Aku berangkat ke butik tidak seperti biasanya yang harus menyiapkan segala kebutuhan suamiku. Nyeri itu belum bisa terobati, bukankah masih ada istri mudanya dirumah , yang pasti sudah mampu mengurusnya.
Setibanya di butik, sudah ada anak kecil yang menungguku, siapa dia? Apakah aku mengenalnya?
Aku segera menepikan mobil dan memarkirnya, sadar akan kedatanganku , gadis kecil berusia 9 tahun itu berlari menemuiku.
"Dila, sepagi ini kamu sudah disini! " aku membalas pelukannya, bersamanya aku merasa sempurna, sangat dihargai sebagai seorang wanita. Bersamanya aku bisa melupakan kisah hidupku yang pahit seperti brotowali.
"Dila kangen sama Tante." ucap gadis itu seraya bergelayut manja di pelukanku.
"Tapi, ini kan waktunya kamu sekolah , Sayang. Kamu bisa main nanti kalau sudah selesai sekolah, " aku mencoba merayunya.
"Dia tidak mau sekolah kalau belum bertemu kamu, " suara Mas Andre mengagetkanku, aku menoleh ke arahnya. Pria hebat yang bisa mengurus gadis selincah Dila seorang diri. Selepas kepergian mendiang istrinya, aku yakin, tidak mudah memperagakan dua peran sekaligus , itu mengapa aku menobatkan dia pria hebat.
"Oh, gitu, sekarang Dila sudah ketemu aku, sekolah dulu gih sana, nanti kita main lagi. " ucapku seraya menoel hidung mancungnya.
"Tapi, Dila masih kangen, tante, " bocah kecil itu masih memeluk erat , sama sekali dia tidak mau lepas dengan diriku.
"Gini, deh, nanti Tante buatin gaun untuk Dila, tapi Dila sekolah dulu, " Aku masih berusaha membujuk gadis manis itu, berharap dengan rayuan gaun dia mau berangkat sekolah.
"Iya , Sayang, nanti kalau sudah selesai sekolah, main kesini, ok, " timpal Mas Andre , dari raut wajahnya , sangat terlihat jelas rasa tidak enak hati menyeruak, karena mungkin dia merasa mengganggu aktifitas pagiku.
"Aisyah , Maafkan anakku," benar sekali dugaanku, Mas Andre sangat tidak enak hati karena sikap Dila.
"Tidak apa, Mas, ist ok, " ucapku berharap rasa bersalahnya akan hilang.
Setelah aku bujuk dengan sebuah gaun, akhirnya dengan senang dia hati berangkat ke sekolah , sedang aku membuka butik dan segera menyiapkan gaun yang sudah aku janjikan.
Kalau tidak keguguran , mungkin anakku juga seusia Dila, air mata ini terus saja menetes kala teringat , bukan hanya sekali aku keguguran , tapi beberapa kali hingga membuatku stres.
Butik adalah pelarianku, untuk mengurangi rasa stres yang terus mendera dan disinilah aku mengenal sosok Dila. Gadis yang sangat periang, tapi mempunyai sebuah kerinduan yang sangat dalam pada mendiang ibundanya.
Hari mulai senja, tapi aku malas ingin menginjakkan kaki ke rumah, hati ini tersayat sembilu kala teringat , bahwa ada seorang wanita yang menyinggahi rumahku.
"Tante! " Dila berlari kecil menghampiriku seraya membawa rantang di tangan kanannya.
Gadis itu selalu mengembangkan senyum yang teramat manis.
"Maaf, kamu sudah mau pulang? Dila ngotot ingin makan bersamamu , ini dia yang masak sama simboknya, katanya spesial, " Andre menunjuk ke arah Dila yang sedang bergelayut manja di pangkuan Aisyah.
"Nggak apa-apa aku juga lagi bosen , beruntung ada dia, " aku mengelus rambut hitamnya , melihat dia rasa sakit hati hilang seketika , entah kenapa kebahagiaan ini selalu datang kala Dila berada di sampingku.
"Maaf, aku selalu menganggu waktumu," ucapnya, terlihat jelas dari gestur tubuhnya , kalau merasa tidak nyaman.
"Its ok, mari kita nikmati masakan Dila," ajakku, agar Mas Andre tidak terus merasa bersalah.
"Sayang, mau makan dimana? " tanyaku pada Dila .
"Tante kita makan disana." tunjuk Dila.
Dila memilih makan di samping butik, memang sengaja aku disein untuk aku menghilangkan rasa jenuh, disana ada kolam ikan yang tidak begitu besar .
Aku membawa tikar dan menenggarkan di pinggir kolam, suara gemericik air membuat suasana begitu syahdu.
Seandainya keadaan seperti ini aku bisa menikmati dengan Mas Fahri, ah itu hanya sebuah ilusi belaka.
"Tante ayo, mau makan sama apa. " Dila begitu bersemangat menuangkan nasi ke dalam piringku, senyumnya terus saja mengembang, manis sekali.
Ketika kami sedang menikmati makanan yang dibawa oleh Dila, Mas Fahri hadir di tengah-tengah kebahagiaan kami.
"Oh, jadi ini alasan kamu terlambat pulang!" seru Mas Fahri yang tiba-tiba menyeret tanganku.
"Kenapa Mas, emang? " aku mencoba memberanikan diri , rasanya tidak sanggup jika kebahagiaanku terus saja terusik.
"Kamu tanya, kenapa? Jelas -jelas kamu sedang menikmati makan dengan pria lain, Aisyah! " seru Fahri.
"Maaf, jika karena kami , kalian jadi bertengkar, tapi ini hanya keinginan putriku saja, karena dia sangat menyayangi Aisyah," Mas Andre menimpali.
Namun, aku sangat yakin, kalau Mas Fahri tidak akan menerima alasan apapun.
Terlihat dari rahangnya yang mengeras , kalau dia sangat marah.
"Pulang!" titahnya, malas, malas sekali , harus pulang dan bertemu dengan istri mudanya.
"Aku bawa mobil sendiri," Sebenarnya bisa saja aku meninggalkan mobil di butik, toh juga sudah biasa, tapi aku malas harus satu mobil dengan Mas Fahri.
"Sayang , tante pulang dulu, " aku mencium pucuk kepala Dila, dia sangat kecewa dengan sikap suamiku, entah apa yang sedang ia pikirkan.
"Pulang bersamaku!" serunya lagi.
"Kamu terus saja seperti itu, apa yang kamu inginkan harus aku turuti, apakah kamu juga mau menturuti keinginanku," aku menatap manik mata Mas Fahri dengan lekat.
"Apa yang kamu inginkan," Mas Fahri menjawab pertanyaanku.
"Jadikan aku satu-satunya dan ceraikan Bilqis," aku menatap Mas Fahri dengan tajam, mencoba mencari jawaban atas pertanyaanku, dia diam , ya hanya diam yang bisa dia lakukan....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 15 Episodes
Comments