Satu Malam Panjang Bersama Laki Laki Misterius

Satu Malam Panjang Bersama Laki Laki Misterius

1. Taman Bunga Mawar

Ada rumor yang beredar di asrama kampusku, jangan pernah masuk ke taman bunga mawar belakang saat malam hari. Aku pikir itu memang hanya sekedar rumor, tapi aneh sekali para pengurus asrama bahkan sampai memasang pagar tinggi bergembok untuk melingkari taman mawar itu. setiap malam, taman mawar itu akan terkunci. Ada papan peringatan dilarang masuk.

Aku sedang gila sekarang, bagaimana mungkin gadis yang diputuskan tunangannya tidak gila? Aku sudah memberikan segalanya pada lelaki itu karena dia melamar ku, tapi hanya karena tidak puas dengan satu malam panas yang kami lakukan dia memutuskanku. Katanya milikku sangat kecil, sialan! Hal itu membuatku benar benar minder selama beberapa hari ini.

Aku berdiam diri di depan pagar yang dirantai dan bergembok. Melepaskan cincin dari laki laki brengsek itu, melemparnya ke dalam taman mawar. Sembari menghela napas panjang, resah, entah kenapa aku dapat melihat asap dari kejauhan. Aku juga merasa bodoh, kenapa aku kemari di malam hari, saat bulan purnama. Kenapa aku menolak ajakan temanku untuk pergi ke klub malam dan menegak alkohol untuk melupakan masalahku. Aku bodoh! Baik, aku menyadari kesalahanku saat melihat puluhan kupu kupu cantik keluar dari dalam pagar. Ada kupu kupu di malam hari? Meskipun cantik, kupu kupu itu berwarna hitam sempurna. Ini sangat menakutkan.

"Masuklah."

Mataku melotot, Melihat seseorang dari balik pagar, ia mengulurkan tangan.

"Aku bisa membantumu." Suaranya yang berat menghipnotisku. Kata katanya penuh keyakinan.

Masa bodoh dengan hantu atau apalah itu. Damn! Laki laki itu bahkan lebih tampan dari puluhan idol yang pernah kulihat.

Saat aku meraih tangan lentiknya, seketika tubuhku terdorong masuk ke dalam taman.

"Hai gadis manis, apa yang membawamu kemari?"

Laki laki misterius ini begitu menawan. Fisiknya sempurna melebihi standar ketampanan dunia. Wajahnya seperti diukir oleh seniman hebat. Begitu tegas dan mengagumkan.

Taman mawar merah kini berubah menjadi taman mawar hitam. Pakaianku juga berubah menjadi hitam, menyesuaikan dengan kemeja hitam yang laki laki itu kenakan. Kami terlihat seperti pasangan mafia, haha. Laki laki itu memegang pinggangku, sedangkan aku menatap lurus matanya yang menatapku hangat.

"Apa kau hantu?"

"Para manusia menyebut golonganku begitu, tapi bukan, kami berbeda dengan arwah ataupun makhluk buruk rupa yang kalian pikirkan."

"Apa kau berbahaya?"

"Bisa iya bisa juga tidak."

Laki laki itu tersenyum misterius. Melepaskan tangannya dari pinggangku, beralih menggenggam tanganku.

"Apa yang kau inginkan dariku?" Tanyaku, ini sangat aneh, aku merasa nyaman, aku memang sudah biasa pergi ke klub dan menghabiskan malam dengan laki laki tak dikenal, tapi kali ini, di depanku bukanlah manusia. Apa aku segila itu?!

"Seharusnya itu pertanyaanku, gadis manis. Apa yang kau inginkan?" ia balik bertanya, sembari tersenyum tipis.

"Bisa kau memberiku satu ciuman?"

Laki laki itu menggeleng. Aku menghela napas kecewa, rasanya malu ditolak begini.

"Aku bisa memberimu lebih."

"Apa maksudmu? Aku tidak mau melakukan hubungan terlarang dengan hantu."

Mata laki laki itu mengerjap, ekspresinya penuh tanya. Kemudian tertawa renyah.

