Setelah Menyelesaikan Semua Pekerjaan Rumah.
Caca Segera Pergi Ke Halaman Untuk Mengangkat Sampah Yang Berada Di Halaman Depan. Gadis itu Terus Bekerja keras demi Mendapatkan Uang Untuk Ayahnya.
Meskipun Ia sudah mulai Tidak Tahan Dengan Perilaku Dion Yang Semakin Menjadi-Jadi Terhadapnya Namun Ia tetap Sabar Agar Bisa mendapatkan gajinya untuk sebulan Selepas itu Ia Akan Berpamitan Pada Yudianto dan Isterinya.
Hari Mulai sore Caca masih Berada Di Tempat Pembuangan Sampah Yang Tidak Terlalu Jauh Dari Rumah Yudianto.
"Pa. Caca kemana ya?" Kok Udah sore Gini Dia Belum Kelihatan." Ujar Siska.
"Memangnya Dia Pergi kemana Bu,"
"Barusan Dia Ngomong sama Aku. Katanya Mau Buang Sampah Di depan sana. Tapi ini udah Mau sore Dia belum Juga Datang Takutnya Caca Nyasar Pa." Siska merasa Gelisah Karena Caca Belum juga kembali ke rumah.
"Biar nanti Bapa yang Cari dia Bu. Siapa tau Dia Masih Berada di Pembuangan Sampah."
"Iya pa."
Yudianto Segera pergi Mencari Caca di pembuang Sampah. Karena Istrinya Sangat menghawatirkan Keberadaan Gadis itu.
Dari arah Jalan Yudianto Sudah melihat Caca Yang Sedang berjalan Menuju Ke arah Rumah. Namun gadis itu terlihat sangat Lesu Dan Tidak Punya Semangat.
"Apa yang Terjadi pada Caca, kenapa dia terlihat Lesu Seperti itu." Merasa Bertanya-tanya
"Nak Caca?" apa kamu Sedang Tidak Enak Badan, Kamu terlihat sangat lesu Nak," Ujar Yudianto
"Pak Yudianto. Apa yang Sedang bapa lakukan di Sini pak? Tanya Caca Kebingungan
"Istriku Merasa tidak tenang karena kamu belum Pulang. Makanya Saya ikut Mencari Kamu di Sini." Jawab Yudianto Sembari Tersenyum
"Aku Baru saja Membuang Sampah Pak, Maaf jika Sudah merepotkan Bapa Dan ibu."
"Tidak apa-apa Nak, Kamu sudah menjadi Tanggung Jawab kami Di sini."
Caca merasa sangat Senang dengan Perlakuan Baik Yudianto dan Istrinya. Berbeda dengan Dion Yang Selalu Jahat terhadapnya. Sudah hampir Sebulan Caca tinggal di Rumah Keluarga Yudianto Dan Siska. Namun Sikap Dion Sama sekali belum Berubah. ia masih Suka marah-marah Kepada Caca
Setibanya di rumah Siska Langsung Menghampiri Caca yang baru saja tiba.
"Kamu dari mana saja ca?" Kami sangat Khawatir." Ucap Siska
"Ia bu. aku minta maaf Karena sudah Membuat Ibu sama bapa Khawatir. tadi aku habis dari Buang Sampah Karena sampahnya banyak Jadi Aku Balik lagi." Jawab Caca dengan Lembut
"Lain kali jika sudah sore Tidak usa Kesana lagi. Karena di sana banyak orang-orang Jahat Yang berkeliaran."
"Iya Bu." Singkat Caca Lalu ia Berpamitan Ke Kamarnya untuk Mandi.
"Pa. Gimana Kalau Caca Kita Nikahkan sama Dion, Biar Dion Tidak lagi berhubungan Dengan Kirana." Usul Siska pada suaminya.
"Jika memang itu Pilihan terbaik Dari kamu. Saya Hanya Bisa Merestui Bu."
"Baiklah pa. kita coba cari tau alamat Rumah Caca di kampung Biar kita bisa Pergi untuk Memberitahu Akan pernikahan mereka Pada ayahnya Caca."
"Iya Bu Terserah ibu Saja. Bapa ikutan Senang Jika Caca bisa menjadi Bagian dari keluarga Kita." Tersenyum Pada Istrinya.
