda bahwa dia sedang tidak bercanda kali ini. "Aku hanya penasaran saja. Karena waktu tadi dia memberikan ucapan selamat, kamu terlihat seakan sudah mengenalnya cukup lama," jawab wanita ini dengan wajah polosnya.
Xavier mengacak-acak rambutnya untuk melampiaskan kekesalannya. Dia tak mungkin menyentak istrinya yang terasa berbeda. Hanya saja, sikap Vanessa dirasa terlalu berlebihan baginya.
“Aku tidak menyangka kamu akan mencurigaiku dengan sahabatmu sendiri. Padahal kita baru saja menikah. Tapi kamu bisa-bisanya menuduhku berselingkuh,” ujar Xavier dengan perasaan kecewa.
Pria ini berjalan menyingkir dari hadapan Vanessa dan memilih duduk di sudut kasur yang ada di dalam kamar mewahnya.
“Aku tidak menuduhmu berselingkuh. Aku hanya penasaran, dan aku sengaja bertanya padamu tentang hal yang menggangguku itu, supaya aku tidak curiga lagi padamu.” Istrinya pun kini menjawab sambil mengikutinya.
"Sebenarnya ada apa denganmu? Kenapa kamu berubah seperti ini? Bukankah kamu tahu, jika memang kita semua dekat?” Xavier mulai meninggikan suaranya. Dia spontan mengatakan hal ini, karena tidak menyangka jika Vanessa akan melampiaskan rasa cemburunya di malam pengantinnya.
Jane terdiam. Dia tak tahu harus menjawab apa ketika pria ini bertanya tentang keadaannya yang sebenarnya. Jane tentu tidak mungkin mengakui bahwa memang dirinya adalah orang yang berbeda dengan wanita yang ada di hadapan Xavier.
Meski begitu, Jane masih tak paham dengan kalimat Xavier yang menyatakan bahwa mereka bertiga memanglah dekat. Apalagi yang Jane tahu, pria ini nantinya malah menikahi wanita yang merupakan sahabat dari istrinya sendiri. Baginya itu terlalu aneh jika mereka berdua tidak ada hubungan apa-apa sebelumnya.
Xavier kini nampak mengenduskan nafasnya kencang. Dia mengeratkan kedua tangannya, dan menundukan kepala sambil memejamkan mata sejenak.
‘Apa mungkin … ini karena dia habis kecelakaan? Jadi ingatannya terganggu?’ batin pria ini yang berusaha memaksa untuk berpikir jernih atas sikap istrinya. Dia berusaha menelaah sikap Vanessa yang terasa begitu berbeda hari ini usai kecelakaan itu.
Keadaan pun hening beberapa saat. Jane yang masih ingin tahu jawaban atas pertanyaannya, kini duduk di samping pria tersebut lalu berusaha untuk memecahkan keheningan di antara mereka.
“Baiklah. Jika kamu tidak mau menjelaskannya, ya sudah. Tidak apa. Aku tidak akan memaksa. Aku hanya bertanya karena penasaran. Apa aku salah bertanya soal ini sebagai istrimu?" tanya Jane yang semakin mendalami perannya sebagai Vanessa.
Dia ingin membuat Xavier semakin bersalah, dan berharap pria ini mau menceritakan hubungannya yang sebenarnya dengan Alexa.
Xavier pun menolehkan wajahnya memandangi Vanessa. Sebenarnya dia ingin melampiaskan amarahnya pada wanita di sampingnya ini. Rasanya tak habis pikir, jika istrinya terus saja memojokkannya seperti barusan.
Namun tentu Xavier tidak mungkin bisa marah pada Vinessa. Wanita ini adalah wanita yang paling dia cintai sepenuh hati. Meski sikap Vanessa kali ini terasa aneh, bahkan seperti orang lain, tapi Xavier berusaha memahaminya.
“Vanessa. Kamu tahu betul, jika Alexa adalah teman satu kampus denganku. Kami memang sudah lama kenal dan berteman. Bahkan aku bisa bertemu denganmu, karena kamu adalah teman sekolahnya. Sahabat baiknya sejak kalian menjadi siswa menengah atas,” jawab Xavier memberikan penjelasannya.
Meski sebenarnya Xavier tidak berniat untuk menjelaskan panjang lebar soal hubungannya dengan Alexa, dia tetap saja mencoba untuk mengalah. Dia tentu tidak ingin jika mereka malah jadi bertengkar di malam pengantin ini. Oleh sebab itu, Xavier berusaha untuk tetap memahami keadaan Vanessa yang dibilang sedang haid, apalagi habis kecelakaan.
“Ah … jadi begitu …” Jane pun baru paham dengan keadaan ini. Dia mengangguk-anggukan kepalanya, tanda memahami penjelasan Xavier barusan. Jane jadi menerawang menelusuri benang merah ini di dalam pikirannya sendiri.