"Gadis nakal, tentu saja aku juga tidak akan melakukan hubungan seperti itu denganmu. Pikiranmu kotor sekali." Laki laki itu menepuk nepuk kepalaku. Kemudian menarik tanganku agar mengikutinya. Kami masuk lebih dalam ke taman mawar hitam.

"Kau bisa menceritakan masalahmu padaku, dan aku akan membuat hatimu menerimanya. Kau tidak akan merasakan sakit lagi."

"Kau mau menghapus memori ku?"

"Tidak, tapi aku akan menggantinya dengan yang lebih baik."

Dalam satu kedipan mata kami berpindah tempat, ke sebuah pantai yang sangat aku kenali. Baju yang kami kenakan juga berubah menyesuaikan tempat ini. Aku sedang memakai bikini seksi dan laki laki itu mengenakan celana pendek, telanjang dada dan begitu tampan dengan rambut hitamnya.

"Kau mau mulai dengan berselancar?" tanyanya, masih menggenggam tanganku erat.

"Heii! I-ini... bukankah ini pantai yang pernah aku kunjungi dengan Bryan?"

"Oh jadi nama laki laki itu Bryan ya. Kalau begitu apa kau tertarik dengan namaku?"

Aku menatap sekitar, ini sungguhan pantai dimana kami berkencan dulu. Ada banyak orang juga di sini, matahari terik membakar, suara ombak bergemuruh dan anak anak yang sedang bermain voli pantai.

"Namaku Alicia, namamu?" aku memperkenalkan diri terlebih dahulu. Laki laki misterius itu tersenyum manis. Menampakkan giginya yang rapi dan satu lesung pipi indah.

"Ken, kau bisa memanggilku Ken. Kau mau bersenang senang sekarang Alicia?"

"Tentu saja Ken. Ayo kita mulai dengan berselancar!"

"Haha, gadis yang berani, kau tidak takut hiu?"

"Bukankah kau akan menjagaku, Ken?" Aku menatap manja.

"Aku akan membuat sate hiu jika mereka berani menampakkan diri di depanmu, nona."

Itu kencan yang menyenangkan. Benar benar mereparasi ulang memoriku dengan Bryan. Kami naik ke salah satu papan seluncur yang tiba tiba saja ada di pinggir pantai.

Ken memiliki mulut yang manis, ia pandai mengatakan sesuatu yang enak didengar. Kami naik satu papan berdua, menerjang ombak yang tinggi, Ken tidak melepaskan tanganku.

"Alicia, kau sangat cantik. Sepertinya Bryan tidak punya mata." Ken berbisik dekat dengan telingaku.

"Katanya punyaku kecil."

Kepala Ken miring, tidak paham dengan arah pembicaraan.

"Maksudnya dadaku kecil! Dia suka gadis yang besar." Aku berteriak kesal. Kenapa Ken harus membuatku mengatakan hal yang tidak ingin aku ungkapkan terang terangan sih.

"Oh begitu ya."

Oh begitu ya? Apa maksud dari tanggapan menyebalkan itu. Saat aku mendongak, aku baru sadar jika wajah dan telinga Ken memerah, ia mengalihkan pandangan ke arah pantai.

Tunggu... apa dia sedang malu?! Seharusnya aku yang malu!

Tempat kedua yang kami kunjungi adalah pegunungan salju. Pakaianku dan Ken juga sudah berubah menjadi jaket mantel yang hangat, tak lupa topi rajut dan syal tebal.

"Hei jangan lari larian Alicia, kau bisa terjatuh." Ken menangkap pinggangku sebelum aku terjerembab ke salju.

"Ken apa saljunya boleh dimakan?" tanyaku.

Ken mengangguk. Ia mengambil salju dengan tangannya.

"Kau mau rasa apa?"

"Coklat!"

Salju di tangan Ken berubah seketika, baik warna maupun baunya.

"Ini es krim?" tanyaku lagi, Ken mendekatkan tangannya, aku menjilat salju itu, sangat manis.

"Wow Ken! kau sangat luar biasa!"

"Yeah, ini kan dunia yang kubuat, aku bahkan bisa membawamu terbang."

"Sungguh?" aku tertarik.