Siska sangat ingin Caca menjadi Calon Mantunya. Walaupun Dion Sangat Membenci Gadis itu. akan tetapi Siska akan Berusaha keras Demi Perjodohan mereka Hingga Pernikahan.
Tidak Lama Kemudian Suara mobil Milik Dion Sudah Memasuki Halaman Rumah. Siska Bersama Yudianto Sudah Menunggu Dion Di Ruang Tamu Untuk membicarakan Hal penting Dengan Dion.b
"Malam Pa, Ma." Sapa dion.
"Kamu Habis dari mana saja Dion, Kenapa Jam Segini Baru pulang."
"Aku Dari Restoran Milik Kirana Ma." Jawab Dion
"Mau sampai kapan Kamu terus Menemui Gadis Itu Memangnya Apa kelebihan Dia Dion?" Menatap Dion.
"Sampai aku bisa menikah Dengannya Ma. Karena aku Mencintai Kirana." ujar Dion Menatap Serius pada kedua orang tuanya.
"Kamu tidak Boleh menikah Dengan Wanita itu. Karena Mama sama Papa sudah Mendapatkan Jodoh Yang Terbaik Untuk Kamu,"
"Apa-apaan Si ma. Aku sudah punya Pilihan Dan aku Tidak akan pernah mau Di Jodohkan Dengan Siapa Pun." Jawab Dion Dengan Wajah yang Kesal pada Siska.
"Terserah kamu saja. Jika memang Kamu Tidak Mau Menikah Dengan Jodoh Pilihan Mama Sama Papa. Makan jangan Pernah Kamu berpikir Untuk Mendapatkan Semua Yang Kami Miliki, Terutama Semua Fasilitas yang Kamu Pakai Sekarang Ini. Akan Mama tarik Semua." Ujar Siska
"Ma!" Kenapa bisa Jadi seperti ini Si. Kenapa Harus Kehilangan Semua Fasilitas Itu kan Sudah Menjadi Hak Aku ma." Banta Dion
"Terserah. Pokoknya Apa yang Kamu miliki dan Kamu Pakai Itu kan Bukan Hasil jerih Payah kamu. Dan Mama Sama Papa akan Mengambil semuanya Dan Seterusnya Itu terserah kamu Mau Nikah Atau Berhubungan dengan wanita Jalan itu." Ancam Siska Pada Anaknya Sendiri.
"Ahhhh. Kenapa Kalian Setega Gini Sama aku, Baiklah Jika memang harus Aku mengikuti Keinginan Kalian. Tapi Beritahu aku Siapa wanita Yang Ingin Kalian Jodohkan sama Aku." Menatap Siska Dengan Serius
"Wanita itu adalah Caca. Pembantu Kita di sini."
"A-apa. Caca? Kenapa kalian bisa berpikir Kalau Wanita Aneh itu Bisa Menjadi Calon Istri Buat aku Ma. Memangnya Sudah tidak ada Wanita lain Selain Caca?"
"Ya sudah Jika kamu memang Tidak Mau. Mama Bisa langsung saja Memblokir Semua Fasilitas kamu Dari sekarang."
"Baiklah Ma. Aku akan Menikah Dengan Wanita Aneh itu. Tapi Mama Jangn Pernah Berharap Kalau aku akan Menganggap dia sebagai Istriku."
"Kalau kamu Mau menikah dengan Caca hanya karena tidak Ingin Kehilangan Fasilitas yang Kamu miliki. Maka Mama tidak akan Memberikan Apapun sama Kamu. Terkecuali Kalian Sudah Memiliki Anak Baru mama Akan Kembalikan Semua Hak Milik kamu."
Dion menjadi kesal Pada Kedua Orang Tuanya. Jika Ia Harus terus Membanta Maka Sedetik Saja Ia Akan Kehilangan Semuanya.
"Terserah mama Saja. Aku mau Tidur Capek." Ucap Dion Lalu ia Segera masuk ke dalam kamarnya.
"Apa itu tidak terlalu Kasar ma?" Tanya Yudianto Pada Istrinya.