‘Jadi ternyata … Vanessa ini sahabat Alexa, dan Xavier adalah teman sekampus Alexa. Lalu, Xavier jatuh cinta pada Vanessa, dan menikahinya. Tapi … jika akhirnya Xavier menikahi Alexa, kenapa mereka tidak langsung menikah saja? Kenapa Xavier harus menikahi Vanessa terlebih dahulu? Ah! Apa mungkin … Alexa sebelumnya berpacaran dengan Jacob, makanya dia jadi berselingkuh saat menikah dengan Xavier? Tapi kenapa Alexa tidak menikahi Jacob saja? Kenapa dia malah menikahi Xavier?’ Kepala Jane terasa hampir pecah memikirkan segala pertanyaan yang ada di benaknya ini.
‘Arghh …!! Ini benar-benar membuatku gila! Kenapa ini rumit sekali?? Sebenarnya takdir apa ini??’ Jane pun kini malah jadi menjambaki rambut kepalanya sendiri, saking pusingnya.
“Sayang? Kamu kenapa? Apa kamu baik-baik saja?” tanya Xavier yang jadi merasa khawatir dengan respon Vanessa yang tiba-tiba diam melamun, lalu menjambaki rambutnya sendiri.
Xavier berusaha meraih tangan Vanessa supaya menghentikan tindakan wanita ini. Dia tentu tidak mau terjadi hal buruk pada wanita yang dicintainya itu.
Jane menyadari tindakan konyolnya. Dia lalu segera menghentikannya, dan memandangi Xavier sambil memaksakan senyumnya. “Tidak, tidak apa-apa. Aku … baik-baik saja,” ucapnya menggelengkan kepala, dan berusaha untuk meyakinkan suaminya terkait dengan kondisinya.
“Apa kamu … mencurigaiku dengan Alexa?” Xavier kini memastikan jawaban dari istrinya. Dia tidak mau jika Vanessa terus salah paham dengannya karena kedekatannya dengan Alexa.
Jane menggelengkan kepalanya kembali. Dia masih saja memaksakan senyumannya, sambil berusaha menepis tangan pria yang hendak mengelus lengannya itu.
“Tenang saja. Aku tidak mencurigaimu. Aku tadi … hanya … merasa cemburu, mungkin karena hormon. Kamu tahu sendiri, aku sedang haid. Jadi … yah … begitulah. Maafkan aku,” ucap wanita ini dengan perasaan paniknya.
Jane jelas terlihat salah tingkah. Dia begitu berdebar ketika Xavier menatapnya dalam seperti sekarang. Apalagi pria tersebut kini malah memeluknya kembali.
“Syukurlah, jika memang kamu tidak cemburu. Seharusnya kamu tidak perlu cemburu. Dia itu temann baikmu. Temanmu paling setia dan paling baik. Bahkan seharusnya kita berterima kasih padanya,” ucap Xavier lembut. Hal ini kembali mengusik perasaan Jane.
“Tunggu. Kenapa kita … harus berterima kasih padanya?” tanya wanita ini penasaran, sambil memberikan jarak di antara mereka.
Baginya, seharusnya Xavier tidak perlu berterima kasih pada wanita itu. Karena di kehidupan ke depan, Alexa yang berubah menjadi istri sahnya akan berselingkuh dan mengkhianatinya.
Xavier pun kembali tercengang. Namun dia berusaha menerima keadaan Vanessa kembali. “Sepertinya kecelakaan kemarin memang membuatmu jadi melupakan beberapa hal,” ucapnya sengaja menyindir, dan berusaha menenangkan diri sendiri.
Jane pun lagi-lagi hanya membalas dengan senyuman canggung sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Xavier kemudian mengacak-ngacak rambut istrinya itu, dan kemudian menjelaskan kembali tentang ucapannya barusan.
“Kita itu bisa menikah, semua berkat Alexa. Karena kamu temannya, jadi aku bisa bertemubdan berkenalan denganmu saat kamu sedang bersamanya. Bahkan dia juga yang sudah membantu segala urusan pernikahan ini. Dia itu benar-benar teman terbaikmu. Jadi kamu tidak boleh sampai kehilangan dia, jika tidak mau menyesalinya,” ucap pria ini yang kemudian membelai rambut istrinya, merapikannya kembali.
Sungguh, Jane tak menyangka akan mendengar tentang kebaikan Alexa dari mulut Xavier. Hal ini jelas membuatnya bingung. Dia pun jadi terdiam.
'Mana mungkin dia bersikap begitu baik? Apa mungkin … dia memiliki karakter yang berbeda di masa lalunya? Lalu … apa yang membuatnya jadi bertindak kasar dan emosian selama aku mengenalnya?’ batin Jane masih penuh dengan tanda tanya dalam pikirannya.
Rasanya tak percaya, jika wanita yang telah berselingkuh dari Xavier dan bahkan tega menampar Jane di kehidupan setelahnya, dianggap begitu baik sikapnya oleh pria ini.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Endang Mulyani Sri
semangatz Thor... menarik ceritanya🥰
2023-01-30
0