Mata Ken melebar, wajahnya memerah lagi, ia mengalihkan pandangan.

"Jangan menatapku begitu Alicia."

"Menatapmu bagaimana?"

"Begini, matamu terlihat bersinar. Kau jadi lebih cantik berkali kali lipat, itu membuatku merasa aneh." pelan Ken, sembari menyentuh dadanya.

Ken benar benar membuatku salah tingkah. Dia memuji berlebihan, itu sesuatu yang belum pernah kudapatkan sebelumnya. Terasa begitu tulus.

Tiba tiba kakiku terangkat naik. Ken menggenggam jemariku. Tubuhku melayang.

"Eh... Ah... A-ada apa ini?!"

"Kau bilang mau terbang."

Ken membawaku naik ke atas, rasanya seperti kehilangan gravitasi, tubuhku terbang hingga ke atas awan. Pemandangan di bawah sudah berubah, salju begitu cepat mencair menampakkan bukit yang penuh pepohonan rindang. Burung terbang melintas, baju yang kukenakan juga berubah menjadi celana panjang dan sweater.

"Eh, syalnya tidak menghilang." gumamku.

Ken menoleh, aku menatapnya, ia tersenyum. rambutnya tertiup angin menampakkan keningnya. Ia terlihat begitu tampan.

"Kau terlihat anggun dengan syal itu Alicia. Tetap pakai ya. Meskipun aneh terbang menggunakan syal."

"Ngomong ngomong kau belajar style darimana Ken? Seleramu cukup bagus."

"Aku sering mengamati manusia."

"Mengamati?"

"Ya, sejak dulu, pakaian yang mereka kenakan berubah ubah."

Saat itu aku mengerti, Ken adalah bagian dari dunia. Hanya saja ia bukan bagian dari kita.

Kencan kami berakhir di tempat ketiga. Sebuah perapian menyala, diluar turun salju. Ken memberikan satu gelas coklat panas, duduk di sebelahku. Menatap kayu yang mulai terbakar oleh api.

"Ken."

"Ya?"

Melihat dari samping, wajah Ken memang seperti ukiran yang sangat sempurna. Hidung mancung, mata tajam, dan rahang yang tegas, ia pasti bisa jadi idol terkenal.

"Ayo kita lakukan."

"Lakukan apa?" Ken menatapku tidak mengerti.

Aku mendekatkan wajahku pada wajah Ken. Aku menutup mata, perlahan bibirku mendekat.

"Alicia, apa kau yakin?"

"Lakukan saja Ken!"

Itu adalah hal paling berani yang pernah kulakukan.

Karena kami tidak berhenti hanya di situ saja.

Malam semakin larut di duniaku, sedangkan di dunia yang dibuat Ken sedang ada badai salju.

Aku memeluk dada bidang Ken.

Ken mengecup keningku.

"Apa besok akan berakhir? Apa kau akan menghilang?"

Ken tidak menjawab, hanya terus menatapku dengan hangat, seolah ia menganggapku berharga.

"Tadi luar biasa, Alicia."

Wajahku langsung memerah melihat senyum jahil Ken. Segera masuk ke dalam selimut.

"Bodoh!"

Ken tertawa, suaranya terdengar renyah. Itu tawa yang mampu membuatku salah tingkah.

"Mungkin kau akan melupakanku." ujarnya tiba tiba.

"Apa? Tidak mungkin!" Aku menggeleng kuat kuat.

Ken ikut masuk ke dalam selimut. Aku dapat melihat wajahnya dengan cahaya yang remang.

"Selamat malam, gadis cantik." Ia mengecup singkat bibirku sebelum aku tiba tiba merasa begitu mengantuk.

Selamat tidur Ken. Terima kasih satu malam yang indah ini.

Terpopuler

Comments

Nendah Wenda

Nendah Wenda

penasaran ceritanya menarik

2024-09-22

0

Nurhayati

Nurhayati

hai thor aku mampir
keren ceritanya aku suka😘

2023-03-08

0

Adyrah Abqari Marzukah

Adyrah Abqari Marzukah

keren thor EFee.. bagus deh...❤️❤️❤️❤️

2023-02-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!