"Nggak pa. aku pengen Dion itu menjadi dewasa Dan memiliki istri seperti Caca," Jawab Siska
Yudianto Hanya mengerutkan Dahinya Lalu Menatap Istrinya. karena Ia sangat mengenal Sikap Istrinya jika apa yang ia inginkan tidak Terpenuhi maka Siska akan membuat Orang itu Menderita.
Malam Semakin Larut Siska Dan Suaminya Sudah Beristirahat di kamar Milik mereka. Sementara Caca Masih duduk di Teras Belakang Rumah Ia Sama Sekali tidak bisa memejamkan Kedua Matanya Saat Mengingat Semua Perkataan Dion Terhadapnya.
Di dalam Sana Dion juga Belum Bisa Tidur Karena Desakan Dari Kedua Orang Tuanya untuk Menikahi Wanita yang Tidak pernah Ia cintai Dan Sangat ia benci.
"Kenapa aku Harus nikah Sama Wanita Aneh Itu. Kenapa bukan Kirana Yang nikah sama aku." Gerutu Dion Sambil Melempar Ponselnya Ke Arah Jendela Dan akhirnya Ponsel Itu Jatuh Ke luar.
Melihat ponsel miliknya sudah Jatuh ke luar Rumah Pemuda itu segera Pergi untuk mengambil Ponsel Yang Ada Di luar sana.
"Perasaan tadi Jatuhnya ke sini. Kenapa tidak ada Ya," Ucap Dion Berbicara Sendiri
Ia terus mencari Ponsel Miliknya Di Sekitar Jendela Kamarnya. Dan akhirnya Ponsel Itu di Temukan Di Dekat Bunga Yang berada Tepat Jendela Kamarnya.
Pada saat Pemuda itu Hendak mau Masuk ke Dalam Ia melihat Seseorang Sedang Duduk Di Teras Belakang.
"Itu siapa ya, Malam-malam Duduk Di sana." Gumam Dion. Lalu ia Pergi Ke arah Seseorang Yang Sedang Duduk di teras Belakang Rumahnya.
Namun ketika ia melihat Dengan cukup dekat Ia merasa terkejut ketika Yang di lihatnya itu adalah Caca.
"Ngapain dia di sini. bukannya Tidur Mala Keluyuran Di Luar." Batin Dion Sambil Terus Memperhatikan Gadis itu.
Lalu ia Menatap Arloji Yang berada di Tangannya
Dan ternyata Waktu sudah menunjukkan Pukul Satu Tengah malam. Dion Merasa Ngeri Dengan Suasana Di luar Halaman.
"Apa itu benaran Caca Atau bukan Ya, Tapi Kalau Di lihat-Lihat itu memang Dia."
"Woiii. Gadis Aneh." Ngapain Tengah Malam Gini Kamu Masih Duduk di Situ. Apa kamu Mau Menunggu GebetanMu Ya?" Tanya Dion Sembari Menatap Caca Dengan Kesal
"Tuan Muda?"
Aku Cuma mencari Udara Segar di luar kok Tuan," Balas Caca dengan Sopan
"Kamu ini memang Gadis aneh ya, Ini Udah Jam Satu Tengah malam Tapi kamu Bilang Mala Mau Cari Udara Segar Bilang saja kamu Lagi ada Janji Sama Gebetan Mu!" Bentak Dion. Sehingga membuat Caca sudah tidak Bisa menahan Emosinya lagi.
"Cukup Tuan. Saya di sini Memang hanya Bekerja Sebagai Pembantu Di rumah Tuan. Tapi bukan Berarti Tuan Memperlakukan saya Seperti Sampah. Dan perlu Tuan Ketahui Saya Tidak punya Janji Atau pun Pacar." Ujar Caca Dengan Kasar Lalu ia segera masuk Ke dalam Tanpa memperdulikan Pemuda itu lagi
Dion Merasa Terkejut ketika Gadis itu Bisa semarah Itu. Ia pun Mengerutkan Keningnya dan ikut masuk Ke dalam kamarnya.
Namun ketika ia hendak mau Menutup Pintu Tiba-tiba Lampu padam Dan Tidak Terlihat Cahaya apapun. Dion Merasa Kesulitan untuk Melihat Sekelilingnya Ia pun Dengan cepat mengambil Ponselnya Agar bisa Menerangi Ruangan Itu. Akan tetapi Ponsel miliknya itu Tidak bisa Hidup Karena Mungkin Terbentur terlalu kuat Sehingga Tidak Hidup lagi.
