Makhluk Asing

EztEnd, tidak ada yang tahu dari mana mereka berasal. Namun yang pasti, beberapa bulan yang lalu makhluk ini mulai bermunculan di tempat-tempat acak.

Dengan cara kemunculannya, yaitu dengan tiba-tiba timbul dari dalam tanah, tidak ada benteng yang berguna menghadang mereka. Belum lagi penampakan dan kekuatan mereka yang menyeramkan. Prajurit biasa — atau kebanyakan prajurit — tidak bisa melawan mereka.

Wujud dari EztEnd sendiri selalu beragam. Terkadang sosok mereka seperti nautilus raksasa yang berenang di langit dengan tentakel-tentakel beracun, mirip beruang air sebesar kutu yang bisa melahap besi, atau bahkan menyerupai tumbuhan venus yang memakan manusia dan hewan besar lainnya. Intinya, mereka adalah ancaman.

Dan makhluk itulah yang Elena kini tuju.

~

Elena melompat dari satu atap bangunan ke atap bangunan lainnya bak seorang ninja.

“{Uwah~ Hebat, ya?}” Aya kegirangan. “{Anginnya benar-benar enak!}”

“Kamu berisik, Aya!” ucapan dingin Elena.

Tak sampai semenit, Elena sampai di tempat EztEnd yang dilihatnya tadi. Tempat itu sudah kacau. Sesosok makhluk bulat raksasa dengan mulut menganga lebar dan ribuan tangan tertempel padanya terbentuk. Seluruh tubuhnya diselimuti bulu-bulu hitam yang menyala kebiruan gelap. Di sekitar sana, orang-orang berlarian. Bukan berarti pelarian yang lancar.

Seorang ibu dan anak kecil berusaha lari dari sana. Namun karena kaki si anak kecil dan ia terburu-buru, dirinya malah tersandung batu. Ibunya menyadari itu. Dia berhenti dan berniat menggendong anaknya. Namun baru saja ia berbalik, sebuah tangan raksasa melesat ke arahnya.

*Slash!*

Elena datang. Dia menarik wakizashi dan menebas. Jalur perak tercipta mengikuti jalur tebasan yang memotong tangan hitam tadi.

“Kalian tidak apa-apa?” tanya Elena.

“U-Umu.” Ibu dari anak tadi mengangguk. “Terima kasih.”

“Tak usah dipikirkan.” Elena berbalik menatap makhluk besar di belakangnya — EztEnd — yang mengerikan tanpa gentar. “Kalian pergilah. Evakuasi diri.” Dia menghela napas. “Merepotkan saja.”

“Ba-Baik.” Dengan kata-kata itu, dia membawa anaknya pergi.

*Sis!* *Sis!* *Sis!*

Seakan tak membiarkan, EztEnd ini mengarahkan belasan tangan berusaha menyerang Elena dan dua orang tadi.

Semakin mendekat\, Elena mengedipkan matanya. Di saat dia membukanya kembali\, pupilnya menjadi sebening kaca dan ia melihat gerakan dengan lebih jelas dan lebih lambat. Lalu\, *Slash!* *Slash!* *Slash!* Elena menarik wakizashi dan memotong semua tangan.

Tangan-tangan yang baru saja dipotong Elena jatuh. Mereka menghilang menjadi kabut hitam. Ibu dan anak itu sempat ketakutan melihatnya.

“Pergi! Jangan pedulikan!” bentak Elena.

Ibu itu tanpa berkata-kata segera menggendong anaknya pergi.

Sekarang hanya ada Elena dan Aya berhadapan dengan EztEnd. Semua orang telah pergi, tak ada yang perlu dikhawatirkan.

“{Nya, nya, tidak ada orang lagi, nya~}” Aya mengeong riang, “{Sekarang, bisakah kita serius?}”

“Heh.” Elena terkikik. “Why not?”

§Krahhh!§ Makhluk itu meraung kencang memekikkan terlinga. Mulutnya terbuka lebar. Dari sana benda seperti dahan tumbuh dan dari dahan itu bunga-bunga bermekaran. Bukan bunga yang indah semenjak kelopaknya terbuat dari tangan dan di tengahnya adalah bola mata kuning besar.

“Wah, wah, dia bisa meraung juga ternyata,” cemooh Elena. Dia tersenyum kecil.

Belasan tangan-tangan kegelapan melesat ke arah Elena. Gadis itu, mata gadis itu yang bening bak kaca melihat semuanya. Alih-alih melarikan diri, dia justru menerjang masuk.

“{Aku tidak suka ini.}”

*Slash!* *Slash!* *Slash!*

Elena menebas cepat menggunakan wakizashinya. Cahaya keperakan mengikuti setiap jalur tebasnya. Dalam sekali perjalanan garis lurus, dia membuat puluhan tebasan yang memotong-motong tangan hitam menjadi potongan kecil.

