Aku menanti kedatangan Mas Fahri dengan gusar, sesekali aku sibak gorden jendela. Berharap, Mas Fahri sudah sampai di halaman rumah. Namun ,sia-sia karena belum ada tanda-tanda akan kedatangannya.
Aku ingin Mas Fahri segera mengklarifikasi semua ini, tentang akad nikah yang baru saja aku lihat di video yang Mila kirimkan.
Nyeri di ulu hati ini tak hilang-hilang, Mas Fahri yang tidak ada celah sedikitpun di mataku , tidak pernah tergoda oleh wanita lain. Tapi , nyatanya diam-diam dia menikahi gadis lain, bodohnya aku , bisa tertipu dengan sikap santun dan romantisnya.
Aku duduk di atas ranjang , menekuk kedua lututku dan menenggelamkan wajahku. Tak terasa air mata ini menetes begitu deras, rasanya tak sanggup jika aku harus berbagi raga dengan wanita lain.
"Assalamualaikum." di tengah isak tangisku ada suara orang mengucapkan salam , bukan suara Mas Fahri , tapi siapa?
Aku segera mengelap air mata yang terus menetes, aku sapukan bedak tipis agar tidak terlihat sembab.
Perlahan aku turuni anak tangga hingga pada akhirnya aku sampai di ruang tamu dan segera membuka kan pintu.
"Waalaikumsalam, Ma. " aku kaget kenapa ada Mama disini , biasanya dia akan mengabariku terlebih dahulu.
"Sayang." Mama memeluk erat tubuhku dan menciumku seperti putri kandungnya.
Beginilah Mama sangat menyayangiku, meski aku belum bisa memberikan cucu, dia tidak pernah mempertanyakan hal itu , apalagi mengintimidasiku tentang hal itu.
"Syah, kamu nangis? Matamu sembab, " Mama memperhatikanku dari ujung kepala sampai ujung kaki, begitulah Mama mertuaku, dia sangat peka dengan keadaanku.
"Tidak , Ma," aku mencoba mengelabui Mama agar tidak terus mencecar alasan dibalik mata sembab.
"Mama datang kesini kenapa nggak bilang, Aisyah belum masak, " aku mencoba mengalihkan pembicaraan agar Mama lupa dengan mataku.
"Oh iya, Mama kesini mau lihat menantuku yang satu lagi," ucap Mama dengan wajah yang sangat sumringah.
Tunggu , kenapa Mama sudah tahu tentang pernikahan kedua Mas Fahri.
"Aku sangat salut pada kamu, Sayang. Kamu sudah bisa menerima Fahri dan bilqis," ucap Mama mertuaku , yang kembali membuat hatiku teriris.
Aku diam dan menunduk , sesekali aku menengadah menahan agar air mata ini tidak jatuh, tapi nyatanya aku tidak bisa menahannya. Luka hatiku tambah menganga kala tahu Mama mengetahui pernikahan kedua Mas fahri.
"Syah, jangan bilang kamu belum mengetahui semua ini, " Mama mulai curiga karena aku terus diam tidak menjawab semua pertanyaan yang terlontar dari mulut Mama.
"Syah, sebelum akad nikah itu terjadi, fahri nelpon Mama, ketika aku tanya katanya dia sudah meminta izin dari kamu dan kamu memberi restu, "ucap Mama lagi, kini raut bahagia yang tadi terlihat berubah menjadi kekecewaan yang mendalam.
" Tidak Ma, Mas Fahri tidak pernah berbicara mau menikah lagi , dia hanya pamit ada kerja di luar kota,"ucapku seraya tersedu.
Mama mengelus pundakku dia merengkuh tubuh ringkih dan aku menenggelamkan kepalaku disana.
Kami menunggu kedatangan Mas Fahri, mungkin akan datang bersama istri barunya. Aku berusaha untuk kuat jika nanti Mas Fahri datang seraya menggandeng tangan wanitanya, tapi apakah aku sanggup, membayangkan saja hatiku sudah teriris lagi.
Setelah keheningan tercipta di ruang tamu ini , karena kami sedang berada di angan kita sendiri. Deru suara mobil terdengar dan aku bisa memastikan kalau mobil itu adalah mobil Mas Fahri.
Tak lama ketukan pintu terdengar seraya diiringi ucapan salam dari balik pintu, aku beranjak ingin membukakan pintu , tapi Mama melarang dan Mama sendiri yang membuka pintu.
Ketika pintu dibuka , aku melihat Mas Fahri membawa koper besar , serta ada tangan yang menyelinap di lengannya.
Aku melihat Mas Fahri meraih tangan Mama untuk ia cium , tapi di luar dugaan , Mama menampik tangan Mas Fahri, begitu juga dengan wanita yang berada di samping Mas Fahri , dia meraih tangan Mama , tapi kejadian itu terulang lagi.
"Mama , kenapa sudah berada disini, "ucap Mas Fahri,dia terlihat sangat kaget, sedang Mama memasang wajah masam dan tidak tersenyum walau sedikit.
" Syah,"Mas Fahri menyapaku, tapi untuk sekadar menoleh saja aku tidak sanggup.
Bahkan hari ini aku melupakan ritual cium tangan dan bermanja ketika Mas Fahri pulang. Seeprti yang biasa aku lakukan.
"Syah ini adik madumu, "sebelum Mas Fahri berucap dia mengambil nafas dalam seperti berat akan mengatakan hal itu.
" Bukan madu tapi racun, wanita seperti ini , yang akan merusak kebahagian orang lain! "Mama menimpali ucapan Mas Fahri , yang membuat wanita di samping Mas Fahri mendongakkan wajah, menatap nyalang manik mata Mama.
" Ma, bukannya kemarin pas Fahri telpon Mama memberikan restu, "ucap Mas Fahri.
" Kemarin Fahri , karena kamu membohongi Mama , sekarang aku benci dengan kalian berdua , kalian menyakiti menantu kesayangan Mama, "ucapnya seraya tersedu, tangannya menggenggam erat tanganku , seakan menyalurkan sebuah energi baru agar aku selalu kuat.
" Ma, untuk berpoligami , restu istri pertama itu tidak wajib, dan poligami itu dibenarkan oleh agama, "timpal Bilqis, yang membuat amarah Mama semakin memuncak.
Mama berdiri dan melayangkan tamparan keras yang mendarat tepat di pipi Bilqis.
Mas fahri berlari ke arahku dia bersujud memintaku untuk membujuk Mama, agar Mama merestui pernikahannya, Mas Fahri sangat tahu kalau Mama akan selalu luluh jika aku yang meminta, sebesar apapun kemarahannya dia akan memaafkan jika aku yang meminta.
" Syah aku mohon bujuk Mama agar merestui aku dan Bilqis,"ucap Mas Fahri, dia bersujud di kakiku mengharap belas kasihku, aku masih diam.
"Sebegitu istimewanya dia untukmu, Mas. Sehingga kamu rela bersujud di kakiku," aku masih membiarkan Mas Fahri bersujud mencium kakiku.
Aku sendiri tidak tahu , harus membujuk Mama atau tidak , karena yang kutahu saat ini hatiku tergores sangat dalam....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 15 Episodes
Comments
Yati Syahira
ini yg aku benci poligami tdk harus izin pd istri demi slengkii
2025-01-17
0