"Bilqis kamu tidak apa?" ucap Mas Fahri cemas.
Mas Fahri langsung berlari ke arah Bilqis dan memunguti pecahan gelas yang berserakan.
"Kakimu melepuh, Bilqis, " Mas Fahri tampak sangat khawatir. Ya, terlihat sangat jelas raut wajahnya.
"Iya, tadi terkena tumpahan kopi yang akan aku berikan pada kamu, Mas," ucap Bilqis seraya meringis kesakitan.
Aku masih berdiri melihat Bilqis yang kesakitan. Aku tahu, dia cemburu melihat Mas Fahri memelukku dari belakang.
"Mari kita lihat Bilqis, siapa yang menang dan siapa yang kalah," gumamku.
"Bilqis, kamu cemburu melihat Mas Fahri memelukku?" aku sengaja memancing kemarahan Bilqis. Aku hanya ingin tahu, sebesar apa kesabarannya.
"Ti -ti- tidak! Aku tidak cemburu, " ucapnya dengan memandang wajahku dengan tatapan yang sangat bisa aku tebak.
"Kamu yakin. Asal kamu tahu, Mas Fahri teramat mencintaiku, "aku sengaja memancing kemarahannya lagi, tapi yang sebenarnya aku mual mengatakan hal itu. Karena Perlahan rasa cintaku pada Mas Fahri terkikis.
" Ayo, aku papah, biar aku olesi lukamu di kamar, "ucap Mas Fahri dengan penuh kasih sayang.
" Mas, aku nggak bisa jalan,"ujarnya dengan suara manjanya.
"Dasar manja, " aku berdesis.
Tak lama , Mas Fahri menggendong Bilqis menuju kamar, dari dalam sana aku mendengar mereka ketawa. Rasanya, buliran ini ingin jatuh, tapi, sebisa mungkin aku tahan. Aku tidak mau terlihat lemah di mata mereka. Meski aku rapuh, aku ingin terlihat tegar, agar tidak ada satupun yang bisa menjatuhkan aku.
Aku memilih ke dapur dan membuat caffe latte kesukaanku dan membawa ke kamar, aku berdiri di balkon depan kamar. Menatap langit yang begitu cerah , tapi, tidak dengan hatiku.
Hatiku hancur berkeping-keping, harus menghadapi kenyataan hidup.
"Syah." terdengar ketukan pintu dari luar, seraya memanggil namaku, enggan rasanya untuk melangkah membukakan pintu untuk Mas Fahri.
"Syah, buka sebentar, aku tahu kamu belum tidur, " entah mau apa pria itu, terus mengganggu hidupku. Bukankah malam ini malam pertamanya, tentu dia akan menghabiskan malam bersama istri mudanya, kan?
Aku menghabiskan caffe latte ku dan segera menuju pembaringan. Suara ketukan itu terus saja mengganggu gendang telingaku. tapi, aku abaikan hingga aku tidak lagi mendengar suaranya, mungkin dia sudah mendatangi istri mudanya, biarlah , aku tidak mau lagi berurusan dengan mereka , apalagi harus berlomba mencari perhatian pada Mas Fahri.
Pukul 4.00 aku sudah terjaga dari tidurku, aku melangkah keluar dari kamar untuk mengambil air putih, karena persediaan di kamar sudah habis, karena semalam aku lupa untuk mengisi.
Aku berdiri sejenak ketika berada di depan kamar, aku memandang nanar kamar yang berada tak jauh dari kamar pribadiku. Kamar yang sekarang dihuni oleh Mas Fahri dan istri barunya.
Aku menghela nafas panjang lalu aku keluarkan dengan pelan, "Kini bukan hanya aku yang memiliki ragamu, Mas. Tapi, ada wanita yang sengaja kamu datangkan untuk ikut menikmati raga yang selama ini aku jaga marwahnya,"
Aku melangkahkan kaki kembali menuju dapur, dari kejauhan aku melihat seperti ada seseorang yang sedang tertidur di sofa panjang depan tv.
Aku terus melangkahkan kaki hingga aku berdiri tepat di belakang sofa.
"Mas , Fahri! " aku terkejut , kenapa dia tidur disini, bukankah harusnya Mas Fahri sedang menikmati malam indah bersama Bilqis.
"Mas, kenapa tidur disini , aku nungguin dari semalam, " ucap Bilqis , yang tiba-tiba datang dan merajuk, mungkin dia tidak melihatku karena lampu di ruangan ini sengaja di matikan oleh Mas Fahri.
Mas Fahri hanya menggeliat dan setelah sekian detik dia terbangun dan duduk.
"Maaf, aku ketiduran disini, " ucapnya seraya mengucek matanya.
"Ayo, pindah, " titah Bilqis.
"Aku mau langsung ke masjid saja," tolak Mas Fahri.
Aku melihat dengan jelas raut wajah masamnya, terlihat kalau dia sedang sangat kecewa.
"Dari semalam kamu ngempet itu , Bilqis?" ucapku , bebarengan, mereka menoleh ke arahku yang berdiri di belakang sofa.
Aku menyalakan lampu dan sekarang aku bisa melihat dengan jelas wajahnya yang langsung berubah merah karena malu.
"Maaf , aku belum bisa memberi nafkah batin untukmu, untuk sekarang ini, maaf. " ucap Mas Fahri seraya berlalu meninggalkan kami.
Aku tahu saat ini , Bilqis bukan hanya malu. tapi , juga kesal . Karena entah kapan malam indah itu aka ia rasakan....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 15 Episodes
Comments