“Easy, dik.” Elena tertawa. “Seperti namanya; Ezt.”

Pada satu titik\, ketika makhluk itu melepaskan lebih banyak tangan\, tidak ada jalur kabur. Namun untuk Elena\, *Cring!* tubuh Elena bertransformasi menjadi partikel cahaya dan muncul di langit. Dia melihat makhluk itu dari langit.

“Serangannya terlalu barbar. Sungguh tak rapi dan tanpa nilai seni.” Elena memandang makhluk itu dari langit. “Saatnya mengakhirinya, kurasa.”

“{Ya!}”

Elena menyarungkan wakizashinya dan menyembunyikannya di balik jubah. Dia mengambil topi dari atas kepalanya dan memasukkan tangannya ke dalamnya. “Mari kita lihat, benda apa yang bagus di sini.”

Meskipun topi itu terlihat memiliki kapasitas terbatas, Elena memasukkan tangannya hingga bahunya. Seakan saja topi tersebut memiliki ukuran lebih besar dari pada kelihatannya.

“Yap, sepertinya ini bisa dipakai.” Apa yang Elena ambil adalah sebuah RPG. Rocket Propelled Grenade — sebuah senjata anti tank. “Bisa kamu pergi sebentar, Aya. Tahan gerakannya, okay?”

“{All Corect!}”

Aya melompat dari pundak Elena. Kini dia jatuh bebas. “{Baik, mari kita lakukan ini.}” Di sekitar tubuhnya, pasak-pasak hitam tercipta. “{Meskipun disuruh buat nahan gerakannya, tapi dia gak gerak, sih. Aku serang saja secara asal-asalan.}”

*Sis!* *Sis!* *Sis!*

*Stab!* *Stab!* *Stab!*

Pasak-pasak hitam di sekitar tubuh Aya melesat dan menancap di tubuh EztEnd. Sedikit serangan tak menyakitkan milik Aya membuat dia mendapatkan balasan berkali-kali lipat berupa belasan tangan hitam mengarah padanya.

“{Wa-Wah, ini gak gawat, ya?}”

*Syut!*

Tiba-tiba Aya merasakan tubuhnya merasa seperti ditarik sesuatu. Dia ditarik menjauh dari jalur serangan tangan-tangan hitam makhluk itu. Dirinya menengok ke Elena dan membatin, ‘{Ini ulahnya, ya?}’

“Target siap…,” gumam Elena. “Sisanya tembak!”

*Booom!*

Peluru RPG meluncur cepat dan menghantam EztEnd di depan. Satu tembakan membuat ledakan besar yang langsung memusnahkannya.

“{Gyaaahhh!!!}” Aya terhempas sebab ledakan. Dia hampir jatuh ke tanah. Namun tak sampai, Elena sudah ada di sana dan menangkapnya.

“Hati-hati, punya sembilan nyawa bukan berarti abadi,” ucap Elena dingin. Dia memasukkan RPG ke dalam topinya dan benda itu muat.

“{Aku sudah hati-hati!}” bentak Aya, “{Lagian, aku tidak punya sembilan nyawa.}”

“Sudah, sudah, itu diurus nanti saja.” Elena memandang ke depan pada kekacauan yang baru saja dibuat RPG-nya. “Sebaiknya kita segera pergi. Aku tidak suka direpotkan.”

“{Setuju.}”

Sama seperti cara dia datang, Elena melompat dari satu atap bangunan ke atap bangunan lain bak ninja.

~

EztEnd merupakan ancaman besar bagi umat manusia. Sesaat setelah kemunculannya dikonfirmasi, tentu saja pemilik wilayah akan mengerahkan pasukan untuk membasminya — meski itu akan membunuh banyak dari mereka. Dan karena itulah, seusai Elena pergi satu barisan prajurit datang.

Mereka mengenakan zirah lengkap dan menunggangi kuda. Pakaian mereka benar-benar mencerminkan penampilan seorang ksatria. Tekad dan keteguhan hati mereka seharusnya juga demikian, namun itu berbeda setelah mereka melihat sisa-sisa pertarungan Elena.

“Laporan kemunculan EztEnd, itu tidak salah, ‘kan?” salah di antara mereka berucap dengan tak percaya.

“Entah itu nyata atau hanya alarm palsu, tapi yang pasti ada pertarungan dari makhluk yang kuat,” jawab lainnya yang seperti komandan. “Entah apa yang akan menimpa dunia ini selanjutnya. Semoga kita tidak menemui akhir dunia.”

Dan di tempat lain, biang keladi yang membuat ledakan besar — Elena — , dengan entengnya dia memesan kamar di sebuah penginapan.

Terpopuler

Comments

Sitinuraini Aini

Sitinuraini Aini

bagus

2023-03-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!