"Sial. Kenapa Mati si," Batin Dion Lalu ia berusaha Mencari Dinding agar bisa Mengikuti Arah Dinding itu ke kamarnya.
Langkah demi langkah Terus Ia Lalui. Sehingga ia Bisa Menemukan Sebuah Pintu Kamar Dan Ia juga Tidak tau itu kamar milik Siapa. Tanpa Berpikir Panjang Pemuda itu Segera Masuk ke dalam kamar tersebut Dan ia Terus Meraba-raba Sekelilingnya Hingga Ia Berhasil Menemukan Tempat tidur.
Akan Tetapi pada saat ia ingin Berbaring Ia merasakan Sesuatu di Sampingnya. Dion terus Menarik Benda yang ada di Sampingnya itu Karena ia Pikir itu adalah Tempat Tidurnya.
Karena merasa ada yang Sedang menarik Tangannya Caca pun Bangun dan Berteriak. Namun Dengan cepat Dion Menekan Mulut gadis itu Agar tidak Terdengar oleh Orang Tuanya.
"Bisa diam Nggak. Kamu pikir Aku sengaja Ke sini," Ucap Dion Sambil terus menekan Mulut Caca dengan Telapak tangannya.
Caca berusaha Untuk lepas Dari Cengkraman Tangan Dion. Namun Tubuhnya Terlalu kecil melawan Dion.
"Saya akan Melepaskan Kamu Tapi Kamu Harus Janji Agar tidak Teriak Ok." Ucap Dion Pelan Di Telinga Caca.
Gadis itu hanya bisa Mengangguk
Setelah Dion Melepaskannya Caca Segera Menepis Agar tidak berdekatan Dengan Pemuda Itu.
"Tuan Kenapa bisa masuk ke sini?" Tanya Caca Dengan Nada suaranya di pelankan.
"Tadi pada saat aku masuk dari Luar. Lampunya Udah Padam Dan aku tidak bisa melihat apa-apa Makanya Aku Salah Masuk Ke kamar Kamu. Jadi Jangan pernah Berpikir aku mau Tidur Bareng Wanita aneh kayak Kamu." Jawab Dion Yang Masih duduk Di Kasur Caca.
"Lagian Siapa juga yang Bilang aku mau Tidur Sama Tuan, Aku kan Cuma tanya." Ujar Caca
"Mana Ponsel Kamu. Aku mau pinjam Untuk Aku pakai Ke kamar aku."
"Tapi kan Aku juga perlu Penerangan Di sini Tuan. Lagian Tuan kan Punya Ponsel Sendiri Ngapain Harus Minjam Ponselku." Gerutu Caca
"Ya Sudah kalau kamu Nggak mau Kasih Ponselnya. Aku akan tidur Sekamar dengan Kamu." Menakuti Caca
"Iya-iya Ini ponselnya Cepat Keluar dari kamarku." Bentak Caca Lalu Memberikan Ponselnya pada Dion.
Setelah Berhasil Menyalakan Senter dari Ponsel Milik caca. pemuda itu langsung keluar Dari dalam Kamar Caca.
"Dion?"
Tiba-tiba Suara Ibunya memanggil Dari Depan Pintu Kamar.
Dion merasa Terkejut Ketika melihat Ibunya Sedang Berdiri Di depan Pintu kamar Milik Mereka.
"Dion. Jelaskan sama Mama Apa yang Kamu Lakukan Tengah malam Gini di kamarnya Caca!" Suara Siska menjadi Kuat Sehingga membuat Yudianto Ikut Terbangun Dengan Keributan Di luar Sana.
"Ma. Jangan salah paham dulu Tadi aku Nggak Sengaja Masuk ke sini Karena Lampunya padam Sehingga aku salah Masuk."
"Masa iya kamu bisa lupa Dengan Posisi kamarmu, Kan kamu sudah punya ponsel," Siska sama sekali Tidak Mempercayai Perkataan Dion.
Membuat Dion Harus Kehilangan Akal dan Alasan lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments