AKU BAHAGIA TANPA MU MAS!!! BAB 3

Mas Fahri masih bersimpuh di kakiku memohon belas kasih, agar restu itu keluar dari mulutku dan juga Mama.

"Ma, restui kami," kini giliran Bilqis yang bersimpuh di kaki Mama, nada bicaranya sendu tak lupa air mata yang terus menetes.

"Tidak ada restu lagi, hatiku terlalu sakit, sejak kapan kalian berhubungan," ucap Mama dengan tatapan nanar.

"Ma , tapi ak….." belum juga Bilqis meneruskan ucapannya, Mama berdiri dan membiarkan Bilqis meraung menangis seraya duduk bersimpuh.

"Ma , dia itu wanita baik-baik, dia putri Kyai Muhsin! Guru aku Ma! " seru Mas Fahri.

Melihat Bilqis yang sedang tersedu , dia langsung bangkit dan mendekati istri barunya. Ngiris, ngiris sekali. Bukan Bilqis, tapi aku, nyatanya Mas Fahri begitu mengkhawatirkan maduku di depan mataku. luka hatiku bertambah menganga , entah apa bisa aku menutup luka yang sudah terlanjur dalam ini atau tidak.

"Apa kamu pikir putri Kyai tidak bisa berbuat salah hah! Pelakor seperti ini masih kamu bela , buka mata kamu Fahri! Kamu sudah menyakiti hati istrimu! Kamu sudah zalim dengan Aisyah!" seru Mama dengan derai air mata yang membasahi pipinya. Dia tak menyangka putra kebanggaannya yang terlihat begitu mencintai bisa menjatuhkanku dari ketinggian.

"Syah, kamu ikut Mama! " titah Mama, aku segera berdiri dan mengekor di belakang Mama.

"Aisyah berhenti!" seru Mas Fahri, aku berhenti , tapi Mama terus menggandeng tanganku dan menyuruhku untuk terus berjalan.

"Aisyah aku masih suamimu. Jadi, jangan pernah membantah perintahku! " bentak Mas Fahri, tentu membuatku menghentikan langkah dan mengusap kasar air mata.

"Aisyah, permintaanku sederhana , hanya minta restumu untuk menerima Bilqis menjadi adik madumu, itu doang, " ucapnya dengan frustasi.

"Permintaan sederhana yang takkan pernah bisa aku terima," ucapku lirih , tapi tegas , sedang tangan Mama masih bertaut dengan tanganku, seakan menyalurkan energi agar aku bisa lebih kuat.

"Ya ampun, Mbak Aisyah. Makanya ngaji , nanti kamu akan tahu tentang poligami," timpal Bilqis yang membuat Mama naik darah.

"Tahu apa kamu tentang poligami hah! " Mama mendekati Bilqis , dan menampar pipi kanannya.

"Orang yang paham tentang agama tentu paham tentang etika. Yang seharusnya ngaji lagi itu kamu bukan Aisyah. Pahami dulu kitab-kitab itu, sebelum kamu berucap! " Mama sungguh geram dengan ucapan Bilqis , yang terlalu merendahkan aku , seakan dia yang paling paham tentang agama.

Untung ada Mama yang selalu membelaku , setidaknya bisa menjadi penopang bahuku untuk aku bisa lebih kuat menghadapi kenyataan pahit ini.

Mama terus menggandeng tanganku hingga menuju mobil.

"Aisyah jangan durhaka kamu denganku, turun!" titah Mas Fahri.

Mana mungkin aku akan turun dari mobil dan masuk kedalam rumah , sedang di istana yang kubangun dengan jerih payahku, kini ada wanita lain yang berada didalamnya.

"Kamu minta aku turun, tapi kamu membiarkan gundikmu menikmati istana yang sekian tahun aku bangun dengan kasih sayang dan kamu membiarkan orang lain untuk menikmati itu , sadar kamu Mas. Atau kamu perlu di ruqyah, agar kamu tahu betapa perihnya hatiku saat ini,"

Mas Fahri diam, dia seperti sedang memikirkan sesuatu .

"Sudahlah, Mas.Mbak Aisyah mungkin perlu sendiri dan kita harus sabar dan jangan sampai lelah untuk mengingatkan dan memberi pemahaman tentang poligami, "ucap Bilqis seraya menggandeng lengan Mas Fahri yang tak terlalu kekar.

Meski aku berada di dalam mobil , aku masih bisa dengan jelas mendengar perkataan, Bilqis.

"Ma , berhenti! " mendengar permintaanku Mama membulatkan mata.

"Kamu mau apa? Sudah, untuk sementara kamu tinggal sama Mama, aku nggak mau melihat kamu selalu bersedih karena ulah anak Mama, " ucap Mama dengan nada parau.

Wanita sepuh itu begitu menyayangiku , membuat aku tak tega jika aku harus menggugat cerai Mas Fahri , aku memandang lekat wajah penuh kasih sayang itu , lalu aku memeluknya dengan erat.

"Kamu yakin mau kembali ke rumah?" tanya Mama.

"Insyaallah, Ma. Aku tidak mau lari dari masalah, dengan aku seperti ini, masalah ini tidak akan pernah selesai," aku merenggangkan pelukan.

"Pak putar balik," Mama mengantarku sampai depan rumah.

Setelah aku turun, aku masih berdiri di teras dan memastikan mobil Mama hilang dari edaran mata.

Aku membalikkan badan , pintu masih terbuka , lampu masih menyala, itu berarti penghuni rumah ini masih terjaga. Benar juga ketika aku melangkahkan kaki sampai balik pintu, aku mendapati Mas Fahri tidur di sofa sendiri, dimana Bilqis? Aku celingukan mencari keberadaannya.

Mungkin langkah kakiku terlalu keras hingga membunyikan suara, hingga membuat Mas Fahri terjaga.

"Syah," Panggilnya, aku menghentikan langkahku, Mas Fahri memelukku dari belakang dan aku membiarkan itu terjadi. Aku menutup mata sebentar dan merasakan hembusan nafas hangatnya.

Ketika aku membuka mata, Bilqis sudah ada di depan mataku sedang membawa nampan berisi kopi hitam, dia nampak kecewa dan marah melihat Mas Fahri berada di pelukanku.

Aku sengaja tidak melepaskan pelukan Mas Fahri dan berpura -pura menikmati pelukannya , hanya untuk membuat adik maduku cemburu.

"Mari kita buktikan Bilqis, " gumamku dalam hati.....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!